Aktivitas membaca memang suatu tuntutan bagi setiap manusia. Membaca tak ada ruginya, justru sebaliknya, dengan membaca akan mendapatkan banyak manfaat, baik secara sengaja maupun tidak. Melalui membaca, tentu kita dapat mengenal dunia beserta isi-isinya, mengenal informasi, serta melatih kepribadian kita untuk dapat berubah menjadi lebih baik.
Pemimpin-pemimpin dunia tentu sudah diterpa dengan banyaknya bahan bacaan yang ia konsumsi, hingga ia pun dapat dikenal hingga sekarang ini. Sebut saja Karl Max dan semua tokoh lainnya, yang kebanyakan segala akvitas hidupnya dihabiskan untuk membaca, itu dilakukan karena memang pengetahuan tak bisa didapatkan secara instan.
Membaca bukan hanya tuntutan secara pribadi saja, bahkan sudah menjadi program pemerintah untuk dapat mencerdaskan masyarakatnya. Itu dilakukan agar Indonesia dapat menjadi negara maju dan bebas dari rakyatnya yang buta huruf. Mengingat negara kita ini masih sangat rendah minat masyarakatnya untuk membaca, makanya itu masih menjadi PR bagi pemerintah yang mesti dituntaskan.
Sebenarnya, membaca bagi saya sudah menjadi tuntutan dan hobi sejak lama, bukan hanya saat pandemi menyerang kita, jauh sebelumnya aktivitas membaca sudah sering saya lakukan, walau masih terbata-bata. Saat pandemi covid-19 melanda, aktivitas manusia banyak yang dilakukan di rumah, melarang manusia untuk berkerumun, maka sangat tepat aktivitas membaca mesti dilakukan agar tidak berkesan rebahan saja yang tidak ada nilai produktifnya.
Memang sulit untuk membudayakan membaca setiap hari, apalagi menghabiskan lebih banyak waktu membaca selama 24 jam, namun upaya konsisten membaca setiap hari itu mesti harus dapat diupayakan. Membaca adalah hobi yang mesti secara sadar dilakukan secara konsisten setiap hari.
Di era now normal ini, hobi yang sudah terpupuk lama mesti harus saya budayakan dan pertahankan setiap saat. Era new normal akan memberikan efek jera yang baru, membuka paradigma baru pentingnya yang namanya membaca setiap saat.
Apalagi hari ini masih berada pada musim awal tahun 2022, mesti ada perubahan secara serius setelah pergantian tahun dari 2021. Kenangan buruk di 2021 mesti harus dikubur dalam-dalam, dan kenangan baik akan dipupuk dan dipertahankan di era new normal ini di tahun 2022 dan seterusnya. Mari budayakan membaca setiap saat di era new normal ini, selamat membaca!
Baca Juga
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
-
Dari Ruang Kelas ke Panggung Politik: Peran Taman Siswa dalam Membentuk Identitas Bangsa
-
Menelisik Sosok Ki Hajar Dewantara, Pendidikan sebagai Senjata Perlawanan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
-
Ulasan Novel 1984 karya George Orwell: Kengerian Dunia Totalitarian
-
Review Novel 'Perjalanan Menuju Pulang': Pulang Tak Selalu Soal Rumah
-
Ulasan Buku Passion: Bagaimana Mencapai Impian dengan atau Tanpa Passion
-
Ulasan Buku Quiet Karya Susan Cain: Kekuatan Seorang Introvert
Hobi
-
Arne Slot Soroti Rekor Unbeaten Everton, Optimis Menangi Derby Merseyside?
-
Mathew Baker Nyaman di Tim, Kode Timnas Indonesia Berprestasi di Piala Asia U-17?
-
Jamu CAHN FC, PSM Makassar Optimis Mampu Tembus Babak Final ACC 2025
-
Carlo Ancelotti Wajib Jaga Fokus Pemain, Imbas Jadwal Padat Real Madrid?
-
Bukayo Saka Siap Tampil Lawan Fulham, Mikel Arteta Rencanakan Misi Revans
Terkini
-
Sinopsis Film Streaming, Mengulas Kasus Kriminal yang Belum Terpecahkan
-
Review Film Twisters: Lebih Bagus dari yang Pertama atau Cuma Nostalgia?
-
Selamat! Ten NCT Raih Trofi Pertama Lagu Stunner di Program Musik The Show
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial