Kegagalan tim bulutangkis Indonesia meraih medali di Asian Games 2022 Hangzhou tentu meninggalkan catatan kelam dalam sejarah olahraga bulutangkis Tanah Air. Untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan Indonesia di Asian Games, tidak ada satu pun wakil Indonesia yang lolos ke babak semifinal, apalagi meraih medali. Hasil ini sangat kontras dengan prestasi gemilang di Asian Games 2018 lalu di Jakarta-Palembang, di mana Indonesia mengumpulkan 7 medali emas.
Penyebab kegagalan ini bisa ditelusuri dari beberapa faktor. Pertama, para pemain top Indonesia seperti Marcus/Kevin dan Greysia/Apriyani absen karena cedera dan persiapan turnamen lain. Tanpa pasangan ganda top, performa tunggal pun jadi tertekan karena tidak ada back up dari sektor ganda. Kedua, lawan-lawan dari China, Korea, dan Jepang tampil sangat kuat di kandang sendiri, sementara atlet Indonesia kurang bisa beradaptasi dengan kondisi lapangan dan suhu dingin di China.
Ketiga, tekanan mental dan beban harapan tinggi dari publik Indonesia turut memberatkan langkah para pemain. Terutama Gregoria Mariska sebagai harapan terakhir, tentu merasa tekanan luar biasa di pundaknya. Permainan Gregoria pun tampak kaku dan dipenuhi kesalahan akibat tekanan mental ini.
Keempat, persiapan Indonesia yang relatif singkat dan terburu-buru pasca kejuaraan dunia bulutangkis sebulan sebelumnya. Para atlet tidak diberi waktu memadai untuk beristirahat dan persiapan matang menuju Asian Games.
Pelajaran berharga bisa diambil dari kegagalan ini. Pertama, perlu ada program persiapan jangka panjang dan berkesinambungan bagi atlet bulutangkis top Indonesia, jangan hanya mengandalkan persiapan jangka pendek menjelang setiap kejuaraan.
Kedua, perlu ada psikolog khusus yang mendampingi atlet bulutangkis untuk memperkuat mental dan menangani tekanan publik. Ketiga, PBSI perlu merotasi pemain dan tidak selalu menurunkan pemain top di setiap kejuaraan, agar mereka punya waktu istirahat dan pemulihan cedera yang memadai.
Ke depannya, kegagalan di Asian Games 2022 ini harus jadi pembelajaran bagi PBSI dan pelatih untuk membenahi sistem pembinaan bulutangkis Indonesia. Potensi masih besar dengan banyaknya bibit baru yang muncul, asalkan didukung sistem dan program pembinaan yang tepat. Jika tidak ingin catatan memalukan ini terulang kembali di Asian Games mendatang, maka PBSI harus segera berbenah diri.
Baca Juga
-
Memanfaatkan Candu Gawai pada Anak: 7 Tips Ampuh untuk Orangtua
-
Ironi Pemuda dan Simbolisme Perubahan: Pikir Ulang Peran Gibran Rakabuming Raka
-
20 Cara Menghasilkan Uang dari Rumah, Bisa Ngalah-ngalahin UMR
-
Jangan Biarkan Writer's Block Bikin Skripsi Kamu Ngaret! Simak 7 Tips Ini
-
7 Tips Jalani Masa Sulit, Kuliah Sambil Bekerja
Artikel Terkait
-
Pelatnas PBSI Lakukan Rotasi Pelatih, Alasan Kesehatan Jadi Pemicu
-
Skuad Indonesia di Sudirman Cup 2025, Kombinasi Atlet Senior dan Junior
-
Dua Wakil Tunggal Putri Indonesia Melaju ke Babak Kedua BAC 2025
-
Pisah Lagi dari Fadia, Apriyani Rahayu Bakal Duet Bareng Rekan Baru
-
Gegara Belum Pulih Cedera, Anthony Ginting Harus Absen Lagi dari Badminton Asia Championships 2025
Hobi
-
Pesan Stefano Cugurra untuk Wasit Persib vs Bali United, Semoga Bisa Adil!
-
Media Belanda Tiba-tiba Berikan Komentar Sindiran ke Mees Hilgers, Ada Apa?
-
Tyronne del Pino Absen, 3 Pemain Ini Bisa Kacaukan Pertahanan Bali United
-
AFF Bentuk Tim ASEAN All Stars, Perlukah Para Pemain Timnas Indonesia Turut Serta?
-
Blak-blakan! Sandy Walsh Ngaku Beruntung Bela Timnas Indonesia Sejak Awal
Terkini
-
Lawson Ajak Jurnalis dan Influencer Kenali Arabika Gayo Lebih Dekat
-
Kembali Diperbincangkan, Teman dan Rekan Sebut Mental Justin Bieber Kacau
-
5 Momen Paling Ditunggu Penggemar Manhwa di Anime Solo Leveling Season 3
-
Needs You Cafe: Ngopi dengan View Danau Sipin yang Bikin Betah Berlama-lama
-
Film Angkara Murka: Bukan Horor Biasa