Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Agus Siswanto
Rafael Struick dan Ivan Jenner dua sosok pemain naturalisasi yang siap mengisi timnas Indonesia. (pssi.org)

Belum hilang dari ingatan kita pandangan Saddil Ramdani terhadap para pemain naturalisasi di Timnas Indonesia. Hujatan netizen gegara performa melempemnya di Timnas, membuat Saddil Ramdani naik pitam. Bahkan dia menyebut para pemain naturalisasi di Timnas sebagai pendatang.

Mungkin tidak banyak orang menanggapi istilah pendatang yang ditempelkan pada para pemain naturalisasi. Keberadaan mereka di timnas dianggap sah-sah saja. Apalagi jika performa mereka benar-benar ciamik.

Akibat ucapan itu, Saddil Ramdani pun justru mendapat kecaman kiri-kanan. Muncul anggapan para pemain naturalisasi merebut ‘lahan’ para pemain lokal. Maksudnya adalah para pemain yang lahir dan besar di kompetisi dalam negeri.

Ucapan Saddil Ramdani mungkin saja bukan ucapan dia sendiri. Mungkin saja beberapa pemain lain pun merasakan hal itu, namun tidak terucap. Mereka lebih banyak diam.

Diakui atau tidak, program naturalisasi pada dasarnya sebuah jalan pintas. Upaya instan dalam rangka membentuk Timnas yang kuat. Salah satu pendorongnya adalah Shin Tae-yong. Sejak kedatangannya, program naturalisasi terhitung gencar.

Langkah Shin Tae-yong tidak dapat disalahkan. Beberapa event yang ada dipandang oleh sang coach tidak mungkin dilalui jika hanya mengandalkan para pemain lokal. Termasuk salah satu di antaranya saat Indonesia dipastikan terjun di Piala Dunia U-20 2023.

Dari sini tampak bahwa langkah naturalisasi menjadi jalan keluar terbaik. Mendapatkan pemain yang siap tempur, lebih mudah dibandingkan harus menyiapkan dari awal. Maka, langkah itulah yang ditempuh. Target mampu berbicara dalam even itu menjadi faktor utama.

Sejalan dengan program itu, maka tidak dapat dimungkiri terjadi persaingan yang tajam dalam tubuh Timnas. Keinginan untuk mampu menempati posisi, membuat para pemain baik lokal maupun naturalisasi harus berbuat lebih.

Para pemain ‘dipaksa’ untuk mampu memikat pelatih dengan performa terbaik mereka. Sebab dalam menentukan pemain, pelatih pasti melihat kemampuan sang pemain dan kebutuhan tim. seperti di kasus Saddil Ramdani, terbukti dia tidak mampu bersaing dengan pemain lain di posisi yang sama.

Jika memandang secara positif, kedatangan para pemain naturalisasi memberikan dampak luar biasa. Aroma persaingan tempat yang begitu ketat, mau tidak mau membuat pemain bersungguh-sungguh. Buktinya, pelatih masih mempercayakan beberapa posisi pada para pemain lokal.

Lihat saja Pratama Arhan, Asnawi, Rizki Ridho, Ernando, dan lain-lain masih berada di jajaran pemain yang diturunkan. Di sisi lain, manakala pemain naturalisasi tidak nyetel segera diganti oleh pelatih.

Lain halnya jika para pemain lokal hanya memandang mereka sebagai ancaman. Para pemain lokal tidak mau segera menaikkan level permainannya, maka jangan salahkan jika pelatih berpaling pada pemain naturalisasi.

Berkaca dari situasi ini, sudah seharusnya kehadiran para pemain naturalisasi justru jadi motivasi. Motivasi untuk unjuk kemampuan, bukan unjuk rasa. Yakinlah jika kebutuhan timnas sudah terpenuhi dari dalam, program naturalisasi akan berhenti dengan sendirinya.

Agus Siswanto