Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) meluncurkan empat buku strategis untuk memperkuat pengelolaan keanekaragaman hayati Indonesia. Dua di antaranya menyoroti status terkini ekoregion Sumatera dan Sulawesi. Peluncuran dilakukan di Jakarta pada 19 Agustus 2025.
Langkah ini menandai perubahan cara pandang terhadap biodiversitas. Isu yang selama ini dianggap sebatas konservasi kini diposisikan sebagai motor penggerak ekonomi berkelanjutan.
Pemerintah menekankan bahwa potensi bioekonomi Indonesia sangat besar, mulai dari komoditas laut dengan nilai ekspor tinggi, sektor ekowisata, hingga skema baru seperti biodiversity credit. Namun, semua peluang itu hanya bisa terwujud jika kawasan konservasi dijaga dan ekosistem yang rusak dipulihkan.
Strategi baru yang dipaparkan Bappenas mencakup bioprospeksi untuk memanfaatkan potensi genetik bernilai ekonomi tinggi dengan inovasi teknologi, penguatan bioekonomi melalui komoditas lokal seperti sagu, pala, biofuel, dan rumput laut, pemanfaatan jasa ekosistem termasuk penyediaan air bersih dan ekowisata, serta kolaborasi inklusif dengan masyarakat, akademisi, swasta, pemerintah daerah, hingga mitra internasional.
Dokumen strategis ini juga diselaraskan dengan rencana besar Biodiversity Strategy and Action Plan 2025–2045 dan kerangka global Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
Pemerintah menyiapkan 13 strategi, 20 target nasional, dan 95 aksi utama untuk mendukungnya. Tiga di antaranya dituangkan dalam dokumen terbaru mengenai status nasional, ekoregion Sumatera, dan ekoregion Sulawesi.
Data terkini menunjukkan betapa pentingnya langkah ini. Indonesia memiliki 22 jenis ekosistem, menyumbang 18 persen terumbu karang dunia dan hingga seperempat hutan mangrove global.
Ribuan danau menjadi habitat bagi lebih dari 31 ribu spesies flora, 81 ribu fauna darat, serta 7 ribu fauna laut. Kekayaan ini bukan hanya warisan alam, tetapi juga aset ekonomi yang bisa mendorong pertumbuhan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Bappenas menegaskan bahwa strategi ini adalah fondasi menuju Indonesia Emas 2045, di mana perlindungan biodiversitas berjalan seiring dengan penciptaan peluang ekonomi hijau. Dengan begitu, Indonesia tidak hanya menjaga alamnya sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian dunia.
Baca Juga
-
Bagaimana Terobosan Ini Bisa Bikin Tenaga Surya Kini Jadi Energi Termurah?
-
Rilis Trailer, Film Rabbit Trap Bakal Bawa Dev Patel ke Jurang Mimpi Buruk
-
Perlahan tapi Pasti, Fermin Aldeguer Sukses Buat Marc Marquez Khawatir
-
Penjaga Bumi dalam Ancaman: Kritik atas Mangkraknya RUU Masyarakat Adat
-
Ulasan Film War 2: Aksi Samurai hingga Drama yang Bikin Baper
Artikel Terkait
Rona
-
Bagaimana Terobosan Ini Bisa Bikin Tenaga Surya Kini Jadi Energi Termurah?
-
Penjaga Bumi dalam Ancaman: Kritik atas Mangkraknya RUU Masyarakat Adat
-
Bagaimana Lebah Madu Bisa Jadi Alarm Alami Polusi Udara?
-
Hidup Nyeni Berkebaya Nenek: Menjaga Bumi, Melestarikan Kebudayaan
-
Kampanye Digital: Dari Layar Kecil, Suara Alam Bisa Menggema
Terkini
-
Rilis Trailer, Film Rabbit Trap Bakal Bawa Dev Patel ke Jurang Mimpi Buruk
-
Perlahan tapi Pasti, Fermin Aldeguer Sukses Buat Marc Marquez Khawatir
-
Ulasan Film War 2: Aksi Samurai hingga Drama yang Bikin Baper
-
Myself oleh NouerA: Percaya pada Potensi Diri dalam Mengejar Mimpi
-
Nova Arianto Komentari Aksi Timnas U-17 di Piala Kemerdekaan, Sudah Puas?