Restitusi selama ini diposisikan sebagai bagian penting dari pemulihan hak korban tindak pidana. Namun, realisasinya di lapangan masih menghadapi banyak hambatan.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menilai, meski restitusi telah memiliki dasar hukum yang jelas, pelaksanaannya belum berjalan optimal dan kerap meninggalkan korban dalam ketidakpastian.
Ketua LPSK Achmadi mengungkapkan bahwa tantangan restitusi tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga struktural.
Ia menyoroti perkara tindak pidana pencucian uang (TPPU) dengan jumlah korban massal, persoalan restitusi kurang bayar, hingga belum optimalnya penerapan sita jaminan restitusi sebagai kendala yang sering muncul.
“Selain itu, terdapat tantangan khusus, seperti perkara TPPU dengan korban massal, restitusi kurang bayar, serta belum optimalnya penerapan sita jaminan restitusi,” kata Achmadi, dikutip dari Suara.com pada Jumat (19/12/2025).
Kondisi tersebut membuat restitusi yang sudah diputuskan di pengadilan tidak selalu berujung pada pemenuhan hak korban.
Dalam banyak kasus, putusan hakim hanya berhenti sebagai dokumen hukum, sementara dampak nyata yang seharusnya diterima korban belum sepenuhnya terwujud.
Korban kembali berada di posisi lemah ketika berhadapan dengan pelaku yang tidak memiliki kemampuan finansial memadai.
Achmadi menambahkan, kendala lain muncul dari belum efektifnya mekanisme penyitaan dan pelelangan aset pelaku, serta lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan putusan restitusi.
Situasi ini memperpanjang jarak antara putusan hukum dan realitas yang dialami korban.
“Meskipun kewajiban restitusi telah ditetapkan melalui putusan pengadilan, pelaksanaannya seringkali kurang optimal akibat keterbatasan kemampuan finansial pelaku, belum efektifnya mekanisme penyitaan dan pelelangan aset, serta lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan putusan restitusi,” imbuhnya.
Di sisi lain, proses pengajuan restitusi juga dinilai belum sepenuhnya berpihak pada kondisi korban.
Prosedur yang kompleks, tenggat waktu yang ketat, serta beban pembuktian kerugian yang tidak sederhana kerap menjadi hambatan tambahan, terutama bagi korban yang masih berada dalam situasi trauma.
Situasi ini menunjukkan bahwa pemulihan korban belum sepenuhnya menjadi pusat perhatian dalam sistem peradilan pidana.
Negara masih sangat bergantung pada kemampuan pelaku untuk memenuhi kewajibannya, tanpa skema alternatif yang cukup kuat ketika pelaku tidak mampu membayar restitusi.
Keadilan bagi korban tidak cukup berhenti pada vonis pengadilan.
Tanpa penguatan mekanisme eksekusi, pengawasan yang konsisten, serta pendekatan yang lebih berorientasi pada kondisi korban, restitusi berisiko tetap menjadi hak yang sulit diwujudkan, meski telah dijanjikan oleh hukum.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Dirut ANTAM dari Eks Tim Mawar, Negara Tutup Mata soal Rekam Jejak HAM
-
Rp17 Miliar Terkumpul, Musisi Indonesia Peduli bagi Korban Bencana
-
Penunjukan Eks Tim Mawar Jadi Dirut ANTAM Tuai Kritik Keras dari KontraS
-
Natal Tanpa Beban: Apakah Tradisi Konsumerisme Kita Sudah Berubah Menjadi Kewajiban Finansial?
-
Menyambut Natal Lebih Bijak, Ini Cara Merayakan secara Ramah Lingkungan
Artikel Terkait
-
Persija Kirim Pesan Kemanusiaan ke Sumbar Jelang Duel Kontra Semen Padang
-
Skakmat Ucapan Menteri, Chiki Fawzi Tunjukkan Fakta Pilu Gelondongan Kayu di Aceh: Tolong Bantuin!
-
Warga Korban Banjir Minta Cangkul dan Sekop ke JK untuk Bersihkan Rumah
-
LPSK Ungkap Banyak Tantangan dalam Pelaksanaan Restitusi bagi Korban Tindak Pidana
-
LPSK Tangani 5.162 Permohonan Restitusi, Kasus Anak Meroket Tajam
Kolom
-
Simfoni di Teras Rumah: Seni, Kesabaran, dan Kedamaian dalam Merawat Burung Kicau
-
Dari Lubang Kecil Bernama Biopori, Kita Belajar Mengurai Genangan Saat Hujan Turun
-
Menunggu Hari Perempuan Bisa Benar-Benar Aman dan Nyaman di Konser Musik
-
Dirut ANTAM dari Eks Tim Mawar, Negara Tutup Mata soal Rekam Jejak HAM
-
Algoritma Menggoda: Saat Konten Bullying Dijadikan Hiburan Publik dan Viral
Terkini
-
Nomor Satu! Mark NCT 'The Firstfruit' Dinobatkan sebagai Album K-Pop Terbaik 2025 Versi Billboard
-
Satu Miliar Pohon Ditanam, Mengapa Bencana dan Emisi Masih Terjadi?
-
Bukan Sekadar Tren Viral: Memahami Kekuatan Pop Culture di Era Digital
-
Beli Saham di Usia 15 Tahun, Timothy Ronald Jadikan Investasi Self Reward
-
Tom Cruise Main Film Komedi Bertajuk Digger, Tayang Tahun Depan