Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Athar Farha
Poster Film Perang Kota (Instagram/cinesurya)

Sejarah seringkali menjadi ladang yang kaya untuk dieksplorasi dalam film, terutama ketika momen-momen kelam dan penuh perjuangan dijadikan latar cerita sebuah film. Nah, Starvision, Cinesurya, dan Kaninga Pictures mempersembahkan ‘Perang Kota’, film garapan Mouly Surya berdasarkan novel karya Mochtar Lubis, yang akan membawamu kembali ke masa-masa kritis sejarah Indonesia, di mana ketakutan, pengkhianatan, dan perjuangan untuk kemerdekaan terjadi di tengah kota yang penuh gejolak. 

Dengan genre aksi dan drama sejarah, film ini menggambarkan bagaimana ketegangan antara penjajah Belanda dan perjuangan kemerdekaan Indonesia mencapai titik kulminasinya, di mana nggak cuma tubuh yang harus bertarung, tapi juga jiwa yang dipertaruhkan dalam upaya mempertahankan tanah air.

Sinopsis Film Perang Kota 

Berlatar di Jakarta 1946 menceritakan kisah Guru Isa (Chicco Jerikho), seorang guru yang dihormati, mantan petarung dan pemain biola, yang hidup dalam ketakutan di tengah kehadiran pasukan Belanda dan sekutu NICA. Isa itu impoten. Duh!

Ketika penjajah datang kembali untuk menguasai Indonesia, Guru Isa, bersama sahabatnya Hazil (Jerome Kurnia), memutuskan untuk bergabung dalam perjuangan gerilya. Dengan kecerdikan dan keberanian mereka, keduanya berusaha mengumpulkan pasukan musuh ke dalam satu tempat yang strategis: bioskop Rex.

Di sanalah, rencana mereka untuk menghancurkan pasukan Belanda dan sekutu NICA dengan bom dan kekuatan gerilya dalam usaha terakhir untuk menggulingkan kekuasaan penjajah di kota tersebut.

Ada sesuatu yang begitu menggetarkan. Hazil rupanya menjalin hubungan dengan Fatimah (Ariel Tatum), istrinya Isa. Isa tahu hal itu tapi membiarkannya saja karena Isa sadar diri nggak bisa menghamili istrinya. Ups. Kompleks ya kisahnya? Filmnya pastinya bakal lebih heboh. 

Aksi dan Strategi dalam Perjuangan Kemerdekaan

Film ini menggambarkan bagaimana strategi gerilya digunakan dalam perjuangan melawan penjajah, dengan fokus pada kisah Guru Isa yang nggak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tapi juga kecerdikan dalam merencanakan serangan besar.

Pusat ceritanya itu, upaya menghimpun pasukan Belanda dan sekutunya ke dalam satu titik untuk kemudian dihancurkan. Ini mengingatkan kita pada cara-cara di mana gerilyawan Indonesia harus berpikir cerdas dan bekerja di bawah bayang-bayang ancaman untuk mencapai tujuan mereka.

Namun, Film Perang Kota bukan hanya tentang aksi militer, tapi juga tentang ketakutan dan dilema moral yang dihadapi oleh para pejuang. Guru Isa, yang seorang pendidik, harus berhadapan dengan kenyataan terkait perjuangan kemerdekaan seringkali memerlukan pengorbanan besar—bahkan jika itu berarti mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan yang dia junjung sebelumnya. Ketika berada di medan perang, nggak ada lagi pilihan selain bertahan hidup dan berjuang untuk bangsa yang sedang dikuasai.

Karakter dan Dinamika Persahabatan

Selain aksi, hubungan antara Guru Isa dan Hazil juga jadi pusat cerita. Dinamika persahabatan mereka menunjukkan pentingnya solidaritas dalam menghadapi musuh bersama. Mereka mewakili berbagai sisi dari perjuangan—Isa yang lebih cenderung intelektual dan Hazil yang lebih berorientasi pada aksi langsung.

Kekuatan dari persahabatan ini menjadi salah satu pendorong jalannya film ini, di mana keduanya saling melengkapi untuk merencanakan dan melaksanakan serangan berisiko tinggi terhadap pasukan penjajah. Bahkan termasuk untuk urusan biologis. Eh!

Segini mungkin cukup ya. Dalam spekulasi ini, Film Perang Kota dengan kisah menegangkan, tentunya akan membawamu lebih dekat dengan sejarah kelam Indonesia yang penuh dengan keberanian, pengkhianatan, dan perjuangan tanpa henti.

Nah, kapan tayang di bioskop. Sabar ya. Nggak lama lagi, tepatnya 9 Februari akan hadir di bioskop kesayanganmu. Semoga nggak ada perubahan jadwal rilis. Selamat menanti ya. 

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Athar Farha