Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Ailsa Dahayu Carissa
Mengenal Lebih Dekat Alzheimer's Disease (DocPribadi/ Ailsa Dahayu Carissa)

Penyakit Alzheimer merupakan penyakit yang menyebabkan atrofi atau penyusutan pada otak dan bekerja secara progresif (Mayo Clinic, 2022). Menurut Alzheimer Association, Alzheimer’s merupakan penyebab utama Dementia, yaitu sekumpulan gejala yang mencakup menurunnya kemampuan mengingat dan berpikir. Alzheimer biasanya diderita oleh lansia berusia di atas 65 tahun. Menurut WHO (World Health Organization), penyakit Alzheimer bersifat kronis atau progresif yang menyebabkan seseorang mengalami penurunan pada tingkat kognitif seperti memori, pemahaman, bahasa, dll. Hal ini biasanya terjadi karena penuaan secara biologis. 

Penyusutan otak yang dialami oleh penderita Alzheimer mengakibatkan rusaknya bagian-bagian otak yang kemudian kehilangan fungsinya. Penyusutan otak juga terjadi pada penuaan otak normal, perbedaannya adalah pada penyakit Alzheimer terdapat penyusutan yang terjadi dengan sangat cepat atau accelerated aging. Pemeriksaan MRI menunjukan adanya penurunan substansial dalam volume gray matter dan white matter pada penuaan otak. Secara singkat gray matter merupakan bagian otak yang memproses informasi sementara white matter adalah yang menghubungkan bagian-bagian antar gray matter dan berfungsi menyalurkan informasi.

Hal yang membedakan penurunan volume gray matter pada otak yang mengalami penuaan normal dengan penderita Alzheimer ialah banyaknya atrofi (penyusutan otak). Tingkat atrofi tahunan otak penderita Alzheimer beberapa kali lebih tinggi daripada otak yang mengalami penuaan normal. Selain itu, terjadi penipisan tahunan sekitar 0,5% pada korteks gray matter pada lansia sehat, namun penipisan terjadi lebih cepat dan lebih besar pada penderita gangguan neurodegeneratif, seperti Alzheimer. 

Selain penyusutan pada gray matter, penyusutan juga terjadi pada white matter. White matter mengandung sel glial dan akson panjang yang termielinisasi, di mana lapisan mielin yang terbentuk berfungsi untuk menghantarkan impuls saraf dengan cepat. Maka ketika bagian white matter menyusut atau mengalami kerusakan, kecepatan fungsi tersebut akan ikut berkurang. Seperti yang terjadi pada penderita Alzheimer, mereka mengalami penurunan kinerja kognitif seperti mengenali wajah dan penurunan pada kemampuan mengingat. Mereka tidak dapat menyusun ingatan baru dan kehilangan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki sebelumnya. Hal ini dapat menjelaskan bagaimana penderita Alzheimer dapat melupakan orang-orang terdekatnya, mereka tidak dapat mengenali wajah dan tidak memiliki pengetahuan mengenai siapa mereka.

Setiap 3 detik, 1 orang di dunia mengalami Demensia. Insiden Demensia Alzheimer di seluruh dunia meningkat dengan cepat dan saat ini diperkirakan mendekati 46,8 atau 50 juta orang yang didiagnosis dengan Demensia di dunia, 20,9 juta di Asia Pasifik (Alzheimer’s Disease International, World Health Organization, 2017), ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun.

Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada sekitar 1.2 juta orang dengan demensia pada tahun 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta di 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050.

Pada tahun 2016, demensia diperkirakan memiliki biaya sebesar USD 818 milyar per tahun, dan diprediksi meningkat menjadi USD 1 triliun pada tahun 2018 dan menjadi USD 2 triliun pada tahun 2030.

Lalu apa sih yang menyebabkan timbulnya penyakit Alzheimer ini? Sejauh ini belum ada faktor utama yang menyebabkan Alzheimer ini muncul namun, munculnya alzheimer ini dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti usia, genetik, faktor lingkungan, gaya hidup, dan kesehatan umum. Mari kita kenali tanda-tanda awal terjadinya alzheimer. Terdapat 10 tanda-tanda alzheimer dini yang dapat dikenali sebelum menjadi penyakit pikun :

  1. Daya ingat yang menurun
  2. Kebingungan
  3. Sulit dalam melakukan tugas-tugas yang lazim
  4. Sulit melakukan aktivitas sehari-hari
  5. Adanya perubahan kepribadian atau perilaku
  6. Tidak mampu mengikuti petunjuk
  7. Terdapat masalah pada bahasa dan komunikasi
  8. Kemampuan visual spasial yang memburuk
  9. Hilangnya motivasi
  10. Pola tidur yang tidak normal

Apabila alzheimer semakin parah maka akan menyebabkan individu menjadi ketergantungan dengan orang lain seperti sulit dalam makan, sulit menahan buang air kecil/besar, sulit mengenali anggota keluarga, dan gangguan perilaku lain yang berat. Seperti yang telah dijelaskan diatas, masyarakat perlu mengenali, memahami, menumbuhkan kesadaran dan juga aware terhadap penyakit Alzheimer. Terdapat hal yang dapat dilakukan untuk memperlambat timbulnya penyakit alzheimer yaitu dengan menjaga kesehatan seperti:

  1. Menjaga kadar kolesterol dalam darah
  2. Menjaga tekanan darah
  3. Mengendalikan diabetes
  4. Teratur dalam berolahraga
  5. Mengajak otak agar terus aktif, dapat dilakukan dalam kegiatan yang merangsang pikiran
  6. Diet sehat dan gizi seimbang, dapat dilakukan dengan memakan buah dan sayuran yang mengandung antioksidan karotenoid, biasanya berada pada buah-buahan dan sayuran yang berwarna hijau atau orange

Penyakit Alzheimer hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan, selain itu belum adanya obat-obatan yang memiliki keefektifan hasil bagi pasien Alzheimer. Obat-obatan tersebut hanya dapat mengurangi progresivitas penyakit Alzheimer dengan memberikan rasa tenang bagi pasien, sehingga mengurangi perubahan emosi dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 

Terapi yang dapat diberikan untuk pasien Alzheimer, yaitu terapi farmakologis dengan penggunaan obat-obatan dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis pada pasien Alzheimer difokuskan pada tiga domain: mempertahankan fungsi kognitif, perilaku dan gejala kejiwaan. Sedangkan terapi non farmakologi dilakukan untuk mempertahankan fungsi kognitif yang masih ada dengan berbagai macam program kegiatan yang dapat diberikan, antara lain terapi relaksasi dan latihan fisik untuk menyehatkan kerja otak, serta senam otak.

Referensi:

Alzheimer Indonesia. Alzheimer dan Demensia.  https://alzi.or.id/alzheimer-demensia/ 

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 26 Oktober 2020. Alzheimer’s Disease and Related Dementias. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/aging/aginginfo/alzheimers.html 

Hantke, N., Etkin, A., & O'Hara, R. (Eds.). (2020). Handbook of Mental Health and Aging. Elsevier Science.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Selamatkan otak, peduli gangguan demensia/alzheimer (PIKUN).https://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2018/09/23/1/selamatkan-otak-peduli-gangguan-demensiaalzheimer-pikun.html 

Mayo Clinic Staff. 19 Febuari 2022. Alzheimer’s Disease. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/alzheimers-disease/symptoms-causes/syc-20350447#:~:text=Alzheimer's%20disease%20is%20a%20progressive,person's%20ability%20to%20function%20independently

Penulis:

Ailsa D. C., Irfana R. D., Sari K. D. P., Siti Khansa A., Tiara. A.

Ailsa Dahayu Carissa

Baca Juga