Kalau kamu punya ketakutan masa kecil yang sampai sekarang masih nempel—seperti takut pada gelap, takut monster di bawah tempat tidur, atau takut kehilangan—film Orion and the Dark bakal bikin kamu flashback sekaligus ketawa-ketiwi.
Animasi besutan DreamWorks ini mengangkat cerita simpel tapi dalam: gimana caranya seorang bocah penakut bernama Orion belajar buat face his fears, dengan bantuan… Dark, personifikasi dari kegelapan itu sendiri!
Orion (diisi suaranya oleh Jacob Tremblay) adalah bocah 11 tahun yang overthinker abis. Setiap hari, dia khawatir sama segalanya—dari tugas sekolah yang nggak kelar-kelar, malu di depan gebetannya, sampai yang paling parah: takut gelap.
Nah, suatu malam, Dark (Paul Walter Hauser) yang kesal karena selalu disalahin, muncul di kamar Orion dan mengajak dia jalan-jalan buat membuktikan bahwa gelap itu nggak sejahat yang dikira.
Dari sini, kita diajak keliling dunia dalam satu malam bareng Dark dan teman-temannya—personifikasi dari hal-hal yang bikin manusia takut, seperti Insomnia (nggak bisa tidur), Ugly (ketakutan jelek di depan orang), Quiet (suara nggak jelas di tengah malam), dan Silence (hening yang bikin merinding).
Lucunya, mereka ini sekelompok "makhluk tak kasat mata" yang kerjaannya bikin manusia deg-degan, tapi ternyata punya kepribadian kocak dan relatable banget.
Review Film Orion and the Dark
Pertama, visualnya keren banget! Karena sebagian besar cerita terjadi di malam hari, palet warnanya didominasi biru tua, ungu, dan hitam—tapi nggak bikin monoton karena ada sentuhan cahaya bintang, lampu kota, dan efek-efek magis khas DreamWorks. Adegan saat Orion dan Dark terbang melintasi langit malam itu pure eye candy!
Kedua, karakter-karakternya memorable. Dark sendiri tuh sebenarnya… garing tapi lovable. Dia insecure karena selalu jadi musuh utama anak kecil, padahal dia cuma pengin dimengerti. Chemistry-nya sama Orion lucu banget—seperti duo yang awalnya nggak cocok tapi lama-lama saling melengkapi.
Hal yang bikin film ini beda dari kebanyakan animasi anak-anak adalah cara mengangkat tema ketakutan. Nggak cuma "jangan takut, hadapi aja!", tapi film ini ngasih perspektif bahwa takut itu wajar, dan yang penting adalah gimana kita mengelola rasa itu.
Orion belajar bahwa gelap bukan musuh—justru di balik kegelapan, ada keindahan (seperti bintang, lampu kota, atau momen tenang sebelum tidur).
Oh iya, buat yang khawatir ini film berat. Tenang aja—Orion and the Dark tetap dikemas dengan humor receh yang bikin ketawa. Misalnya:
- Adegan Dark nyoba ngibulin Orion bahwa suara "krek-krek" di malam hari itu cuma… "bayinya lantai lagi tumbuh gigi".
- Karakter Ugly yang selalu ngambek karena dikira menyeramkan, padahal dia cuma pengen dianggap aesthetic.
- Insomnia yang sok-sokan jadi "pahlawan malam" dengan ngajak Orion begadang, tapi endingnya doi ngantuk sendiri.
Nggak cuma buat anak kecil, orang dewasa juga bakal nemuin banyak joke yang relate sama kehidupan sehari-hari—seperti parno berlebihan atau kebiasaan overthinking dengan hal-hal sepele.
Menurutku satu-satunya "kekurangan" film ini mungkin pace-nya agak slow di bagian awal. Butuh waktu buat Orion dan Dark benar-benar memulai petualangan mereka, tapi begitu jalan, ceritanya langsung seru dan emosional.
Beberapa orang mungkin juga bakal ngerasa konsepnya mirip Inside Out (karena ada personifikasi emosi/ketakutan), tapi Orion and the Dark punya charm sendiri dengan nuansa lebih fantasi dan petualangan.
Orion and the Dark adalah film yang menghibur tapi juga meaningful. Makanya aku beri rating? 8.5/10! Ya karena nggak cuma sekadar film anak-anak, ini adalah cerita tentang berdamai dengan ketakutan diri sendiri—dan itu sesuatu yang semua umur butuhkan.
Jadi, kalau kamu lagi pengin nonton sesuatu yang feel-good tapi tetep ada depth-nya, Orion and the Dark is the way to go! Siapa tahu abis nonton, kamu jadi lebih akrab sama gelap… atau minimal nggak langsung lompat ke kasur kalau lampu udah dimatiin.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film Gundik: Ketawa, Takut, dan Jantungan dalam Satu Film!
-
Review Film Final Destination Bloodlines: Teror Keluarga vs Kematian Sadis!
-
Review Film Dasim: Teror Jin yang Hancurkan Keluarga, Bikin Bioskop Heboh!
-
Dari Pop ke Dangdut: Transformasi Epik Anya Geraldine di Film Mendadak Dangdut!
-
Review Film Mungkin Kita Perlu Waktu: Cerita Duka yang Menyentuh Jiwa
Artikel Terkait
-
Metamorfosis Film Horor Indonesia: Dari Seksis hingga Religi
-
Peringkat 1 Netflix, Sinopsis Film The Life List Sarat Makna Kehidupan
-
Ipar Adalah Maut Sukses Besar, Film Norma: Antara Mertua dan Menantu Kok Terseok-seok di Box Office?
-
Kebetulan Tak Terduga, Ternyata Ada Pabrik Gula di Film Jumbo
-
Ada Peran Keanu Angelo di Balik Keputusan Anya Geraldine Bintangi Film Mendadak Dangdut
Ulasan
-
Ulasan Buku A Cup of Soul, Kumpulan Quotes dengan Ilustrasi Bertema Kucing
-
Berdamai dengan Perasaan Sendiri Lewat Lagu Taeyeon Bertajuk Rain
-
Ulasan Novel Practice Makes Perfect: Latihan Kencan Berubah Menjadi Cinta
-
Perihnya Diari Cinta di Film Even If This Love Disappear from the World Tonight
-
Bukan Marah-Marah, Ini Esensi Single Inggris Pertama Onew SHINee Bertajuk Mad
Terkini
-
5 Pemain Bakal Absen Melawan China di Kualifikasi Piala Dunia, Siapa yang Paling Besar Impactnya?
-
5 Pemain Timnas Indonesia Dipastikan Menepi di Laga Kontra China, Krisis Akut?
-
Selamat! RIIZE Raih Trofi Ketiga Lagu Fly Up di Program Show! Music Core
-
Punya Pribadi Tertutup, Yoo Seung Ho Diam-diam Rutin Bantu Anak Sakit dan Rawat Kucing Terlantar
-
Mengintip Kans Asnawi Mangkualam Jadi Starter dalam Duel Indonesia vs. China