Lintang Siltya Utami | Fitri Suciati
Ilustrasi suasana kamar asrama yang misterius. [Canva AI]
Fitri Suciati

Apa kalian pernah merasakan pengalaman misterius? Melihat langsung sosok makhluk halus dengan mata kepala kalian sendiri atau sekadar merasakan pengalaman mencekam yang sukses membuatmu merinding. 

Jika kalian bertanya padaku, jawabannya adalah pernah. Mungkin bukan pengalaman langsung menyaksikan makhluk astral dengan segala bentuknya yang menakutkan. Namun, aku pernah berada di tengah situasi ketika seseorang pernah secara tidak sadar dirasuki dan dikuasai oleh sosok makhluk halus. Biasanya orang-orang menyebut fenomena ini dengan istilah kesurupan

Saat itu aku tengah berada di sebuah asrama atau lebih tepatnya tempat pelatihan kerja. Sesuai dengan namanya, tempat ini tentu saja dihuni oleh orang-orang dari berbagai daerah dan latar belakang yang berbeda 

Di tempat ini, aku tak hanya belajar memperdalam skill dan keahlian bekerja. Namun, juga belajar bersosialisasi dengan berbagai macam sikap dan kepribadian orang-orang yang aku temui di sana. 

Di bulan pertama aku berada di tempat tersebut, ada anak baru yang ikut menghuni kamar yang aku tempati. Ada sekitar 10 orang di kamar tersebut, dengan tiap dua orang menghuni satu ranjang bertingkat.

Sebut saja Dewi, perempuan muda yang terlihat sangat pemalu itu mendapat banyak perhatian dari seluruh penghuni kamar. Tak sedikit yang mencoba bersikap hangat padanya dan membantu Dewi beradaptasi dengan cepat di tempat yang keras ini.

Namun, setelah dua minggu berlalu Dewi tetap saja terlihat murung dan begitu pendiam. Serta suka melamun dan menyendiri di sudut kamar ketika teman-teman yang lain memilih menghabiskan waktu istirahat dengan ngobrol dan bercanda.

Rupanya, kedatangan Dewi ke tempat ini bukan sepenuhnya keinginannya. Melainkan paksaan dari keluarga, serta sang suami. Dengan alasan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik jika Dewi ikut bekerja. 

Dewi belum lama menikah dan baru saja mempunyai seorang putri berusia satu tahun. Namun, ia terpaksa meninggalkan sang buah hati hanya karena sang suami yang tidak bisa menyediakan nafkah yang cukup. 

Aku tahu pasti betapa Dewi merindukan sang putri. Terlihat sekali dari sorot matanya yang berteriak ingin pulang, dan ia yang sesekali terlihat menangis sendirian. Ketika ditanya mengapa ia bersedih, Dewi kerap mengatakan ia kangen keluarga kecilnya di rumah.

Kerinduan yang mendalam rupanya membawa dampak yang semakin serius. Semakin murung dan menyendiri Dewi dari hari ke hari, semakin sering pula ia melamun. Hingga suatu ketika perempuan itu tampak tak memiliki kendali terhadap tubuh dan pikirannya dan membiarkan sosok makhluk halus menguasainya.

Setiap malam Jum'at biasanya kami melakukan doa bersama. Namun, Dewi tak ikut bersama kami malam itu dan memilih beristirahat di dalam kamar. Ia bilang ia tengah datang bulan.

Saat semua kegiatan hari itu telah selesai dan semua orang memutuskan untuk beristirahat di ranjang masing-masing, barulah aku menyaksikan kejadian aneh itu. 

Jam dinding menunjukkan tepat pukul 12 malam ketika aku tiba-tiba terbangun karena suara pintu kamar kami yang terbuka. Rupanya, itu karena Dewi yang ingin pergi ke kamar mandi. Ketika aku menawarkan diri untuk menemaninya, ia menolak dengan nada bicara yang cukup tinggi.

"Gak perlu!" ketus Dewi, sangat berbeda dengan nada bicaranya yang biasa ia gunakan. Ia juga terlihat menundukkan kepalanya tanpa menatapku saat menjawab.

Aku pun memutuskan untuk kembali memejamkan mataku. Tetapi, tetap saja aku tak bisa tertidur dengan lelap. Hampir satu jam berlalu pintu kamar kembali terbuka, dan kulihat Dewi sudah kembali dari perjalanan kecilnya ke kamar mandi. Namun, aku merasa heran mengapa ia menghabiskan waktu selama itu. 

Ketika ia kembali ke kamar, Dewi tak langsung kembali ke ranjangnya yang berada di ujung ruangan. Namun, ia justru berdiri di depan cermin besar yang ada di tengah-tengah kamar kami. Cermin yang biasa kami gunakan untuk memeriksa kerapian seragam kami sebelum beraktivitas.

Anehnya, Dewi berdiri cukup lama di depan cermin sembari menunduk. Namun, ketika ia mengangkat wajah dan menatap cermin, Dewi justru tertawa dengan lantang kemudian.

Entah kalimat apa yang ia ucapkan setelahnya, yang kusaksikan perempuan yang begitu pendiam itu tiba-tiba berubah menjadi supermodel dadakan dan berlenggak lenggok di depan cermin sembari berteriak bahwa ia adalah perempuan yang paling cantik di dunia.

Ketika semua orang di kamar itu tertidur dengan pulasnya, aku pun memberanikan diri mengintip apa yang sebenarnya terjadi. Tawa itu seketika berhenti ketika tatapan tajam tetapi kosong itu beradu dengan bola mataku yang melebar seketika karena kaget saat menatap bayangan wajah Dewi di dalam cermin. 

Dewi terlihat begitu pucat dan tatapannya juga kosong. Namun, senyum sinis dan angkuh tampak menghiasi wajahnya. Saking kagetnya dengan perubahan sikap itu, aku memilih untuk memalingkan wajahku dan tak lagi menatap ke arah cermin. 

Masih dengan suara tawanya yang keras Dewi pun akhirnya kembali ke tempat tidurnya. Aku masih dengan jantungku yang bertalu kencang mencoba untuk memejamkan mata dan berusaha untuk tidur. Dalam pikiranku aku takut Dewi akan mendekati tempat tidurku dan malah menatapku tajam serta tertawa mengerikan di telingaku. 

Hampir satu jam berlalu aku terus merasa gelisah, hingga akhirnya suara teriakan kencang pun membangunkan seluruh penghuni kamar. Ya, benar sekali teriakan itu berasal dari Dewi yang tiba-tiba meronta-ronta dan menangis tak jelas di atas ranjangnya.

Salah seorang penghuni kamar pun berinisiatif memanggil ibu asrama, yang kemudian datang bersama petugas keamanan. Tak satupun yang berani mendekati Dewi seolah mereka tahu jika perempuan itu tengah dirasuki makhluk lain. 

Keesokan harinya, Dewi pun menjadi buah bibir dan para penghuni asrama. Serta untuk sementara waktu ia akan tidur di kamar ibu asrama dan berada di bawah pengawasannya langsung. Ibu asrama pun berpesan kepada kami untuk tidak ke mana-mana sendirian saat malam hari, ia juga meminta kami untuk tidak melamun saat memiliki masalah. 

"Namanya juga asrama, pasti tempat ini memiliki penunggu. Dengar-dengar dulunya tempat ini bekas pabrik terbengkalai, tak heran jika setiap malam Jum'at ada satu atau dua orang yang diganggu makhluk halus," seru salah satu temanku.

Mendengar hal itu, aku pun kembali merinding. Tawa seram Dewi malam itu kembali memenuhi pikiranku.