Buku Besar Peminum Kopi

Hernawan | Nurita
Buku Besar Peminum Kopi
Cover of Buku Besar Peminum Kopi Novels (by goodreads)

Hanya segelas kopi yang tak pernah banyak tingkah. Berikut ini sinopsi novel berjudul "Buku Besar Peminum Kopi" yang bisa menemani harimu.

Identitas Buku

Judul buku: Buku Besar Peminum Kopi
Genre: Roman
Penerbit  Yogyakarta, Bentang Pustaka
Penulis : Andrea Hirata
Tahun terbit: 2020
Jumlah halama : x + 350 hlm
Nomor edisi terbit: ISBN 978 602 291 664

Novel Buku Besar Peminum Kopi ini adalah edisi asli dari novel Maryamah Karpov dan kisah-kisah dalam novel Padang Bulan serta Cinta Dalam Gelas yang sebelumnya diterbitkan secara terpisah.

Kisah ini diawali oleh keluarga Zam-zami. Awalnya hidup mereka bahagia dengan kesederhanaan yang dimiliki. Sesuatu yang sangat diimpikan Zam-zami adalah memberikan hadiah pada semua anak-anaknya, terutama pada istrinya yang bernama Syalimah. Ia memberikannya hadiah berupa sepeda. Bukan tak ada arti, Syalimah mengiginkan sepeda karena mereka memiliki anak 3 yaitu Nong sebagai anak sulung dan dua adiknya. Sebelumnya, ia berniat ingin pergi ke pasar malam, namun hanya memiliki 2 sepeda dan tak cukup untuk sekeluarga berangkat ke sana.

Setelah Zam-zami berhasil memberikan apa yang diinginkan Syalimah, di lain tempat, kejadian yang tak diinginkan telah terjadi. Zam-zami mengalami kecelakaan, tertimbun tanah longsor di tempatnya  bekerja sebagai kuli pendulang timah. Nyawanya tak bisa terselamatkan.

Hingga pada akhirnya, putri sulungnya yang bernama Nong dengan berat hati harus menggantikan peran ayahnya sebagai kepala keluarga dan menjadi pendulang timah perempuan pertama dalam sejarah desa Ketumbi. Nong harus rela mengubur dalam-dalam cita-citanya menjadi seorang guru yang mengabdi di daerah terpencil seperti idolanya yaitu Bu Nizam yang berasal dari Pematang Siantar.

Perjalanan hidup Nong sangatlah berat, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh tenaga laki-laki dengan sekuat tenaga Nong melakukannya dengan ikhlas. Ia berharap mendapat sedikit timah agar bisa dijual dan dibelikan beras untuk makan ibu dan adik-adiknya. Tak jarang Nong menjadi bahan cemooh para pendulang timah yang lain.

Adapun kisah lain tentang perjuangan Ikaludin yang berhasil mendapatkan gelar M.SC di salah satu Universitas di Inggris. Namun, setibanya di tanah air, Ikal tak mampu langsung mendapatkan pekerjaan di Jakarta akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat itu. Namun, nasib baik masih berpihak pada Ikal. Ia sempat interview di salah satu perusahaan di Jakarta dan menjanjikan pekerjaan setelah krisis ekonomi berakhir.

Alhasil, setelah tabungannya habis, Ikal pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Belitung. Setibanya di Belitung, Ikal terpaksa bekerja di warung kopi milik pamannya atas mandat ibunya. Sebab orang tua Ikal tak pernah mau Ikal meneruskan pekerjaan ayahnya dulu sebagai pendulang timah.

Di warung kopi pamannya lah cerita dimulai, kisah persahabatan antara Ikaludin dan Nong Maryamah, serta kawan seperjuangan mereka. Bermula dari kisah asmara Nong yang telah disia-siakan oleh suaminya yang bernama Matarom, yang dikenal sebagai pecatur ulung di Ketumbi. Setiap hari kemerdekaan Republik Indonesia, Ketumbi rutin mengadakan pertandingan catur.

Semua peserta yang mengikuti perlombaan ini adalah laki-laki. Nong Maryamah menjadi sejarah pertama dalam dunia percaturan di Ketumbi sebagai peserta perempuan. Keinginan Nong mengikuti perlombaan ini tak lain tak bukan untuk membalas sakit hati nya terhadap Matarom.

Di warung kopi ini pula, kisah asmara Ikaludin dan cinta pertamanya sejak kelas 5 SD dulu, yaitu Aling telah dimulai kembali. Berkat bantuan rekan kuliah Ikaludin di Inggris yang bernama Ninocka Strotovsky, dan bantuan kawan-kawan lainnya dengan perjuangan yang begitu panjang dan menguras emosi serta tenaga, Nong berhasil menjadi juara catur tahun ini dan berhasil pula mengalahkan Matarom. Dengan mengalahkan Matarom di pertandingan ini, Nong merasa bahwa rasa sakit hatinya telah terbalaskan.

Dengan menjuarai pertandingan catur kali ini, Nong telah mematahkan diskriminasi terhadap perempuan, bahwa catur di Ketumbi tidak hanya untuk laki-laki saja. Sejarah baru telah dimulai.

Kembali ke kisah Ikaludin yang pernah menolak tawaran pekerjaan di Jakarta dan berdalih ingin mendampingi Nong sampai jadi juara. Dan berdampak pula terhadap sikap Aling yang tak setuju akan hal itu. Namun, tekad Ikal untuk membantu Nong sangat kuat. Hingga pada akhirnya, nasib baik datang lagi pada Ikaludin, ia berhasil menghubungi Bu Indi, orang yang menawarkan pekerjaan di Jakarta waktu lalu.

Dan tak lama kemudian Ikal berhasil mendapatkan jawaban bahwa jika ia masih memiliki minat untuk bekerja di perusahaan tersebut, Ikal bisa datang langsung ke Jakarta. Tak ingin melewatkan kesempatan emas ini, Ikaludin langsung bergegas merapikan barang bawaannya.

Dan hari perpisahan itu pun tiba, Ikal berjanji akan kembali pulang tiga bulan lagi kepada Aling. Tak lupa sebelum Ikal berangkat, ia memberikan kenang-kenangan alat peninggi badan kepada paman neraka alias pemilik warung kopi tempat ia bekerja. Yang konyolnya alat yang bernama 'Happy High' ini hampir merenggut nyawanya sendiri. Ah itulah Ikaludin sungguh manusia yang misterius.

Ulasan

Setiap novel karya Pak Cik Andrea Hirata yang saya baca, rasanya saya tak pernah merasa jenuh ataupun bosan. Di balik kentalnya bahasa Melayu yang disuguhkan, tak lupa Pak Cik menyelipkan humor terhadap tulisannya. Ketika saya membaca masing-masing kisahnya pun begitu mengagumkan, apalagi dengan adanya novel ini yang diringkas dalam satu buku.

Dan lagi, novel karya Pak Cik ini selalu bertemakan tentang pendidikan, di mana seorang anak yang memiliki cita-cita yang tinggi, harus pasrah terhadap takdir hidup yang berbalik arah dengan cita-citanya itu. Harus rela mengubur dalam-dalam cita-cita nya karena faktor ekonomi.

Tentang para player yang memiliki karakteristik tersendiri, menjadi penghias isi Buku Besar Peminum Kopi. Di mana ketika identitas diri dapat tergambar oleh bagaimana cara mereka memesan kopi. Salah satunya semakin pahit kopi yang mereka pesan, semakin pahit pula nasib yang mereka alami.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak