Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Aufa Hardy
Ilustrasi marah (pexels) / Moose Photos

Ciri kepribadian alexithymia diidentifikasi lebih dari empat dekade lalu oleh psikoanalis Boston John Nemiah (pada tahun 1976), seperti ditulis Psikolog Susan Krauss Whitbourne Ph.D. di Psychology Today. Kata ini awalnya ditujukan kepada kepribadian orang-orang yang terlihat dalam terapi sebagai pasien "membosankan," demikian mereka menyebutkanya. Alexithymia secara harfiah diterjemahkan dari bahasa Yunani yang berarti "tidak ada kata untuk emosi."  

Alasan orang dengan alexithymia begitu "tidak menarik" dalam terapi adalah karena mereka sangat kesulitan mengekspresikan emosi mereka. Mereka mungkin menjalani pengobatan untuk gejala seperti gangguan makan atau keluhan fisik lainnya, tetapi karena mereka tidak dapat mengungkapkan perasaan mereka dengan kata-kata atau bahkan menggambarkan mimpi mereka, percakapan akan mudah berakhir.  

Seperti yang dinyatakan oleh David Preece dari Edith Cowan University (Australia) (2018), orang dengan alexithymia jarang memperhatikan emosional mereka sendiri, dan mengalami kesulitan menilai keadaan di hadapannya.

Regulasi emosional mereka terganggu karena mereka cenderung menghindari pengalaman hidup, dan mereka juga mengalami kesulitan emosional karena tidak memiliki sistem yang baik untuk mengidentifikasi keadaan emosional dalam diri mereka. 

Pentingnya merasakan emosi

Jika seseorang menghindari perasaan yang kuat sekaligus tidak mampu untuk memahami perasaannya sendiri, jelas hal itu dapat menyebabkan kesulitan untuk membangun hubungan yang dekat dan hangat. Begitulah yang dirasakan oleh orang dengan alexithymia. Sebaliknya, mereka akan menjauh dari pengalaman hidup yang sarat emosi, baik, dan buruk. Mereka juga tidak akan mampu mengekspresikan diri mereka dengan jelas kepada pasangannya.

Dalam sebuah penelitian yang lain menunjukkan bahwa "kurangnya kontak dengan emosi dan munculnya emosi dengan cara yang sangat intens dan tidak dapat datur" cenderung dialami oleh orang dengan alexithymia. Pada orang biasa, ekspresi emosi naik dan turun secara bertahap, sehingga kesadaran akan emosi dalam diri mereka dan kemampuan mereka untuk mengekspresikan emosi itu selaras. Jika mereka marah, mereka menyadari kemarahan mereka dan mengekspresikannya sesuai dengan itu. Sebaliknya, orang dengan alexithymia mungkin lebih ke arah meledak secara tiba-tiba.

Oleh karena itu, menyadari keadaan emosional dirimu (apa yang kamu rasakan dan apa yang membuatmu merasakannya) dan kemudian mampu mengungkapkan perasaan itu ke dalam kata-kata dapat menjadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan psikologis dan juga fisik. 

Aufa Hardy