Laut Bercerita merupakan salah satu karya fiksi fenomenal yang mencuri banyak perhatian terutama di kalangan para pembaca. Mengangkat isu dan tema dengan latar tahun 1998, buku ini sukses menjadi best seller di berbagai toko buku. Berikut ini adalah identitas lengkap dari Buku Laut Bercerita.
Judul Buku: Laut Bercerita
Nama penulis: Leila S. Chudori
Genre: Historical Fiction
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
No. ISBN: 978-602-464-294-5
Biru Laut namanya. Melalui bawah laut, ia bercerita tentang kisahnya, perjalanannya, perjuangannya, dan pengorbanannya bersama para rekan dan teman sejawat dalam mewujudkan serta mendambakan Indonesia yang lebih baik lagi. Ditemani ribuan ikan kecil warna-warni, terumbu karang, dan keindahan bawah laut, Laut bercerita.
Ini adalah kali kedua aku membaca Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Sama seperti pengalaman pertama membacanya, aku tetap dibuat takjub, ikut merasakan semangat para aktivis, kecemasan akan tertangkap oleh aparat, serta rasa rindu yang berkobar pada Indonesia yang lebih baik.
Biru Laut mungkin memang sosok imajiner yang diciptakan oleh penulis, tetapi mungkin ada di luar sana yang pernah bernasib sama di masanya. Seorang pemuda yang disiksa dan dibungkam padahal ia hanya menyuarakan keinginan, impian agar Indonesia mampu menjadi negara yang sebenar-benarnya demokratis.
Separuh bagian menjelang akhir, kisah akan dilanjutkan dari sisi Asmara Jati, adik Laut. Asmara sangat menyayangi dan merindukan kakaknya. Setiap malam, ibu dan bapak akan menyiapkan empat buah piring kosong di atas meja makan, satu untuk ibu, satu untuk bapak, satu untuk Asmara, dan satu untuk Biru Laut. Berharap pintu depan akan terbuka dan menampilkan sosok pemuda kelaparan seperti biasa.
Buku ini merupakan salah satu buku yang cukup membekas dalam ingatanku. Kekejaman, siksaan, pengkhianatan, dan segala yang suram sangat terasa ketika aku membacanya. Seakan Laut sedang bercerita langsung di depanku.
Bagian yang paling menyedihkan adalah ketika para keluarga yang ditinggalkan berusaha denial dan menolak kenyataan bahwa kekasih, anak, suami, keponakan, dan orang tersayang mereka tidak diketahui nasibnya, apakah masih hidup atau tidak. Namun akhirnya, mereka semua berusaha dan mencoba untuk bangkit dan melanjutkan hidup. Tidak dengan berusaha melupakan yang telah hilang, tetapi dengan menerima kenyataan dan membiarkan mereka yang hilang sebagai kenangan di masa lalu.