Berpijak pada bumi, menengadah ke langit. Begitulah peribahasa yang kerap disematkan pada sosok pemuda, lambang harapan bangsa. Namun, benarkah pemuda selalu identik dengan perubahan? Ataukah terkadang, kekuatan muda justru dimanfaatkan demi melanggengkan kepentingan tertentu?
Pemuda dan Ironi Politik
Politik seringkali penuh dengan ironi. Pemuda, yang seharusnya menjadi harapan baru, kadang malah terperangkap dalam jaringan kuasa yang sudah ada. Mereka mungkin memulai dengan idealisme tinggi, tetapi tekanan politik dan realitas kekuasaan dapat mengubah arah mereka.
Sosok Gibran Rakabuming Raka menjadi contoh menarik dikaji lebih dalam. Dalam kasus Gibran, ada ironi yang menjadi perdebatan di kalangan warganet. Sebagai pemuda yang seharusnya membawa perubahan, ia justru dituding oleh beberapa pihak sebagai bagian dari upaya melanggengkan kekuasaan yang sudah berlangsung. Di sinilah ironi politik mengemuka; harapan akan pemuda sebagai pembawa perubahan malah berubah menjadi ketakutan akan keterikatan pada sistem yang ada.
Lahir sebagai Putra sulung Presiden Joko Widodo, Ia kini tengah meniti karier politiknya. Dia mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo, kota tempat ayahnya memulai kiprah sebelum menjadi Presiden. Tak dapat dipungkiri, nama Jokowi turut mengantarkan Gibran menjadi Wali Kota termuda se-Indonesia. Sejumlah pihak bahkan menuduh, karier politik Gibran semata demi melanggengkan pengaruh sang ayah. Benarkah demikian? Atau justru Gibran melambangkan semangat perubahan?
Jika ditilik lebih jauh, sejatinya tidak adil menyamaratakan Gibran sekadar memanfaatkan popularitas Jokowi. Sebagai politikus muda, Gibran tentu memiliki visi dan misi untuk memajukan Solo. Ia juga punya hak untuk terjun ke politik praktis, sebagaimana pemuda-pemuda hebat lainnya.
Pemuda sebagai Agente de Cambio
Sejatinya, pemuda adalah simbolisme perubahan. Tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal sebagai hari sumpah pemuda merupakan contoh nyata bagaimana bangsa ini mengalami perubahan signifikan. Contoh lainnya, kita dapat melihat mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ia adalah seorang pemimpin muda yang memenangkan pemilihan presiden pada usia yang relatif muda.
Obama membawa semangat baru dan harapan kepada jutaan orang, terutama pemuda, dengan janji-janjinya untuk perubahan dan transformasi. Ia menginspirasi banyak orang, terutama mereka yang merasa terpinggirkan, untuk terlibat dalam politik dan berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi. Obama adalah simbol perubahan dan representasi kekuatan pemuda yang dapat mengubah dunia.
Lihat juga Emmanuel Macron, terpilih menjadi Presiden Prancis di usia 39 tahun. Atau Jacinda Ardern yang jadi Perdana Menteri Selandia Baru di usia 37 tahun. Bahkan, Di Kanada, ada contoh lain dari seorang pemuda yang berhasil melibatkan pemuda dalam proses politik.
Justin Trudeau, saat ini adalah Perdana Menteri Kanada, adalah contoh nyata bagaimana seorang pemimpin muda dapat membawa perubahan dalam masyarakatnya. Trudeau berhasil membangun citra yang menarik bagi pemuda dengan visi progresifnya, komitmen terhadap isu-isu lingkungan, dan kebijakan inklusif. Mereka adalah contoh pemimpin muda yang sukses karena visi dan dedikasi, bukan sekadar memanfaatkan popularitas keluarga.
Jadi, benarkah Gibran hanya bermodalkan nama Jokowi? Gibran Rakabuming Raka memang dihadapkan pada tantangan yang unik. Sebagai seorang pemuda yang berasal dari keluarga politik yang berpengaruh, tekanan dan harapan publik terhadapnya lebih besar. Namun, penting untuk mengingat bahwa perubahan tidak hanya terjadi melalui kebijakan politik, tetapi juga melalui perubahan paradigma dan budaya politik yang lebih inklusif. Gibran memiliki kesempatan untuk menghadapi tantangan ini dan membuktikan bahwa ia mampu membawa perubahan yang nyata.
Mewujudkan Perubahan
Bagi pemuda yang ingin benar-benar membawa perubahan, tantangan utama adalah bagaimana mereka dapat mempertahankan integritas mereka dalam sistem yang cenderung mengkooptasi. Mereka harus memahami bahwa perubahan bukanlah tugas yang mudah dan seringkali melibatkan konflik dengan kekuasaan yang sudah ada.
Penting untuk diingat bahwa perubahan yang diinginkan tidak selalu sejalan dengan kepentingan politik. Pemuda harus memiliki tekad kuat untuk memperjuangkan perubahan demi kebaikan masyarakat, meskipun itu mungkin berarti menghadapi tekanan dan tantangan yang berat.
Maka, daripada men-judge, masyarakat semestinya memberi kesempatan pada Gibran membuktikan komitmennya. Apalagi, saat ini Indonesia sedang memasuki bonus demografi dengan mayoritas penduduk berusia produktif. Momentum bagi pemuda seperti Gibran mengambil peran penting di panggung politik.
Dengan berpijak pada aspirasi kaum muda dan menyerap kearifan masa lalu, semoga Gibran bisa menjadi simbolisme perubahan yang sesungguhnya. Bukan sekadar memperpanjang pengaruh sang ayah, melainkan meneruskan estafet kepemimpinan dengan visi baru yang lebih progresif.
Itulah Ironi pemuda dan simbolisme perubahan yang dapat dilihat dari sosok Gibran Rakabuming Raka. Tentu saja tidak ada jawaban definitif untuk menilai apakah ia mewakili perubahan atau status quo. Namun setidaknya, kita perlu memberi ruang bagi pemuda seperti Gibran menunjukkan kapasitasnya sebelum menghakimi. Karena di pundak para pemudalah masa depan bangsa ini bergantung.
Baca Juga
-
Memanfaatkan Candu Gawai pada Anak: 7 Tips Ampuh untuk Orangtua
-
20 Cara Menghasilkan Uang dari Rumah, Bisa Ngalah-ngalahin UMR
-
Jangan Biarkan Writer's Block Bikin Skripsi Kamu Ngaret! Simak 7 Tips Ini
-
7 Tips Jalani Masa Sulit, Kuliah Sambil Bekerja
-
7 Tips Pintar Memilih Penitipan Anak yang Tepat untuk Anak Autis
Artikel Terkait
-
Meski Terbaring Sakit di Singapura, Luhut: Saya Akan Tetap Loyal dengan Pak Jokowi
-
Jokowi Ngebet Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Pinjaman dari China Lagi
-
Erick Tak Butuh Wamen Tambahan Lagi Usai Rosan Ikut Prabowo-Gibran
-
Bantah Diisukan Mundur dari Kabinet, Luhut Ngaku Tegak Lurus: Saya Loyal ke Pak Jokowi
Kolom
-
Representasi Perempuan di Layar Kaca: Antara Stereotip dan Realitas
-
Buku Anak Jadi Solusi Segar ketika Reading Slump Menyerang
-
Pemain Sepak Bola Nyambi Jadi Abdi Negara, Bukti Persepakbolaan Indonesia Belum Menjanjikan?
-
Ojek Online: Mesin Uang Platform, Beban Ganda Mitra dan Konsumen
-
Book-Bosomed: Membawa Buku ke Mana-Mana Bukan soal Pamer
Terkini
-
Tayang 2027, Vin Diesel Ingin Paul Walker 'Muncul' di Fast and Furious 11
-
Momen Langka, Liga Indonesia All Star Diminta All Out Lawan Oxford United
-
Infinix Hot 60i Resmi Rilis, HP Rp 1 Jutaan Bawa Memori Lega dan Chipset Helio G81 Ultimate
-
Indonesia Sudah Otomatis, Bagaimana Perhitungan Rasio Kelolosan Tim-Tim ASEAN ke AFC U-17?
-
Dihuni 15 Pemain Kaliber Timnas Senior, Gerald Vanenburg Wajib Bawa Kembali Piala AFF U-23