Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dena Audina Rosadi
Poster drama the gangster me who became a high schooler (hancinema)

Media Korea Selatan, Donga, dalam beberapa tahun terakhir, industri drama Korea mengalami perubahan signifikan berkat perkembangan platform OTT. Meskipun ada kemajuan dalam produksi, metode pembayaran honor para aktor tetap stagnan pada standar lama, yaitu berdasarkan tanggal siaran, yang memicu ketidakpuasan di kalangan para aktor.

Menurut laporan terbaru dari Korea Broadcasting Actors' Union (KBAU), banyak produksi drama masih menggunakan sistem pembayaran honor yang bergantung pada tanggal siaran atau penjadwalan, bukan pada waktu pengambilan gambar. Sistem ini berarti bahwa aktor sering kali harus menunggu berbulan-bulan, bahkan hingga satu atau dua tahun, setelah selesai syuting sebelum menerima honor mereka.

Hal ini disoroti oleh Song Chang-gon, Sekretaris Jenderal KBAU, yang mencatat bahwa banyak aktor mengalami penundaan pembayaran honor yang panjang karena ketentuan kontrak yang menetapkan waktu pembayaran berdasarkan tanggal siaran, yang membuat mereka tidak dapat mengajukan keluhan hukum.

Dikutip dari laporan tersebut, situasi ini semakin diperburuk oleh kondisi keuangan yang sulit dihadapi oleh banyak stasiun TV yang mengurangi jumlah produksi drama tahunan mereka. Pada tahun ini saja, tercatat ada sekitar 30 drama yang belum disiarkan, menyebabkan para aktor yang terlibat harus menunggu lama sebelum mendapatkan pembayaran mereka.

Song juga menambahkan bahwa adanya penurunan jumlah produksi dan kesulitan keuangan di kalangan broadcaster memperparah situasi ini, dengan para aktor terpaksa menunggu lebih lama untuk menerima honor mereka.

KBAU dan Korean Entertainment Management Association (KEMA) telah berusaha untuk memperbarui kontrak standar dan prosedur pembayaran, namun perubahan ini menemui berbagai kendala. Penggunaan kontrak standar saat ini bersifat sukarela, dan banyak produsen serta broadcaster dapat mengubah syarat pembayaran sesuai kebijakan mereka sendiri. Hal ini sering kali menyebabkan ketidakpastian dan ketidakadilan bagi para aktor.

Dalam beberapa kasus, ketidakpastian ini telah menyebabkan konflik. Contohnya, produsen Number Three Pictures menghadapi kritik tajam setelah belum membayar honor kepada 119 aktor yang tampil dalam drama OTT 'The Gangster Who Became a High School Student' dan 'Spirit Fingers' yang syutingnya selesai tahun lalu. Meski produsen tersebut telah membayar sebagian dari honor yang tertunda dan berkomitmen untuk membayar penuh pada akhir Agustus, isu ini menunjukkan masalah yang lebih luas dalam industri.

Pada 17 Juli, muncul juga tuduhan terkait honor yang belum dibayar untuk drama KBS 2TV 'Perfect Family', yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus mendatang. Meskipun pihak produksi, Victory Contents, mengklaim bahwa semua honor telah dibayar, terungkap bahwa ada kesalahpahaman terkait kontrak salah satu aktor utama. Seorang pejabat industri menyebutkan bahwa ketidakpastian terkait pembayaran honor telah menciptakan suasana kecemasan yang meluas di kalangan aktor.

Sebagai kesimpulan, masalah pembayaran honor yang tertunda merupakan isu yang mendesak dalam industri drama Korea. Meskipun ada usaha untuk memperbaiki situasi ini melalui perubahan kontrak dan regulasi, tantangan tetap ada, dan ketidakpastian ini menunjukkan perlunya reformasi mendalam untuk memastikan keadilan dan transparansi bagi semua pihak yang terlibat dalam produksi drama.

Dena Audina Rosadi