M. Reza Sulaiman
Ilustrasi Begadang dengan Bermain Ponsel (pixabay)

Kalau kamu tipe orang yang siangnya gampang banget ngantuk, tapi begitu malam tiba, matamu justru segar bugar sampai jam 2 pagi, tenang saja, kamu tidak sendirian. Pola “siang ngantuk, malam melek” seakan sudah menjadi ciri khas anak muda zaman sekarang.

Pertanyaannya, kenapa sih hal ini bisa terjadi? Apakah tubuh kita memang “rusak”, atau ada sains yang bisa menjelaskannya?

Jam Tubuh Remaja yang 'Delay' Alami

Tubuh manusia sebenarnya diatur oleh circadian rhythm, semacam jam biologis internal yang mengatur kapan kita merasa mengantuk atau segar. Idealnya, jam ini sinkron dengan siklus matahari: bangun pagi saat terang, tidur malam saat gelap.

Namun, penelitian menyebutkan bahwa selama masa remaja hingga awal 20-an, terjadi pergeseran alami pada circadian rhythm ini, yang membuat anak muda cenderung ingin tidur lebih larut dan bangun lebih siang.

Jadi, kalau malam-malam kamu merasa susah tidur tapi siangnya gampang ngantuk, itu tandanya tubuhmu memang sedang berada di fase biologis yang berbeda.

'Blue Light': Musuh dalam Selimut di Kamar Tidur

Selain faktor alami, teknologi modern juga ikut berperan besar. Ponsel, laptop, dan TV memancarkan blue light atau cahaya biru yang bisa menekan produksi melatonin, yaitu hormon yang bikin kita ngantuk. Jadi, meskipun jam sudah menunjukkan tengah malam, otak kita masih menganggap, “Ini masih siang, kok.”

Ujung-ujungnya, niat scrolling TikTok 15 menit sebelum tidur bisa berubah jadi 2 jam tanpa sadar. Akibatnya, tidur makin malam, bangun makin siang, dan siang harinya pun jadi mengantuk karena kualitas tidur yang kurang.

Lingkaran Setan Kopi, Begadang, dan FOMO

Tidak bisa dipungkiri, gaya hidup juga punya pengaruh yang sangat besar. Nongkrong sampai larut malam, maraton drama Korea, gaming sampai subuh, atau bahkan kerja dan kuliah dengan deadline yang mepet, semuanya membuat pola tidur jadi makin berantakan.

Belum lagi konsumsi kopi atau minuman berkafein di sore atau bahkan malam hari. Kafein butuh waktu 6–8 jam untuk hilang sepenuhnya dari tubuh. Jadi, kalau kamu minum kopi jam 7 malam, efek segarnya bisa bertahan sampai lewat tengah malam.

Bahaya Jangka Panjang yang Mengintai

Pola tidur terbalik ini memang terasa “normal” bagi anak muda, tapi kalau dibiarkan, dampaknya bisa serius. Kurang tidur kronis berhubungan dengan penurunan konsentrasi, mood swing, bahkan gangguan kesehatan jangka panjang seperti obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung.

Menurut penelitian dari Harvard Health Publishing, pola tidur yang tidak teratur bisa meningkatkan risiko diabetes karena mengganggu metabolisme tubuh.

Studi lain juga menunjukkan bahwa orang dengan kebiasaan tidur larut (night owls) cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat dan risiko lebih tinggi terkena penyakit metabolik dibandingkan dengan “early birds”.

Cara 'Nge-reset' Jam Tubuhmu

Kabar baiknya, pola ini masih bisa diatur ulang. Beberapa trik yang bisa kamu coba:

  • Batasi penggunaan gawai setidaknya 1 jam sebelum tidur.
  • Coba dapatkan paparan sinar matahari pagi. Cahaya alami bisa membantu “me-reset” jam biologismu.
  • Jangan konsumsi kafein setelah jam 3 sore.
  • Buat rutinitas tidur yang konsisten, bahkan di akhir pekan, meskipun awalnya terasa sulit.

“Siang ngantuk, malam melek” bukan sekadar kebiasaan aneh, tapi kombinasi antara biologi, teknologi, dan gaya hidup anak muda. Selama masih bisa diatur, tubuh kita cukup fleksibel untuk menyesuaikan diri. Tapi, kalau dibiarkan, pola ini bisa membuat kualitas hidupmu menurun.

Jadi, sebelum jam 2 pagi nanti kamu masih sibuk scrolling, coba pikir lagi: apakah jam biologismu yang salah, atau kamu yang terlalu asyik melawan rasa kantuk?

Penulis: Flovian Aiko