Kabar buruk datang dari ajang AFC Cup kemarin sore. PSM Makassar tidak mampu memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah. Mereka dibantai 5-0 oleh wakil Malaysia Sabah FC.
Kekalahan ini jelas sangat memalukan dan memilukan. Sebagai wakil Indonesia, seharusnya kekalahan sebesar itu tidak boleh terjadi. Apalagi PSM Makassar di musim lalu tampil sebagai kampiun BRI Liga 1.
Posisi pemuncak BRI Liga 1, seharusnya tercermin dalam penampilan mereka. PSM Makassar harus menampilkan sebagai sosok yang layak tampil sebagai wakil terkuat Indonesia. Namun hal itu tidak terjadi.
Memang sebelum laga dihelat, banyak dikeluhkan oleh Bernardo Tavares selaku pelatih. Termasuk di antaranya ketidakmampuan PSM Makassar menampilkan skuat terbaiknya. Disampaikan pula jadwal yang demikian padat, sehingga PSM Makassar kesulitan dalam melakukan rotasi pemain.
Berbagai alasan ini sudah seharusnya tidak pada tempatnya disampaikan. Sebab kesanggupan untuk menjalani laga di AFC Cup sebagai wakil Indonesia, konsekuensi tersebut harus disangganya.
Permasalahan mulai dari kesiapan pemain, akomodasi, lapangan, dan segalanya sudah masuk dalam hitungan mereka. Sedangkan permasalahan ketatnya jadwal, itu pun menjadi konsekuensi logis.
Hal ini yang boleh dibilang tidak disadari. Sebagai contoh masalah dana, hal satu ini jelas menjadi masalah pokok. Dengan berlaga di AFC Cup, maka mereka pun harus melawat ke luar negeri.
Demikian pula saat menjamu lawan, akomodasi pun harus disiapkan. Seharusnya semua ini sudah teranggarkan pada saat menjelang kompetisi. Termasuk pula dalam penyiapan skuat yang akan berlaga.
BACA JUGA: Usai Dihancurkan Persib, Persita Usung Misi Bangkit Saat Menghadapi Persik
Namun ketika konsekuensi logis tersebut tidak mereka laksanakan, hasilnya pun jauh dari maksimal. Menjalani laga di AFC Cup dengan serangkaian kekalahan, sama saja dengan sebuah langkah yang sia-sia. Banyaknya dana yang dikeluarkan, tidak berbuah prestasi.
Rangkaian pertandingan yang diikuti tidak lebih hanya sekedar formalitas, memenuhi kewajiban saja. Padahal performa klub yang tampil dalam ajang ini sama dengan presentasi persepakbolaan Indonesia.
Dengan hasil semacam ini tidak heran jika kompetisi Indonesia di mata Negara lain dipandang rendah dari segi kualitas. Hal ini terlihat dari performa klub-klub yang mewakili Indonesia.
Mungkin sudah saatnya dilakukan semacam pakta integritas antara PSSI dengan klub yang akan mewakili Indonesia dalam ajang seperti AFC Cup atau Liga Champiions Asia. Jika perlu disyaratkan juga dana pendukung yang dimiliki untuk menjalani perjalanan klub selama kompetisi berlangsung.
Hal ini sangat diperlukan untuk menjamin keseriusan klub terjun dalam ajang tersebut. Sehingga keberadaan klub dalam ajang tersebut, tidak hanya sekedar tampil. Dan peristiwa memalukan harus kalah dengan segudang gol di kandang sendiri tidak akan terjadi lagi.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Mundurnya Kamboja dari SEA Games 2025 Tidak Hanya Untungkan Timnas Indonesia
-
Tambah 4 Pemain Diaspora, Harusnya PSSI Berani Revisi Target SEA Games 2025
-
Lini Belakang Keropos, Persib Bandung Gagal Raih Poin di Singapura dalam ACL 2
-
Bangkit dari Cedera, Jorji Melaju ke Final Kumamoto Masters 2025!
-
Borong 2 Gol Kemenangan ke Gawang Arema FC, Eksel Runtukahu Penuhi Janjinya
Artikel Terkait
-
Shin Tae-yong Bisa Tiru Pelatih Malaysia untuk Maksimalkan Potensi Saddil Ramdani di Timnas Indonesia
-
Sabah FC Habisi PSM Makassar, Media Malaysia Soroti Dominasi Klub Negeri Jiran atas Wakil Indonesia di Kancah Asia
-
Momen Saddil Ramdani Acak-acak PSM Makassar, Hattrick Assist Bawa Sabah FC Pesta Gol di I Wayan Dipta!
Hobi
-
Jalani Laga Genting untuk Lolos, Garuda Muda Harapkan Keajaiban Timnas Era STY Kembali Terjadi!
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Wajib Menang 3 Gol, Masih Bisa Loloskah Garuda Muda Jika Hanya Cetak 2 Gol? Begini Analisisnya!
-
Hadapi Myanmar, Timnas Indonesia U-22 Pertaruhkan Dua Hal Sekaligus
-
Ada Ivar Jenner, Ini 3 Pemain Pilar Timnas Indonesia untuk Kalahkan Myanmar
Terkini
-
Bukti Nyata Seni Inklusif: Arif Onelegz dan Lauren Russel Buktikan Setiap Tubuh Bisa Menari
-
Ketika Meme Menjadi Senjata Bullying Digital: Batas Antara Lucu dan Melukai
-
Banjir Aceh-Sumatera: Solidaritas Warga Lari Kencang, Birokrasi Tertinggal
-
4 Rekomendasi HP Terbaik 2025 dengan Harga Rp 2 Jutaan, Chipset Kencang dan Baterai Awet
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan