Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | raysa zahra
Kolase poster 3 rekomendasi prekuel film (IMDb)

Di ranah perfilman, prekuel bukan cuma pelengkap cerita. Format ini sering jadi jalan bagi para pembuat film untuk mengeksplorasi sisi terdalam dari karakter-karakter ikonik.

Prekuel fokus untuk mundur ke masa lalu; menggali motivasi, luka lama, dan keputusan-keputusan yang akhirnya membentuk siapa mereka di masa depan.

Sosok villain yang dulu kita benci bisa saja ternyata korban di masa lalu. Pahlawan yang kita kagumi, mungkin ternyata punya sisi rapuh yang selama ini tersembunyi.

Artikel berikut ini akan mengulas 3 prekuel yang membongkar sisi lain karakter ikonik yang telah dikenal para penikmat film.

1. The Ballad of Songbirds & Snakes (2023)

Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds & Snakes (Lionsgate)

Sebelum menjadi Presiden Snow yang dingin dan kejam, Coriolanus Snow hanyalah seorang pemuda yang mencoba bertahan hidup di tengah runtuhnya kejayaan Capitol.

The Ballad of Songbirds & Snakes menampilkan sosok yang tampil lebih muda dan penuh ambisi dari karakter antagonis satu ini.

Saat itu, Coriolanus adalah siswa tingkat akhir di akademi paling bergengsi di Capitol. Meski berasal dari keluarga ternama, ia, sepupunya Tigris, dan nenek mereka diam-diam hidup dalam kemiskinan.

Nama keluarga mereka masih dihormati, tapi secara finansial, mereka sudah lama jatuh. Sebagai siswa terbaik di angkatannya, Coriolanus berharap bisa meraih beasiswa ke universitas.

Namun sebelum itu, pihak akademi memutuskan untuk menunjuk 24 siswa terbaik sebagai mentor bagi para tribute dari distrik.

Coriolanus awalnya kecewa karena ditugaskan membimbing Lucy Gray Baird, tribute dari Distrik 12 yang tampak tidak meyakinkan.

Namun semuanya berubah ketika Lucy Gray menarik perhatian publik Capitol lewat lagu yang ia nyanyikan saat Reaping. Melihat potensi itu, Coriolanus mulai menyusun strategi.

Ia meyakinkan Lucy Gray untuk mempercayai arahannya, dan bersama-sama mereka merancang rencana yang bukan hanya bisa menyelamatkan nyawanya di arena, tapi juga membuka jalan bagi Coriolanus untuk meraih kejayaan.

Di akhir film, transformasi Snow terasa tragis sekaligus menakutkan—mengubah sosok diktator satu dimensi menjadi gambaran kekuasaan yang lahir dari pilihan-pilihan kelam.

2. Cruella (2021)

Film Cruella (IMDb)

Sulit rasanya melupakan citra Cruella de Vil sebagai tokoh jahat yang nekat ingin menjadikan anak anjing dalmatian sebagai mantel bulu.

Tapi persepsi tersebut berubah saat Cruella (2021) dirilis. Film ini menghadirkan sudut pandang yang sama sekali berbeda, jauh dari kesan kartun jahat yang dulu kita tonton.

Diperankan oleh Emma Stone, Cruella versi terbaru tampil sebagai Estella, seorang desainer muda berbakat yang hidupnya dihantam pengkhianatan dan tragedi.

Cruella berlatar di London pada akhir 1970-an, tepat di masa ketika budaya punk rock tengah meledak. Estella membangun hidup baru di tengah hiruk-pikuk kota bersama kedua sahabatnya.

Segalanya mulai berubah ketika bakat Estella dalam dunia fashion dilirik Baroness von Hellman, sosok legendaris di industri mode yang elegan sekaligus menakutkan.

Tapi hubungan mereka ternyata menyimpan banyak konflik tersembunyi dan perlahan membuka tabir masa lalu Estella yang kelam.

Lewat pendekatan thriller revenge, film ini menggambarkan bagaimana identitas Cruella lahir bukan karena ambisi jahat semata, tapi sebagai respons terhadap luka dan ketidakadilan.

Dari situlah, sisi gelap Estella mulai bangkit dan ia pun perlahan bertransformasi menjadi Cruella yang penuh dendam, nyentrik, dan tak segan menunjukkan bahwa gaya bisa menjadi bentuk perlawanan.

Film ini nggak semata-mata ingin membenarkan tindakannya. Cruella justru mengajak penonton melihat kompleksitas di balik karakter yang dulu kita anggap hitam putih.

3. Furiosa: A Mad Max Saga (2024)

Film Furiosa: A Mad Max Saga (Warner Bros. Pictures)

Karakter Furiosa sempat menjadi sorotan usai muncul di Mad Max: Fury Road (2015). Sosok perempuan tangguh yang diperankan Charlize dikenal lewat aksi pemberontakannya melawan tirani Immortan Joe.

Tapi siapa sebenarnya Furiosa sebelum jadi pejuang sekuat itu? Itulah yang coba dijawab lewat film prekuel Furiosa: A Mad Max Saga yang tayang tahun lalu.

Dalam Furiosa: A Mad Max Saga, Anya Taylor-Joy yang mengambil alih peran Furiosa. Film arahan George Miller ini akan mengupas perjalanan hidup Furiosa sejak masih menjadi gadis muda dari Green Place.

Di sinilah kita akan melihat bagaimana trauma, kehilangan, dan pilihan-pilihan pahit membentuknya jadi sosok yang akhirnya berani menantang sistem yang menindas.

Film ini membuka kisahnya dengan sosok Furiosa kecil (Alyla Browne) yang hidup damai di Green Place of Many Mothers.

Namun saat sedang memetik buah persik, Furiosa diculik oleh sekelompok geng motor liar yang bekerja untuk Dementus (Chris Hemsworth), pemimpin brutal yang dikenal haus kekuasaan.

Para penculik berniat memanfaatkan Furiosa sebagai bukti bahwa mereka menemukan wilayah subur. Tapi Furiosa memilih diam, apalagi setelah sebuah tragedi mengerikan terjadi.

Dementus pun menjadikan Furiosa sebagai tawanan dan menempatkannya bersama History Man, pria tua yang menyimpan sejarah seperti ensiklopedia berjalan.

Ketika geng Dementus menemukan Gas Town, konflik terbuka pun pecah antara Dementus dan Immortan Joe. Dalam sebuah perjanjian, Joe menuntut Furiosa sebagai bagian dari kesepakatan.

Furiosa akhirnya dibawa ke Citadel. Di sana, ia belajar tentang mesin bersama para War Boys, dan ikut mengemudi war rig dalam misi-misi penuh bahaya di sepanjang Fury Road.

Namun di balik semua itu, Furiosa ingin kembali ke Green Place. Seberapa lama pun waktu yang dibutuhkan, ia bertekad untuk pulang ke tempat di mana segalanya bermula.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

raysa zahra