Sekar Anindyah Lamase | Mira Fitdyati
Potret Ferry Maryadi (Instagram/kangferrymaryadi)
Mira Fitdyati

Kehilangan seseorang yang begitu dekat di hati sering kali menyisakan ruang kosong yang sulit digantikan, terutama ketika sosok itu adalah sahabat yang selalu menemani dalam berbagai fase kehidupan.

Begitu pula yang dirasakan oleh aktor Ferry Maryadi setelah kepergian sahabatnya, Gary Iskak. Bagi Ferry, Gary bukan hanya rekan kerja, tetapi juga sosok yang membawa warna dalam perjalanan hidupnya.

Dalam berbagai kesempatan, Gary dikenal sebagai pribadi ceria yang mampu mencairkan suasana, bahkan di tengah kelelahan syuting sekalipun.

Melalui unggahan video di kanal YouTube TRANS7 OFFICIAL pada Senin (1/12/2025), Ferry membagikan kembali kenangan-kenangan saat bersama Gary.

Ferry menceritakan bahwa ia pernah bermain sinetron bersama Gary pada tahun 2014. Dalam cerita sinetron tersebut, keduanya digambarkan sebagai musuh bebuyutan, tapi sebenarnya bersahabat.

“Itu gue kayak musuh bebuyutan lah, tapi bersahabat. Musuh bebuyutan tapi bersahabat,” kata Ferry.

Ia mengungkapkan bahwa mereka menjalani proses syuting selama hampir satu setengah tahun. Intensitas pertemuan dan aktivitas bersama, mulai dari makan hingga beribadah, membuat hubungan mereka semakin erat.

“Kita syuting waktu itu hampir satu setengah tahun. Setiap hari ketemu, setiap hari makan, setiap hari alhamdulillah beribadah bareng,” tutur Ferry.

Gary, menurut Ferry, adalah sosok yang selalu ditunggu-tunggu para pemain lain. Di lokasi syuting, terutama saat rasa lelah mulai terasa, kehadiran Gary selalu berhasil mencairkan suasana.

“Disaat kita sudah capek di lokasi, udah tengah malam. Adanya dia itu bisa mencairkan suasana. Jadi sosok yang sangat ditunggu lah sama kita-kita,” ucap Ferry.

Setelah sempat sakit dan menjalani pemulihan, Ferry sempat bertemu kembali dengan Gary. Dalam pertemuan itu, keduanya banyak berbagi cerita, terutama mengenai kehidupan.

Ferry mengaku bahwa Gary kerap memberikan petuah dan pandangan yang membuatnya banyak belajar.

“Alhamdulillah setelah dia keluar, terus kita ketemu. Kita ngebahas kalau hidup dia lebih berwarna daripada hidup saya,” kata Ferry.

“Dimana dia bisa lebih banyak memberikan petuah ke saya, mengenai kehidupan, rumah tangga, kerjaan, dan juga lain-lain,” tambahnya.

Selain itu, kesamaan hobi pada dunia motor dan touring membuat obrolan mereka tak pernah jauh dari topik tersebut, termasuk soal kesehatan yang semakin menjadi perhatian seiring bertambahnya usia.

“Pas kita lagi ketemu biasanya ngobrol soal motor, touring, kesehatan. Kan udah umur segini apalagi sih yang mau diobrolin kalau bukan kesehatan,” tutur Ferry.

Ferry juga mengenang perjalanan spiritual Gary yang menurutnya semakin terlihat. Ia bahkan banyak belajar soal ibadah dari sahabatnya itu.

“Dan saya juga banyak belajar dari Garry soal ibadah, tidak menutup mata bahwa makin ke sini makin terlihat bahwa dia memang seseorang yang insyaallah hijrahnya berhasil,” ujarnya.

Bagi Ferry, kunci persahabatan mereka selama ini adalah saling memaafkan dan mengedepankan persamaan, meski intensitas pertemuan tak selalu sering.

“Memaafkan segala kekurangan dan juga kita mengedepankan semua persamaan. Jadi mungkin kalau saya sama Gary jarang ketemu, tapi untuk komunikasi alhamdulillah ada aja gitu ya,” kata Ferry.

Kepergian Gary meninggalkan kesedihan yang mendalam bagi Ferry, tetapi juga menyisakan banyak pelajaran hidup berharga yang ia bawa hingga kini.

Meski sosok ceria itu telah tiada, jejak kebaikan dan kebahagiaannya tetap hidup dalam hati orang-orang yang mengenalnya.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS