Hayuning Ratri Hapsari | Thedora Telaubun
Ilustrasi peralatan medis yang berhubungan dengan pengelolaan diabetes (Pexels/Nataliya Vaitkevich)
Thedora Telaubun

Di usia 20-an, banyak orang masih merasa tubuhnya masih kuat dan bebas melakukan apa saja. Ngopi manis sebelum kelas, minum boba sepulang kuliah, atau rebahan berjam-jam sambil scrolling media sosial, semuanya terasa wajar. 

Ternyata kebiasaan kecil yang dianggap “sepele” ini justru membuat kasus diabetes pada anak muda semakin meningkat. 

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat bahwa diabetes kini banyak muncul pada remaja dan dewasa muda, bukan hanya pada kelompok usia lanjut. 

Sementara International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa lebih dari 11% populasi dewasa dunia hidup dengan diabetes, dan angka ini terus naik.

Fenomena meningkatnya diabetes pada generasi muda bukan terjadi dalam semalam. Gaya hidup serta pola makan tinggi gula menjadi pemicunya. 

Catatan Penting!

Perlu diingat bahwa faktor-faktor yang disebutkan di bawah ini bukan penentu pasti terjadinya diabetes. 

Setiap orang memiliki kondisi tubuh, lingkungan, dan gaya hidup yang berbeda. Informasi ini hanya membantu pembaca lebih waspada dan memahami kemungkinan risikonya, bukan untuk menimbulkan ketakutan. 

Kebiasaan-kebiasaan berikut ini mungkin terlihat normal bagi anak muda, tapi jika dibiarkan bisa membuka jalan menuju resistensi insulin dan akhirnya diabetes:

Minum minuman manis lebih dari sekali sehari
Kopi susu gula aren, boba topping double, soda, minuman energi, semuanya dinikmati tanpa sadar bahwa tubuh menerima gula tambahan dalam jumlah besar setiap hari. 

Ditjen SMP Kemendikbud mengingatkan bahwa konsumsi tinggi minuman manis dapat memengaruhi kesehatan metabolik dan meningkatkan risiko diabetes.

Tubuh harus bekerja ekstra untuk memprosesnya. Bila dikonsumsi terus-menerus, gula darah bisa melonjak berkali-kali sehari. Lonjakan berulang ini membuat hormon insulin harus bekerja keras menjaga keseimbangan gula darah. 

Lama-kelamaan insulin menjadi kurang efektif, muncul kondisi resistensi insulin, dan ini adalah pintu masuk utama menuju diabetes tipe 2.

Yang bahaya, minuman manis tidak membuat kenyang, tetapi kalorinya tinggi. Jadi tanpa sadar, tubuh dapat menerima gula berlebih setiap hari.

Jarang bergerak karena aktivitas harian didominasi layar
Di usia produktif, banyak aktivitas justru dilakukan sambil duduk seperti kuliah, kerja tugas, scrolling, streaming, gaming. 

Walaupun kelihatan tidak melelahkan, kebiasaan duduk lama membuat metabolisme tubuh melambat.

Kemenkes menyebut minimnya aktivitas fisik sebagai faktor kuat dalam meningkatnya diabetes di usia muda. 

Duduk lama di kelas, mengerjakan tugas di laptop, dan hiburan yang semuanya berbasis gawai membuat tubuh lebih sedikit bergerak. Risiko juga diam-diam meningkat ketika pola makan juga tinggi gula.

Pola makan tinggi kalori, rendah serat
Sebagai mahasiswa, pilihan makanan cepat saji memang menggoda karena praktis, cepat, dan murah. 

Namun pola makan seperti ini, menurut Kemenkes, dapat memicu kenaikan berat badan dan gangguan metabolik.

Menganggap gejala ringan sebagai “hal biasa”
Sering haus, gampang capek, atau penglihatan sedikit buram sering diabaikan. Padahal Kemenkes menekankan bahwa gejala ringan tersebut bisa jadi tanda awal gangguan gula darah.

Sikap meremehkan gejala ini membuat generasi muda tidak menyadari bahwa tubuhnya sedang memberi peringatan.

Investasi Sehat di Usia 20-an

Untuk mencegahnya, langkah-langkah sederhana sebenarnya sudah cukup membantu. Mengurangi minuman manis secara bertahap, mengganti dengan air putih atau teh tanpa gula, serta mulai melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari adalah langkah awal yang efektif. 

Menambahkan serat dalam makanan juga akan membantu tubuh mengelola gula darah dengan lebih baik. Jika memiliki riwayat keluarga diabetes, pemeriksaan gula darah berkala menjadi semakin penting.

Usia 20-an seharusnya menjadi fase produktif yang penuh peluang, bukan masa untuk menghadapi penyakit kronis yang sebenarnya bisa dicegah. 

Perubahan kecil yang dimulai hari ini bisa membuat perbedaan besar di masa depan. Sebelum kebiasaan manis berubah menjadi ancaman, sekarang adalah waktu terbaik untuk mulai peduli pada tubuh sendiri.