Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rasyi Fauzia
Suho EXO saat jadi pembicara di Standford University (Twitter/@StanfordSAPARC)

Program Korea Standford University menggelar konferensi selama dua hari yaitu pada 19-20 Mei 2022 untuk memperingati anniversary ke-20. Tema yang dibahas pada konferensi tersebut adalah masalah Korea Utara dan budaya pop Korea Selatan atau Hallyu (Korean wave). Dua aspek tersebut masih terus menjadi perhatian publik dan mengundang ketertarikan minat akademis di Korea.

Suho EXO menjadi salah satu pembicara dalam panel "Korean Wave" di hari pertama. Ia membicarakan hallyu sebagai seseorang yang telah berkiprah di dalamnya selama 10 tahun. Pemilik nama asli Kim Junmyeon itu membuka presentasinya dengan memperkenalkan nama panggung serta menampilkan sebuah video tentang EXO. Suho menjelaskan secara singkat tentang EXO dan bagaimana ia merasakan efek hallyu setiap saat, tidak hanya selama tur konser, tapi juga konten-konten yang tiap hari dapat disaksikan lewat media sosial.

Leader EXO itu selanjutnya menjelaskan beberapa poin terkait hallyu dalam presentasi yang ia beri judul "EXO and Suho". Poin pertama yang ia sampaikan adalah recreatable. Banyak konten dari Korea yang kemudian dapat ditiru oleh siapapun secara global. Hal itu terlihat dari cover-cover dance serta detailnya seperti kostum maupun gaya rambut. Tidak hanya dalam cover dance, Korean style kini juga sudah merambah di kehidupan sehari-hari seperti fashion, gestur, kuliner, dll.

Poin ke-2 yang Suho sampaikan adalah social responsibility. Sebagai seorang figur publik dan punya banyak fans, seluruh sikap dan perbuatannya tanpa disadari dapat membawa pengaruh bagi banyak orang. Suho mengatakan, "Saya merasa terhormat dengan cinta dan perhatian yang diberikan, namun itu semua dibarengi dengan tanggung jawab. Apapun yang saya lakukan, baik di atas panggung atau pun di luar panggung dapat memberikan pengaruh, sehingga saya punya tanggung jawab atas itu semua."

Pada poin ke-3 Suho membahas communication. Ia menekankan bahwa komukinasi membuat ikatan menjadi kuat. Tidak hanya antara artis dan fans namun komunikasi yang baik juga diperlukan dalam grup sehingga bonding antar-member menjadi kuat. Suho mengatakan bahwa sinergi dan sinkronisasi yang padu di EXO tercipta berkat latihan yang lama bersama-sama dan tidak akan terjadi tanpa ikatan yang kuat antar-member.

Masih tentang komunikasi dan bonding, Suho kemudian menjelaskan tentang EXO-L (nama fandom EXO). Komunikasi antara artis dan fans sangat dibutuhkan karena berkat fans pula sebuah grup dapat sukses. Ia juga menceritakan beberapa penuturan fans yang mulai tertarik K-culture dan bahkan ada pula yang belajar dan tinggal di Korea karena EXO.

Suho juga menyampaikan bahwa kini hallyu telah mendapat perhatian di dunia international, misalnya saja film Parasite dan series Squid Game. Suho juga menambahkan, "Saya juga tidak pernah membayangkan sebelumnya untuk bisa berdiri di sini merayakan anniversary ke 20 Program Korea di Stanford University yang prestisius ini." Suho melanjutkan bahwa budaya Korea atau K-culture merupakan sebuah fenomena global.

Untuk menutup presentasi, Suho menyampaikan slogan EXO yaitu "We Are One". "EXO berjanji akan melanjutkan perjalanan untuk membawa dunia menjadi satu melalui musik," imbuhnya. Selama presentasi maupun sesi tanya jawab, Suho juga sempat beberapa kali mengeluarkan candaan. Ia juga sempat meminta maaf di awal karena merasa bahasa Inggrisnya belum sempurna. Namun, sikap, caranya menjelaskan, menjawab pertanyaan, dan berinteraksi selama konferensi dengan full berbahasa Inggris mendapat banyak pujian di media sosial.

Suho EXO masih akan berpartisipasi di konferensi hari ke-2. Jika ingin menyaksikan siaran ulang konferensi hari pertama maupun ikut streaming langsung pada hari ke-2, kamu bisa membuka kanal YouTube Shorenstein APARC.

Rasyi Fauzia