Sebagai penulis produktif yang kreatif, Mashdar Zainal selalu melahirkan karya-karya yang inovatif dan selalu berbeda. Salah satu contoh kisah-kisah yang terdapat dalam buku Gelak Tawa di Rumah Duka ini. Kisah-kisah yang disajikan oleh penulis sungguh fantastis dan di luar dugaan. Hal ini setidaknya dapat ditilik dari tiga cerpen yang berjudul Gelak Tawa di Rumah Duka, Perempuan yang Tergila-gila pada Mesin Cucinya, dan Keluarga Kiwir.
Dalam cerpen Gelak Tawa di Rumah Duka, penulis berfantasi dengan menggambarkan seorang lelaki yang sudah meninggal dunia dan ditempatkan di dalam peti, tetapi masih bangun lagi. Semula peti itu bergoyang-goyang, lalu terbuka tertutup, terbuka lagi dan tertutup lagi. Serupa dengan seorang kakek yang sedang bermain petak umpet dengan cucunya.
Kemudian lelaki itu bangkit dari dalam peti dengan muka gosong, mengenakan stelan jas, pakai dasi kupu-kupu, memakai tiga cincin batu akik di jemarinya, serta bersepatu pantofel hitam mengkilap. Lalu, ia menggerak-gerakkan tangan juga kakinya, mendekati salah satu wanita pelayat, dan mengajaknya berdansa.
Sementara cerpen Perempuan yang Tergila-gila pada Mesin Cucinya mengisahkan seorang perempuan, tepatnya seorang istri, yang meminta kepada suaminya untuk dibelikan mesin cuci. Padahal di rumah itu, mereka hanya tinggal berdua. Sebenarnya tidak terlalu butuh. Jika ada pakaian kotor, bisa langsung dicuci di sela-sela mandi.
Tapi, istrinya tetap ngotor untuk dibelikan mesin cuci. Saat si suami memenuhi permintaan istrinya membelikan mesin cuci, istrinya selalu dekat dan tidak bisa jauh dari mesin pencuci pakaian tersebut. Selalu ada yang ingin dicucinya. Bahkan, beras yang hendak dimasak, ia cuci pakai mesin cuci. Suatu waktu pernah juga si suami mendapati pecahan gelas dan piring di dekat mesin itu, ternyata si istri telah mencucinya pakai mesin cuci.
Sedangkan cerpen Keluarga Kiwir, mengangkat kehidupan keluarga, bapak-ibu dengan ketiga anaknya. Satu lelaki dan dua perempuan. Sepasang suami istri itu ingin segera menimang cucu. Sementara ketiga anaknya belum dapat jodoh. Lelaki si sulung sudah ditawarkan beberapa gadis anak teman sekantor bapaknya, namun ia tidak berkenan. Lalu perempuan nomor dua dapat jodoh seorang satpam, tetapi hingga lima tahun usia pernikahan, keduanya belum juga dikaruniai anak.
Akhirnya, anak perempuan, si bungsu yang baru lulus SMP itu, tiba-tiba hamil tanpa suami. Ibu dan kedua saudaranya tiada henti mendesak agar ia mengungkap siapa lelaki yang telah menghamilinya. Namun, hingga anaknya terlahir, ia tetap memilih bungkam. Dan ia bingung hendak menjawab pertanyaan anaknya kelak ketika dewasa, siapa bapaknya? Sebab, bapak dan kakek dari anaknya adalah lelaki yang sama.