Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap

Hernawan | Athar Farha
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
Poster Film Kuasa Gelap (Dokumentasi Pribadi/ Athar Farha)

Akhirnya muncul film horor yang nggak mengusung ‘klenik jawa’ dan ‘religi islam’ (kebanyakan). “Kuasa Gelap” hadir jadi angin segar, menawarkan sekaligus membawa penonton untuk ikut menjelajahi eksorsisme dari sudut pandang agama Katolik—sangat jarang diangkat dalam perfilman lokal. Film ini disutradarai Bobby Prasetyo dan diproduseri Robert Ronny, Andi Boediman, Pandu Birantoro, dan Arvin Sutedja. Penasaran dengan kisah dan impresi detailnya? Lanjut baca sampai tuntas!

Sinopsis Film Kuasa Gelap

Film yang rilis 3 Oktober 2024 akan membawamu pada sosok Romo Thomas (Jerome Kurnia). Dia pastor muda yang tengah mengalami guncangan iman setelah mengalami tragedi besar—kematian adik dan ibunya dalam sebuah kecelakaan. 

Krisis iman membuat dia ingin berhenti jadi pastor. Dalam kondisi emosionalnya yang nggak stabil, eh, dia malah ditugaskan untuk membantu proses eksorsisme bersama pastor senior, Romo Rendra (Lukman Sardi). 

Eksorsisme itu dilakukan pada Kayla (Lea Ciarachel), remaja cewek yang tadinya ingin berkomunikasi dengan arwah mendiang ayahnya pakai jelangkung. Agak bego, sih, tapi wajar juga secara Kayla masih remaja. Kayla nggak sendirian main jelangkung, dia ditemani Cilla (Freya JKT48). Dan alasan Kayla main jelangkung: Ingin memisahkan kekasih ibunya (Astrid Tiar) yang nggak Kayla sukai. 

Mau menghancurkan hubungan orang kok pakai jelangkung. Ngaco tapi begitulah remaja. Alih-alih ayahnya yang datang, jelangkung justru dirasuki oleh Zababel (murid iblis Lucifer). Ketika kekacauan mulai terjadi, dua pastor pun beraksi.

Unsur-Unsur Katolik dalam Film Kuasa Gelap

Selain alurnya bikin kepo, yang bikin Film Kuasa Gelap berbeda dibanding film horor lokal lainnya adalah: Elemen Katolik yang mengikat sepanjang durasi. Seolah-olah, nggak peduli ‘tema termasuk minoritas’, unsur-unsur Katolik benar-benar dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menciptakan perspektif segar dalam genre horor lokal. 

Nggak bisa dipungkiri, selama ini banyak film horor didominasi unsur religi Islam, baik mengupas spiritualnya ataupun cuma asal tempel doang. Namun, “Kuasa Gelap” berani menantang eksistensi film-film horor tersebut dengan memperkenalkan elemen religius Katolik sebagai fondasi naratifnya.

Kita bakal melihat set Gereja untuk misa, dan diperdengarkan doa-doa dalam Bahasa Latin, yang menggantikan elemen religius dari film-film horor biasanya. Ini nggak hanya ngasih warna baru, tapi dengan menggali ke dalam tradisi Katolik, film ini menyoroti satu hal: Setan, iblis, ataupun kekuatan jahat, itu juga bisa ditemukan di mana saja, termasuk dari latar belakang agama. Dan setiap agama punya cara mengatasinya. 

Bahkan Film Kuasa Gelap bisa dibilang lebih dari sekadar penggambaran religius, film ini juga ngajak penonton (khususnya katolik) untuk ikut merenung.  

Dalam pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, karakter Pastor Rendra dan Pastor Thomas seolah-olah menjadi simbol pencarian makna dan harapan di tengah kegelapan. Seperti halnya Pastor Thomas, yang mengalami krisis iman pasca kehilangan orang-orang terkasih, seakan-akan ngajak penonton buat bertanya: Seberapa kuat iman seseorang ketika dihadapkan pada situasi paling suram?

Yang jelas, “Kuasa Gelap” membuka diskusi, tentang bagaimana berbagai tradisi religius dapat eksis di perfilman Indonesia. 

Padat tapi Nggak Asal Padat

Nah, nggak cuma eksorsisme dan krisis iman, Film Kuasa Gelap juga nggak bertele-tele. Dan nggak cuma fokus pada aspek horornya, tapi juga menggali interaksi hubungan antara karakter-karakter utama, termasuk pendalaman karakter yang terbangun dengan solid. 

Di mulai dari kecelakaan yang mengubah hidup Thomas hingga perjuangan Kayla melawan kekuatan yang merasukinya. Ini berarti, Film Kuasa Gelap punya pendekatan ‘yang memanusiakan karakternya’. 

Bahkan film ini menghadirkan elemen jumpscare efektif pun nggak berlebihan. Sayangnya, bagian akhir film yang seharusnya bisa bikin adrenalin naik, malah agak kendur. Nggak buruk, mungkin karena pengambilan gambar kurang merepresentasikan ketegangan yang sebenarnya bisa ditampilkan begitu ngeri.  Bahkan, beberapa momen pun mengingatkan diriku dengan film-film serupa, seperti pada: The Exorcism of Emily Rose (2005), Film The Nun (2018), dan Film The Rite (2011), referensinya sangat terlihat.

Namun, yang jelas aku salut karena biar bagaimanapun, riset film ini terbilang niat. Pun dengan seluruh cast yang tampil totalitas. 

Skor: 7,5/10. Tontonlah karena Film Kuasa Gelap semenarik itu. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak