Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Yayang Nanda Budiman
Ilustrasi anak yang memainkan tablet saat waktu tidur (Pexels/cottonbro studio)

Bayangkan anak-anak sebagai pelaut pemula yang baru memulai petualangan mereka di samudra dunia digital. Setiap aplikasi di perangkat mereka adalah pulau-pulau yang menawarkan petualangan seru, namun juga dapat menjadi jebakan jika mereka tidak berhati-hati. 

Dalam perjalanan ini, jika mereka berlayar terlalu lama tanpa istirahat atau terlalu dekat dengan pulau-pulau berbahaya, ombak teknologi dapat mengancam keseimbangan mereka. Oleh karena itu, seperti halnya pelaut yang membutuhkan peta dan kompas untuk memandu perjalanannya, anak-anak juga memerlukan strategi yang tepat untuk mengatur waktu layar mereka, agar tidak tersesat dalam gelombang stres digital.

Paparan layar berlebihan bisa merugikan kualitas tidur anak-anak. Cahaya biru yang dipancarkan oleh gadget mengganggu produksi melatonin, yang berperan penting dalam siklus tidur mereka. Akibatnya, anak-anak kesulitan tidur nyenyak dan berisiko mengalami gangguan mental serta kecemasan. 

Sebuah studi di Amerika Serikat yang melibatkan 12.000 anak berusia 9-10 tahun menemukan bahwa paparan layar yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan mental, perilaku, dan prestasi akademik. Studi lain dari British Heart Foundation menunjukkan bahwa 1 dari 10 balita lebih memilih bermain dengan gadget daripada beraktivitas fisik.

Untuk membantu anak-anak mengelola waktu layar mereka dengan cara yang lebih bijak dan menyenangkan, kita bisa memanfaatkan dua teori utama dalam psikologi: Teori Stres dan Koping oleh Lazarus dan Folkman, serta Teori Self-Determination oleh Deci dan Ryan. Teori Stres dan Koping menyarankan dua pendekatan utama dalam mengatasi stres: pertama, coping yang berfokus pada masalah (misalnya, membatasi waktu layar anak), dan kedua, coping yang berfokus pada emosi (misalnya, menggunakan teknik pernapasan untuk meredakan kecemasan). Sementara itu, Teori Self-Determination menekankan pentingnya motivasi internal dan dukungan emosional, yaitu memberi anak dorongan positif dan membuat mereka merasa dihargai saat membuat pilihan sehat.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menetapkan batasan waktu layar yang sehat. Misalnya, aturan sederhana seperti "tidak ada perangkat di meja makan" dapat membantu mengurangi stres sekaligus meningkatkan kualitas interaksi sosial. Buat aturan yang jelas mengenai kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan perangkat, dan diskusikan aturan ini dengan bahasa yang mudah dipahami, seperti, "Membagi waktu itu seperti membagi makanan, kita butuh sedikit dari semuanya agar seimbang." Konsistensi dalam menerapkan aturan sangat penting, karena dengan konsistensi anak akan lebih termotivasi untuk mematuhinya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Yayang Nanda Budiman