Satu lagi film bertemakan hukum yang agaknya bakal sulit kamu tolak! Apalagi kalau bukan Heart Blackened! Pasalnya, selain menyuguhkan kisah penegakan hukum yang menantang, film Korea yang dirilis pada tahun 2017 ini juga menghadirkan Park Shin Hye sebagai pesona yang tak tertolak! Lantas bagaimana sih jalan cerita dari film garapan sutradara Jung Ji Woon ini?
Kisahnya mengikuti jalan pengusutan kasus kematian seorang penyanyi terkenal bernama Park Yoo Na (Lee Ha Nee). Park Yoo Na diceritakan tengah menjalin asmara dengan CEO Taesan Group yang kaya raya bernama Im Tae San (Choi Min Shik).
Hubungan serius Park Yoo Na dan Im Tae San ini sayangnya tidak disenangi Im Mi Ra (Lee Soo Kyung), putri semata wayang Im Tae San. Suatu malam, Mi Ra mengajak Yoo Na bertemu di sebuah klub malam. Tujuannya tak lain dan tak bukan untuk menggagalkan hubungan Yoo Na dan ayahnya. Mi Ran berencana mengancam Yoo Na dengan sebuah video skandal lawas miliknya.
Setelah pertemuan itu, media massa nasional dibuat gempar. Penyanyi kenamaan sekaligus tunangan CEO Taesan Group itu mendadak dikabarkan tak lagi bernyawa setelah alami luka hebat di kepala. Polisi pun bergerak cepat dan menetapkan Im Mi Ra sebagai tersangka pembunuhan.
Im Tae San lantas mengerahkan segala pengaruhnya untuk menyelamatkan putrinya dari jeratan hukum. Ia mempercayakan kasus putrinya ke seorang pengacara muda bernama Choi Hee Jeong (Park Shin Hye).
Dengan kegigihan dan keuletannya, perlahan tapi pasti Choi Hee Jeong menemukan jejak-jejak yang nampaknya dapat membantu kliennya untuk lepas dari jerat hukum. Namun, saat kemenangan telah nampak di depan mata, sebuah bukti dari seorang saksi kunci, Dong Myeong (Ryu Jun Yeol) mengubah jalan cerita persidangan.
Bak menelusuri labirin begitu sensasi yang saya dapatkan sewaktu menyaksikan salah satu film yang dibintangi Park Shin Hye ini. Sebentar dihadapkan pada jalan buntu, sebentar kemudian kembali menemukan jalan keluar, begitu kiranya perjalanan Choi Hee Jeong dalam upaya membebaskan kliennya Mi Ra dari jerat hukum.
Semula alur bergerak ke satu titik yang mencetuskan sederet spekulasi yang memberatkan satu tokoh, lalu nampak menuju penyelesaian yang bermuara pada satu kesimpulan, selayaknya pada film bertemakan hukum pada umumnya.
Namun, yang membuat film ini unik adalah alur ceritanya yang tak berjalan sesimpel itu, adanya plot twist di saat-saat krusial berhasil menaikan ketegangan cerita lebih puncak lagi. Hasilnya, penonton merasa terbius dengan sederet konflik yang naik turun selayaknya wahana roller coaster.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Film With You in the Future, Saat Jatuh Cinta pada Orang yang Tepat
-
Ulasan Film Hereditary, Kisah Keluarga Diteror Perjanjian Nenek Moyang
-
Ulasan Film The Monkey, Penuh Adegan Semburan Darah dan Bubur Daging Manusia
-
Ulasan Film 404 Run Run, Atmosfer Horornya Nusuk, Komedinya Pecah
-
5 Rekomendasi Film Korea Bertema Survival, Wajib Tonton!
Artikel Terkait
-
Film Korban Jatuh Tempo - Pinjol: Siap Bikin Ngakak dan Merinding Bareng!
-
Review The Monkey: Film Horor yang Bikin Kamu Ngecek Bawah Tempat Tidur!
-
Biasa Unggulkan AI, Wapres Gibran Adakan Nobar Jumbo: Dukung Animasi Buatan Anak Negeri?
-
Ulasan Film Petak Umpet, Kisah Legenda Horor Hantu Wewe Gombel
-
Review Film That They May Face the Rising Sun: Sederhana tapi Begitu Lembut
Entertainment
-
Jadi Dosen Tamu, Lagu Home Sweet Home dari G-Dragon Dikirim ke Luar Angkasa
-
Film Korban Jatuh Tempo - Pinjol: Siap Bikin Ngakak dan Merinding Bareng!
-
Tamat Malam Ini, 7 Pemain Drama The Art of Negotiation Ucapkan Terima Kasih
-
ENHYPEN Panaskan Panggung Coachella 2025 Lewat Penampilan Live yang Energik
-
Dari Bencana Alam hingga Alien, Inilah 10 Film tentang Kehancuran Dunia
Terkini
-
Lolos Sebagai Juara Grup C, Media Vietnam Soroti Performa Timnas Indonesia U-17
-
Sebut Korea Utara Tim Unggulan, Nova Arianto Minta Indonesia Tak Gentar
-
Piala Asia U-17: Indonesia Wajib Waspadai Korea Utara karena 3 Faktor Ini
-
Review Novel 'The Grapes of Wrath': Melawan Nasib, Mencari Keadilan
-
Sebut Lolos Piala Dunia U-17 Lebih Mudah, Pernyataan Fakhri Husaini Tak Sepenuhnya Benar