M. Reza Sulaiman
Ilustrasi Polusi Udara (freepik.com/rawpixel.com)

Ada prestasi baru yang dicatat oleh Jakarta pada Sabtu (4/10) pagi ini. Sayangnya, ini bukan prestasi yang membanggakan. Ibu kota kita tercinta sukses nangkring di peringkat kelima sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di seluruh dunia!

Jadi, kalau pagi ini kamu bangun dengan tenggorokan sedikit gatal atau hidung meler, jangan buru-buru salahin AC. Bisa jadi, kamu baru saja menghirup udara kategori 'tidak sehat' yang lagi menyelimuti kota kita.

'Rapor Merah' dari IQAir: Ini Bukan Cuma Angka!

Menurut data dari situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.15 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai angka 143. Biar kamu nggak bingung, ini artinya:

Polutan Utamanya: Partikel super kecil bernama PM2.5, yang konsentrasinya mencapai 47 mikrogram per meter kubik.

Artinya Apa? Ini adalah level "tidak sehat", terutama buat kamu yang punya asma, alergi, anak-anak, dan lansia. Tapi sejujurnya, ini berbahaya buat kita semua.

Di panggung global, kita kini "bersaing" ketat dengan kota-kota "juara" polusi lainnya seperti Kinshasa (Kongo), Delhi (India), dan Lahore (Pakistan). Sebuah "pencapaian" yang sama sekali tidak kita inginkan.

'Survival Guide' di Tengah Udara Beracun

Jadi, di tengah "serangan" udara kotor ini, kita harus gimana? Pasrah? Tentu tidak. Ini dia beberapa langkah "pertahanan diri" yang wajib kamu lakukan:

Masker Itu Harga Mati: Lupakan sejenak soal fashion. Kalau keluar ruangan, masker (yang bagus, ya!) itu sudah jadi kewajiban, bukan lagi pilihan.

Kunci Rapat-rapat 'Benteng'-mu: Tutup semua jendela rumah atau kantormu rapat-rapat. Jangan biarkan si "musuh" tak terlihat ini menyusup masuk.

Nyalakan 'Perisai' Udara: Kalau kamu punya air purifier atau penyaring udara, sekarang adalah saat yang tepat untuk menyalakannya 24/7.

Upaya 'Kosmetik' dari Pemerintah?

Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukannya diam saja. Mereka sudah melakukan beberapa upaya, seperti menyemprotkan 4.000 liter kabut air (water mist) di berbagai lokasi strategis, dari Bundaran HI sampai Lapangan Banteng.

Tujuannya sih bagus, untuk menekan partikel PM2.5. Tapi banyak yang skeptis, apakah "mandi kabut" ini benar-benar solusi jangka panjang, atau cuma sekadar "kosmetik" biar kelihatan kerja?

Pemerintah juga mengajak kita untuk ikut proaktif: rutin uji emisi kendaraan dan beralih ke transportasi umum. Sebuah ajakan yang terdengar klise, tapi memang jadi salah satu kunci utama masalah ini.

Jadi, sambil menunggu solusi nyata dari para pemangku kebijakan, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah melindungi diri kita sendiri. Jaga kesehatan, ya, gengs!