Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Anang wan
Ilustrasi seorang mahasiswa (Frepik/jcomp)

Hallo guys, apa kabar kamu hari ini? Semoga kalian selalu sehat ya! Nah, apakah kamu pernah mendengar istilah syndrome.

Ya, syndrome kalau menurut mimin sih seperti ada kelainan pada diri sih. Menurut kamu apa?

Nah, kali ini kita akan membahas mengenai Duck Syndrome. Apa itu duck syndrome? Berikut penjelasannya yang telah dilansir dari laman sehatq.com.

Apa itu duck syndrome?

Pertama, kita kenali dulu definisi duck syndrome. Duck syndrom merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan seseorang, atau lebih tepatnya mahasiswa, yang berusaha terlihat sukses dan mudah dalam menjalani kehidupan padahal sebenarnya merasa sangat kewalahan.

Kenapa bisa dinamakan duck syndrome? Duck syndrome terinspirasi dari bebek yang terlihat meluncur tenang di atas permukaan kolam, padahal kaki nya di bawah kolam sedang mengayuh dengan kalang kabut.

Biasanya, orang yang mengalami sindrom ini berusaha untuk sukses di bidang akademik, sosial , masyarakat dan berbagai bidang lain yang sedang ditekuni. 

Mungkin saja mereka terlihat ambisius, padahal dibalik itu mereka memberi tekanan pada diri sendiri untuk berhasil atau merasa harus memenuhi harapan yang tinggi dari orang lain.

Dengan semua tekanan yang dialami, penderita duck syndrome bisa merasa stres yang kemudian dapat berkembang menjadi gangguan cemas hingga depresi.

Tanda dan gejala duck syndrome:

  • Sering membandingkan diri dengna orang lain
  • Merasa seakan-akan orang lain lebih baik
  • Merasa selalu gagal dalam memenuhi tuntutan hidup
  • Merasa takut akan pengamatan atau kritik dari orang lain
  • Merasa seolah-olah orang lain selalu berusaha menguji kemampuan kamu

Faktor resiko duck syndrome:

1. Pengalaman pertama di dunia kuliah

Misalnya seperti tuntutan akademik dan ekstrakurikuler yang meningkat signifikan dibandingkan saat sekolah.

2. Tekanan media sosial

Misalnya mereka dituntut untuk selalu tampak sukses dan sempurna, tak peduli semua tekanan yang dialaminya.

3. Keluarga dan pengasuhan

Misalnya seperti mereka yang tinggal dan tumbuh di keluarga yang cenderung banyak menuntut dan sangat kompetitif beresiko lebih tinggi mengalami duck syndrome.

4. Kondisi otak

Duck syndrome mungkin akan lebih terjadi pada orang dengan tingkat neurotransmitter yang tidak normal di otak.

5. Jenis kelamin

Perempuan lebih mungkin didiagnosis dengan depresi dan gangguan kecemasan jika dibandingkan dengan laki-laki.

6. Keturunan atau genetik

7. Kondisi psikologis

8. Pengalaman traumatis

9. Faktor lain

Cara mengatasi duck syndrome:

1. Menjalani terapi psikologi

2. Pemberian obat-obatan

Ini biasanya akan diresepkan oleh dokter kesehatan jiwa atau psikater.

3. Perawatan diri

Nah, jika duck syndrome tidak dicegah atau diobati dari sekarang, ini akan berkembang semakin buruk. 

Itulah tadi penjelasan mengenai duck syndrome, jaga terus kesehatan mental ya!

Semoga bermanfaat:)

Anang wan