M. Reza Sulaiman
Ilustrasi Smartwatch yang Bisa Cek Tekanan Darah. (Google AI Studio)

Di era digital ini, smartwatch tidak lagi cuma jadi aksesori biar tampilanmu makin kece. Jam tangan pintar kini telah berkembang menjadi perangkat medis mini yang dapat mendeteksi detak jantung tidak normal, hingga berhasil menyelamatkan nyawa.

Fakta ini terungkap dalam podcast Level Up Suara.com bersama dr. Ignatius Yansen NG, Sp.JP(K), FIHA, spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan aritmia dari EKA Hospital BSD.

Ketika Jam Tangan 'Menyuruh' Pasien ke Dokter

Aritmia adalah kondisi ketika detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan. Masalahnya, tidak semua penderita bisa merasakan gejalanya.

Rupanya, banyak kasus yang baru terbongkar saat medical check-up atau bahkan setelah pasien mengalami pingsan mendadak. Dokter Yansen menceritakan sebuah kasus menarik selama masa praktiknya.

“Jadi ceritanya nih, pasien yang tadi datang karena diminta oleh smartwatch-nya, kemudian kontrol, dan ternyata memang punya gangguan irama AF, atau atrial fibrilasi, yang merupakan gangguan irama yang paling banyak. Bahkan sudah terjadi pembengkakan jantung, walaupun pasiennya tidak ada keluhan sama sekali,” ungkapnya.

Kasus ini menunjukkan bagaimana sebuah perangkat di pergelangan tangan bisa mendeteksi masalah serius yang bahkan tidak disadari oleh pemiliknya.

Dari Pelacak Olahraga Jadi 'Asisten' Kesehatan

Awalnya, smartwatch memang dipasarkan untuk melacak aktivitas olahraga. Tetapi saat ini, banyak merek yang sudah menyematkan fitur-fitur medis canggih, seperti pemantauan detak jantung 24/7, saturasi oksigen, hingga kemampuan rekam EKG sederhana.

“Nah, satu lagi, American College of Cardiology—jadi perkumpulan dokter jantung di Amerika itu—sekarang sudah merekomendasikan penggunaan smartwatch untuk diagnostik gangguan irama jantung atau aritmia,” jelas dr. Yansen.

Ia menggambarkan bahwa aritmia terkadang bisa muncul dan hilang. Dengan smartwatch, data detak jantung bisa direkam tepat pada saat gejala muncul, yang kemudian dapat ditunjukkan ke dokter untuk mendapatkan analisis yang lebih akurat.

Kapan Harus Panik dan Segera ke RS?

Meskipun teknologi sangat membantu, dokter juga menegaskan bahwa pemeriksaan medis tetaplah menjadi prioritas. Smartwatch adalah alat deteksi dini, bukan pengganti dokter.

Kamu harus segera waspada jika detak jantungmu melonjak di atas 150-200 kali per menit saat sedang istirahat, atau turun drastis hingga 30-40 kali per menit, apalagi jika disertai keluhan seperti pusing, sesak napas, atau rasa tidak nyaman di dada.

“Ya, idealnya sih memang dibawa ke rumah sakit, ya. Apalagi kalau memang keluhan nadi yang rendah atau nadi yang sangat tinggi itu sampai menimbulkan keluhan sesak napas atau pingsan gitu,” jelas dr. Yansen.

Pentingnya Deteksi Dini: Mencegah Stroke dan Henti Jantung

Gangguan irama jantung seperti atrial fibrilasi sangat berbahaya karena bisa meningkatkan risiko stroke hingga 5–6 kali lipat. Kasus henti jantung mendadak pada atlet dunia seperti Christian Eriksen juga menunjukkan bahwa aritmia dapat menyerang siapa saja, bahkan orang yang terlihat sangat sehat sekalipun.

Smartwatch telah berevolusi dari sekadar gawai menjadi alat kesehatan yang penting. Meskipun bukan pengganti dokter, peringatan dini yang diberikannya bisa menjadi penyelamat.

Satu notifikasi sederhana dari pergelangan tanganmu bisa jadi awal untuk menyelamatkan nyawa, bahkan mungkin nyawamu sendiri.

Penulis: Flovian Aiko