Praktik Politisasi Agama dalam Film The Last Kingdom: Seven Kings Must Die

Hernawan | Yoga Yurdho
Praktik Politisasi Agama dalam Film The Last Kingdom: Seven Kings Must Die
Cuplikan film The Last Kingdom: Seven Kings Must Die. (IMDB)

Dunia perfilman memang sangat menarik juga menghibur. Menonton film bisa dijadikan sebagai acuan pembelajaran dalam segala aspek. Selain itu, manfaat dari menonton film juga sangat banyak dan tergantung dari bagaimana cara kita untuk menyikapinya.

Seperti dalam film The Last Kingdom: Seven Kings Must Die, kita bisa belajar banyak tentang sejarah yang ciamik tentang bagaimana para ksatria mempertahankan keutuhan nilai-nilai yang mereka pegang.

Film The Last Kingdom: Seven Kings Must Die, dirilis pada 14 April 2023 dan tayang di Netflix. Film yang bergenre aksi drama sejarah ini disutradarai oleh Edward Bazalgette. Adapun para pemerannya antara lain; Alexander Dreymon sebagai Uhtred, Harry Gilby sebagai Aethelstan, Laurie Davidson sebagai Ingilmundr, dan masih banyak lagi.

Film ini mengisahkan tentang keadaan kerajaan Inggris setelah kematian raja Edward. Keadaan yang chaos ini tentu dimanfaatkan oleh mereka yang ingin meneruskan tahta kerajaan seperti para ahli waris dan pemberontak. Salah satu hal yang menarik dari sekian banyaknya kejadian di dalam film ini adalah adanya praktik politisasi agama untuk mencapai sebuah tujuan.

Di dalam film diceritakan Ingilmundr seorang teman lama dari pewaris tahta yaitu Aethelstan memanfaatkan situasi kekacauan ini dengan melakukan praktik politisasi agama. Ia mendekati Aethelstan dan menghasutnya dengan menggunakan ajaran-ajaran Kristen untuk membuat Aethelstan yakin. 

Ingilmundr adalah karakter yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Aethelstan muda, menciptakan penghalang antara dia dan Uhtred. Aethelstan sangat terlibat dengan agamanya dan hal itu dimafaatkan lebih dalam lagi oleh Ingilmundr, karena ia adalah seorang biarawan Kristen yang mendapatkan posisi penting di dalam kerajaan.

Hal itu menjadikan Aethelstan bertindak semena-mena karena ia meyakini bahwa yang ia lakukan adalah perintah dari agama. Uhtred dengan cepat mengetahui bahwa sebagian besar dari pergeseran pandangan Aethelstan ini adalah Ingilmundr, seorang biarawan Kristen yang telah mendapatkan posisi penting selain ahli waris muda, sehingga Aethelstan bertindak di bawah hasutan Ingilmundr. Bahkan Aethelstan dan Ingilmundr memiliki hubungan romantis sampai melakukan hubungan badan yang jelas-jelas dilarang di dalam agama.

Aethelstan menjadi sangat paranoid ketika Uhtred mengetahui itu, merasa nama baiknya terancam ia pun mengatakan bahwa dia akan menghukum siapa pun yang bertanggung jawab menyebarkan "rumor" ini. Ingilmundr membuat Aethelstan melingkari jarinya dan membuatnya melakukan keputusan yang mengerikan atas nama agama Kristen.

Di penghujung film, akhirnya Ingilmundr dieksekusi mati oleh Aethelstan karena Uhtred berhasil menolong dan menyadarkan Aethelstan dari politisasi agama yang dilakukan padanya oleh Ingilmundr. 

So, agama sejatinya sebagai penuntun kepada jalan kebenaran, namun bisa juga menjadi bahaya apabila kita terlalu terjerumus. Jangan sampai kita mau diadu domba karena perihal agama, keyakinan dan dasar agama yang kuat sangat diperlukan agar kita tak gampang untuk dikelabui oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab yang mengatasnamakan agama demi kepentingannya. Bijak-bijaklah dalam menggunakan ilmu agama. See ya!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak