Review Anime 'Koe no Katachi', Mengambil Kesempatan untuk Jadi Lebih Baik

Hayuning Ratri Hapsari | Inggrid Tiana
Review Anime 'Koe no Katachi', Mengambil Kesempatan untuk Jadi Lebih Baik
Poster film animasi Koe no Katachi (IMDb)

Film animasi "Koe no Katachi" atau dalam bahasa Inggris disebut "A Silent Voice" adalah cerita tentang masalah persahabatan dan perundungan di sekolah yang menggambarkan karakter utama, Shoya Ishida dan teman sekelasnya Shouko Nishymiya, seorang gadis Tuli.

Sebagai anak muda yang nakal di sekolah dasar, Shouya Ishida mencari cara mengusir kebosanan dengan tindakan yang kejam.

Ketika Shouko Nishimiya, seorang gadis Tuli pindah ke kelasnya, Shoya dan teman-temannya tanpa berpikir panjang membullynya hanya untuk bersenang-senang.

Namun, setelah ibunya memberi tahu pihak sekolah, Shoya dikucilkan dan disalahkan atas kejadian tersebut. Meski Shouko pindah, Shoya tetap mengandalkan belas kasihan teman-temannya, sementara di sekolah dasar dan menengah dia diabaikan oleh para guru.

Di tahun ketiga sekolah menengah atas, Shoya masih membawa beban kesalahannya. Ia dengan tulus menyesali perbuatannya di masa lalu, dia memulai perjalanan penebusan yaitu bertemu kembali dengan Shouko dan berusaha menebus kesalahan masa lalunya.

"Koe no Katachi" mengisahkan kisah haru tentang pertemuan kembali Shoya dan Shouko. Dalam usahanya yang jujur untuk menebus kesalahannya, Shoya terus dihantui oleh bayang-bayang masa lalunya.

Film ini mengalami kesuksesan baik di dalam negeri maupun di internasional seperti film "Your Name".

Review Anime Koe no Katachi

Film ini mengusung tema-tema seperti isolasi, kebencian terhadap diri sendiri, dan keinginan untuk diterima, yang menciptakan gambaran yang jelas tentang masa pubertas.

Pendekatan segarnya dalam menangani perundungan memfokuskan pada sudut pandang pelaku perundungan, bukan korban. 

Meskipun kadang-kadang ceritanya terhambat oleh emosi yang saling bertentangan, karakter Shoya membuat saya merasa empati padanya.

Film ini dimulai di sekolah dasar, menunjukkan bagaimana pengasingan sosial bisa berkembang dari perbedaan kecil yang memicu toleransi. 

Beberapa aspek mungkin terasa kurang jelas dalam versi filmnya, seperti perasaan rasa ingin tahu karakter Shoya terhadap Shoko.

Namun, penggambaran kejamnya remaja membawa saya ke dalam dunia psikologis, yang menunjukkan bahwa pelaku bullying juga bisa terluka seperti korban.

Kisah ini melibatkan penonton dalam perjalanan Shoya untuk mengungkapkan latar belakang keluarganya yang tidak konvensional.

Lima tahun kemudian, karakter-karakternya kembali dengan dinamika yang lebih rumit, meskipun beberapa aspek, seperti reuni antar karakternya mungkin terasa kurang terstruktur.

Untuk animasinya membawa pengalaman tumbuh dewasa dengan cara yang intens dan menggunakan simbol visual yang unik, seperti tanda silang biru di wajah teman-teman sekelas Shoya.

Aspek visualnya, seperti adegan roller coaster, menciptakan sensasi yang sulit dicapai dalam film live-action.

Pengawas ilustrasinya, Futoshi Nishiya, menciptakan gaya visual yang menggabungkan super-realisme dan Deforme.

Meskipun ada potensi untuk memperketat bagian tengah film, penyuntingannya memberikan tampilan yang menarik dan sinematik.

Musiknya menciptakan nuansa yang pas antara unsur semangat dan romantis.

Secara keseluruhan, film ini sedikit kasar, tapi penuh makna. Film ini mengangkat topik yang dalam dengan sentuhan yang paling baik yang pernah ada.

Film ini juga sangat mengharukan, melegakan, namun juga sangat menjengkelkan karena beberapa karakternya. 

Saya sangat merekomendasikan film ini karena banyak pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini. Dan film ini bisa kamu saksikan di platform streaming Netflix.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak