Lagu 'Love Wins All' IU berhasil menyedot perhatian penggemarnya. Hal ini terbukti musik video yang diunggah melalui YouTube segera berada di posisi trending #1 untuk musik. Hanya beberapa jam setelah dirilis.
Selain itu, 'Love Wins All' juga merajai berbagai situs musik lokal (Korea Selatan). Seperti MelOn, Bugs, Flo, dan Genie. Dengan ini juga menandai 'Love Wins All' mendapat pencapaian RAK (Real-Time All Kill).
Judul lagu ini sebelumnya dikritik karena dianggap mengarah pada slogan yang digunakan oleh minoritas seksual untuk melawan diskriminasi dan mendukung minoritas mereka.
Merespons hal tersebut pihak IU segera mengganti judul lagu karena tidak ingin orang-orang salah persepsi. Apalagi membuat lagu ini tidak tersampaikan makna sebenarnya.
Sayangnya, kontroversi muncul kembali. Bukan tentang judul lagu, melainkan mengenai alur kisah dalam video musik tersebut.
Jika pemirsa menyaksikan dengan seksama, karakter IU adalah seseorang yang tidak bisa berbicara. Beberapa kali ia menggunakan tangannya untuk membuat isyarat untuk berkomunikasi.
Sedangkan karakter V BTS memiliki mata sebelah kanan yang terlihat buram. Atau dengan kata lain ia hanya bisa melihat menggunakan satu mata.
Mereka dalam keterbatasan masing-masing terus mengandalkan satu sama lain hingga akhir.
Ketika kedua orang tersebut saling memandang melalui camcorder, secara ajaib dan tidak ada luka atau rasa sakit. Semua tampak sangat sehat, normal, dan bahagia.
Melansir SPOTVnews, Jumat (26/1/2024) bahwa dalam video musik tersebut dianggap melecehkan penyandang disabilitas. Ada pendapat bahwa di mana pasangan penyandang disabilitas mengidealkan dan berfantasi tentang pasangan non-disabilitas.
Sedangkan dalam video musik 'Love Wins All' menampilkan hal yang normal melalui camcorder dianggap merendahkan martabat penyandang disabilitas.
Padahal sebelumnya mengenai interpretasi video musik tersebut, sutradara Eom Tae Hwa telah mengungkap maksud dari video musik tersebut.
Sutradara Eom Tae-hwa mengatakan, "Lensa dari camcorder adalah filter cinta. Ini adalah perangkat penting yang memungkinkan kita melihat hal-hal indah di dunia di luar penampilan dalam atau luar karakter,” jelasnya.
Bahwa di balik perbedaan fisik yang ditampilkan dalam camcorder tersebut tidak ada maksud untuk merendahkan atau melecehkan orang lain. Justru memiliki makna yang positif.
Namun tim produksi tidak akan mempermasalahkan hal tersebut. Karena sejak awal sutradara Eom Tae Hwa telah berpikir bahwa pandangan dan pemikiran manusia sangat luas.
"Kami juga menerima berbagai interpretasi berdasarkan berbagai perspektif pada video musik," ungkapnya dengan pemikiran yang positif dan terbuka.
Baca Juga
-
Sisa 1 Episode, 3 Pertanyaan yang Harus Terjawab di Ending Drama Love Scout
-
Woo Do Hwan Dikonfirmasi Bergabung dengan Hyun Bin di Drama 'Made in Korea'
-
Final! Inilah 4 Pasangan Akhir yang Pergi ke Surga di Single's Inferno 4
-
Bukan Cha Joo Yong, Seo Ji Hye Gabung dengan Go Soo di Drama 'Reverse'
-
Son Ye Jin Diincar Bintangi Drama Thriller Garapan Sutradara 'Mask Girl'
Artikel Terkait
-
Park Bo Gum Puji Kecantikan IU dalam Trailer When Life Gives You Tangerine
-
IU Banjir Komentar Jahat di Media Sosial Imbas Pemakzulan Yoon Suk Yeol
-
Rayakan Konser Solo ke-100, IU Rilis Film Konser The Winning di Layar Lebar
-
NewJeans hingga IU Dilaporkan ke CIA Imbas Dukung Pemakzulan Presiden Korea
-
YouTuber Amerika Laporkan IU ke CIA, Dukungan Pemakzulan Jadi Kontroversi
Entertainment
-
Kim Ji Won Pertimbangkan Peran Dokter Jenius di Drama Medis Baru
-
Bergenre Fantasi, Ini Sinopsis Drama China Love of the Divine Tree
-
Selain Berserk, 4 Anime Dark Fantasy Ini Wajib Kamu Tonton!
-
Beragam Genre, Ini 5 Drama China Tayang Februari 2025
-
Sinopsis My Undying Miracle, Drama Thailand Dibintangi Esther Supreeleela
Terkini
-
4 Lightweight Sunscreen yang Aman untuk Acne-Prone Skin, Makeup-Friendly!
-
Ulasan Buku 'Hati-hati Yaaa,' Kumpulan Cerita yang Meningkatkan Kewaspadaan
-
4 Hydrating Primer dengan Skincare Benefit, Makeup Makin Flawless!
-
Modis dengan Outfit Hitam, Ini 4 Inspirasi Padu Padan dari Sunghoon ENHYPEN
-
Ketika Warna Putih Menjadi Simbol Kehilangan: Review Buku 'The White Book'