Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | hyojin willy98
Ilustrasi Empty Sella Syndrome (Pexels.com/PeopleImages)

Penyakit ini terbilang cukup jarang yang tahu, empty sella syndrome adalah penyakit langka yang menyerang otak. Penyakit ini tidak menimbulkan gejala, namun perlu diwaspadai karena penyakit ini bisa saja memburuk dalam jangka panjang. Apabila kondisi telah memburuk, biasanya ditandai dengan sakit kepala kronis dan gangguan hormon atau penglihatan.

dr. Rizal Fadli dalam halodoc.com menjelaskan bahwa Empty sella syndrome (ESS) adalah masalah kesehatan tubuh yang langka dan terjadi pada sella tursika, yaitu struktur tulang yang terletak di bagian dasar tulang tengkorak dan berperan untuk melindungi kelenjar pituitari.

Mengutip dari tinjauan dr. Airindya Bella dalam alodokter.com, empty sella syndrome adalah keadaan kelainan langka dan berhubungan dengan bagian tengkorak yang disebut dengan nama sella tursika.

Oleh karena itu, pemeriksaan dini terhadap penyakit ini tentu harus diperhatikan. Yuk, lihat ulasan mengenai Empty Sella Syndrome berikut ini.

Gejala yang Timbul dari Penyakit Empty Sella Syndrome

Menurut dr. Rizal Fadli, penderita penyakit ini rentan mengalami kemunculan cairan dari tulang belakang melalui organ hidung. Mereka juga akan merasakan tekanan pada bagian kepala. 

Berikut ini ada beberapa tanda-tanda umum menurut dr. Rizal Fadli yang biasanya dialami oleh penderita penyakit langka ini, yaitu: 

  • Sakit pada bagian kepala
  • Mengalami hipertensi
  • Sering merasa lelah
  • Penurunan gairah seksual
  • Impoten pada pengidap laki-laki
  • Gangguan menstruasi pada wanita
  • Ketidaksuburan

Bagaimana Pengobatan Penyakit Empty Sella Syndrome?

Menurut dr. Airindya Bella dalam alodokter.com, agar bisa mendiagnosis empty sella syndrome, dokter akan bertanya seputar riwayat kesehatan pasien maupun keluarga serta melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang.

Untuk Anda yang asing dengan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan ini akan meliputi tes darah untuk mendeteksi kadar hormon tertentu, serta CT scan atau MRI kepala untuk menilai keadaan sella tursika dan kelenjar pituitari tersebut.

Apabila dalam kasusnya hasil pemeriksaan memperlihatkan pasien mengalami empty sella syndrome tetapi kelenjar pituitari tidak berubah secara signifikan, fungsi hormon tidak terganggu dan tidak ada gejala, penanganan secara medis umumnya tidak harus dilakukan dan hanya akan dilakukan pemantauan rutin.

Lebih lanjut, dr. Airindya Bella mengatakan bahwa penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya selama dikontrol dan diobati sejak dini. Kendati demikian, komplikasi yang timbul akibat tekanan pada otak, gangguan hormon, maupun permasalahan aliran cairan serebrospinal akan membuat kondisi penderitanya memburuk dan mungkin akan berakibat fatal.

Perlu diketahui, penyakit atau kasus empty sella syndrome memang jarang sekali terjadi. Akan tetapi, jika muncul keluhan yang menyerupai gejala empty sella syndrome, sangat disarankan agar Anda segera konsultasi ke dokter.

hyojin willy98