"Cinta adalah mainan yang tidak dijual di toko mainan. Jangan bercanda dengan yang ada di dalam dada. Jangan memberi porsi candu pada rindu. Napasmu bisa lepas. Detak jantungmu bisa tak terhitung. Dan tetap, semua hal di atas adalah perkara paling salah yang tak dapat disalahkan."
Begitu Sdavincii membuka kisahnya. Buku ini adalah salah satu novel yang menceritakan tentang kisah perjalanan nyata penulis. Bagaimana lika-liku dunia percintaannya bermula dan berakhir.
Ceritanya dibuka dengan kehidupan anak pesantren yang sedang berada di akhir perjalanannya menuju kelulusan. Sultan, tokoh utama di buku ini, adalah seorang anak remaja pada umumnya. Ia punya ambisi di masa mudanya. Aktif organisasi, pernah bergabung di dunia jurnalis, dan ia juga aktif menulis.
Di buku ini, Sultan bercerita tentang warna-warni kehidupan di pesantren. Ia punya kawan yang begitu kompak di setiap keadaan. Mungkin karena lingkungan pesantren yang 24 jam membuat mereka tahu satu sama lain yang menjadikan ikatan di antara mereka begitu kuat. Serasa memiliki keluarga baru di perantauan.
Tiba masanya di kelas 3, tentu yang dipikirkan selanjutnya adalah tentang jenjang pendidikan yang akan ditempuh pasca lulus dari pesantren ini. Kawan-kawan Sultan tentu saja sudah punya rencana untuk melanjutkan ke universitas A,B,dan C.
Sedangkan dirinya bergelut dengan ambisi pribadi kuliah ke Jerman yang tentu saja bertentangan dengan orang tuanya. Masalah satu ini belum selesai timbul lagi masalah yang lain.
Sultan bertemu dengan Kinan, perempuan di luar pesantren yang membuat bunga-bunga cinta bermekaran di antara keduanya. Sungguh, ujian sebelum lulus itu nyata adanya. Pasti ada aja godaannya. Bikin gagal fokus.
Begitulah inti cerita di buku ini, tentu saja tentang kisah mereka berdua, Sultan dan Kinan. Dua remaja usia 18 tahun yang sedang merencanakan tentang masa depan. Rumit sih ya memang masalah cinta. Nggak tahu, kenapa bisa begitu.
Sultan berkeinginan untuk menjadikan Kinan sebagai masa depannya. Tentu saja menikah muda adalah keinginannya. Padahal, lulus sekolah saja belum. Ia sudah punya rencana besar untuk melakukan ini, termasuk menjadi penulis hebat untuk jaminan masa depan yang bahagia bersama Kinan.
Well, pada akhirnya dengan banyak drama yang terjadi di buku ini, Sultan ditinggal nikah sama Kinan. Ia sudah bahagia dengan kehidupan barunya bersama laki-laki lain. Menyisakan luka yang begitu dalam di hati Sultan.
Selama ini Sultan menulis cerita tentang Kinan di buku yang ingin ia terbitkan. Masa-masa indah bersamanya, eh ditinggal nikah pada akhirnya. Nggak tahu lagi gimana kelanjutan ceritanya ini. Belum baca di buku yang lainnya.
Hmm, memang nggak ada yang jamin kan ya komitmen selain dengan pernikahan? Belajar sudut pandang baru sih dari buku ini. Laki-laki itu selalu bisa membuat janji untuk kebahagiaan di masa depan. Dan perempuan selalu ingin meminta kepastian. Saat keduanya tak lagi sejalan, ya komitmennya buat bersama cuman sampai di situ aja.
Nggak jamin juga seseorang yang dicintai akan selalu bersama selamanya. Lebih tepatnya, komitmen sebelum pernikahan itu nggak ada. Bisa aja ditinggalin kapan aja. Haha
Ah, sudahlah. Bicara cinta emang nggak ada ujungnya. Sekian ulasan bukunya kali ini. Sampai jumpa di ulasan buku berikutnya ya.