Setelah sempat heboh akan dibuat versi Korea, bahkan saat film peraih Piala Oscar, Parasite, dirilis, sebagian pihak mengira bahwa film tersebut adalah Parasyte. Namun jelang pertengahan tahun 2024 ini, Parasyte versi Korea Selatan tayang di salah satu layanan nonton berbayar. Namun kali ini saya tidak akan mengulas versi drakor, melainkan versi anime dari Parasyte.
Parasyte, atau yang dikenal juga sebagai Kiseijuu: Sei no Kakuritsu, merupakan salah satu anime fenomenal yang rilis pada tahun 2014. Anime garapan studio Madhouse ini berhasil mencuri perhatian pencinta anime dengan kisah yang unik dan penuh ketegangan.
Cerita Parasyte berpusat pada Shinichi Izumi, seorang remaja biasa yang hidupnya berubah drastis ketika parasit misterius mencoba menyusup ke dalam tubuhnya. Namun, berbeda dengan kebanyakan mangsanya, Shinichi berhasil mencegah parasit tersebut untuk menguasai otaknya. Alih-alih, parasit itu hanya berhasil menguasai tangan kanannya.
Dari sini, konflik utama dalam anime ini mulai terbentuk. Shinichi harus belajar untuk bisa hidup berdampingan dengan parasit yang tinggal di tangannya, yang ia beri nama Migi. Di satu sisi, Shinichi berusaha mempertahankan jati dirinya sebagai manusia. Sementara di sisi lain, Migi berusaha mengerti dan mempelajari dunia manusia.
Pertemuan yang tak terduga ini memicu serangkaian peristiwa yang mencekam. Shinichi harus berhadapan dengan parasit-parasit lain yang berusaha menyusup dan menguasai manusia. Ia pun terlibat dalam pertarungan hidup-mati untuk melindungi dirinya, sekaligus menghentikan rencana jahat para parasit yang ingin mendominasi manusia.
Ulasan
Salah satu kekuatan utama Parasyte terletak pada pengembangan karakter yang kompleks dan mendalam. Shinichi dan Migi, sebagai tokoh protagonis utama, digambarkan dengan sangat apik. Perubahan kepribadian, psikologi, dan perkembangan hubungan di antara keduanya menjadi fokus utama dalam anime ini.
Shinichi, sebagai manusia, ditampilkan sebagai sosok yang rapuh namun memiliki determinasi yang kuat. Ia harus berjuang untuk mempertahankan kemanusiaannya di tengah tekanan yang luar biasa. Sementara Migi, sebagai parasit, perlahan-lahan mulai memahami dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki Shinichi.
Dinamika ini menciptakan konflik batin yang kaya dan emosional. Penonton diajak untuk ikut merasakan pergulatan Shinichi dalam mempertahankan jati dirinya, serta keragu-raguan Migi dalam memilih antara naluri parasitnya atau hati nuraninya sebagai makhluk yang mulai mengenal konsep empati.
Selain itu, Parasyte juga berhasil membangun ketegangan dan sensasi mencekam melalui adegan-adegan pertarungan sengit antara manusia dan parasit.
Kisah dalam Parasyte berhasil mengemas pertarungan-pertarungan dengan sangat dinamis dan brutal, namun tetap mempertahankan logika cerita yang masuk akal.
Desain karakter parasit yang unik dan menakutkan, serta kemampuan mereka yang superhuman, menambah kesan horor dan ketegangan dalam anime ini. Penonton seolah-olah ikut merasakan ketakutan dan keputusasaan yang dirasakan oleh Shinichi dan karakter lainnya dalam menghadapi ancaman parasit.
Selain itu, Parasyte juga menawarkan nuansa filosofis yang cukup kuat. Anime ini mengajak penonton untuk merefleksikan konsep identitas diri, moralitas, serta batasan antara manusia dan makhluk lain. Pertanyaan-pertanyaan seputar "apa yang membuat kita manusia" dan "siapa yang berhak menentukan nasib makhluk lain" terus bergaung sepanjang alur cerita.
Melalui pertemuan Shinichi dan Migi, penonton diajak untuk mempertanyakan kembali asumsi-asumsi dasar mengenai perbedaan antara manusia dan makhluk lain. Kendati Migi adalah parasit, ia perlahan-lahan menunjukkan kapasitas untuk belajar, berempati, dan bahkan "berevolusi" melampaui instingnya semata.
Di sini, Parasyte berusaha menggugah penonton untuk berpikir lebih dalam mengenai konsep humanitas dan sentience. Manakah yang lebih penting: asal-usul, atau kapasitas untuk berpikir, merasa, dan berbuat? Pertanyaan-pertanyaan ini terus bergaung seiring dengan perkembangan cerita.
Secara keseluruhan, Parasyte merupakan anime yang berhasil mencuri perhatian dengan kombinasi yang apik antara ketegangan, aksi, serta nuansa filosofis yang mendalam. Pengembangan karakter yang kompleks, serta kemampuan dalam membangun ketegangan, menjadikan anime ini salah satu karya anime terbaik yang pernah ada.
Parasyte tidak hanya sekadar menghibur, namun juga mengajak penonton untuk berpikir dan merefleksikan kembali konsep-konsep dasar mengenai kemanusiaan. Skor 87/100.
Baca Juga
-
Ulasan Film 'The Zone of Interest', Potret Ganda sang Penjahat Perang
-
Rekomendasi 3 Sinema Mancanegara Buat Penggemar Film 'Siksa Kubur', Berani Nonton?
-
Ulasan Film The Night Eats the World, Kisah Sepi Penyintas Serangan Zombie
-
Review Film Dokumenter 'Amy', Pergulatan di Balik Ketenaran Amy Winehouse
-
Review Film 'Good Time', Salah Satu Film Apik Robert Pattinson
Artikel Terkait
-
Review Anime Mob Psycho 100 Season 2, Kekuatan Esper Bukanlah Segalanya
-
Review Anime Isekai Yururi Kikou, Petualangan Tanpa Beban di Isekai
-
Review Anime 2.5 Jigen no Ririsa, Menemukan Jati Diri di Dunia Cosplay
-
5 Rekomendasi Anime Berlatar Sekolah Sihir dengan Kisah Magis yang Seru
-
Review Anime NegaPosi Angler, Memancing dengan Sentuhan Drama Psikologis
Entertainment
-
4 Karakter Wanita dalam Drama China yang Badass Abis, Anti Menye-Menye
-
Stray Kids Donasi Rp9 Miliar untuk Korban Kebakaran Hutan di Korea Selatan
-
Mengenal 9 Karakter Baru yang Muncul di Serial The Last of Us Season 2
-
Bertema Okultisme, 3 Karakter Pemeran Utama Film Holy Night: Demon Hunters
-
Ada Annabelle, 5 Film Hits Ini Ternyata Diproduksi dengan Budget Rendah
Terkini
-
Pasar Literasi Jogja 2025: Memupuk Literasi, Menyemai Budaya Membaca
-
Review Qodrat 2: Lebih Religius dan Lebih Berani Menebar Teror!
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Review Komang: Menelusuri Cinta Raim dan Komang yang Bikin Baper
-
Review Anime Mob Psycho 100 Season 2, Kekuatan Esper Bukanlah Segalanya