Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | M. Fuad S. T.
Timnas Jepang pada sebuah laga (olympics.com)

Timnas Indonesia bakal menghadapi para raksasa Asia di gelaran Piala Asia 2023 pada bulan Januari mendatang. Tergabung di grup D, Pasukan Merah Putih akan menjajal kekuatan Vietnam, Irak dan sang favorit juara, Jepang

Jika melihat komparasi kekuatan keempat negara yang ada, akan sangat dapat dimaklumi jika nantinya Indonesia tak akan ditempatkan sebagai tim yang difavoritkan. Selain memiliki peringkat FIFA terendah di grup, turnamen kali ini juga comeback pertama Timnas Indonesia setelah vakum dari gelaran selama belasan tahun.

Dan memang benar, Timnas Jepang yang selalu menjadi tim favorit dalam setiap turnamen skala Asia, mengungkapkan hal tersebut. Dibandingkan dengan calon lawan-lawannya, Jepang tak menempatkan Indonesia sebagai ancaman.

Bahkan, menyadur informasi yang diunggah oleh akun TikTok Timnas_Update pada 20 November 2023 lalu, pelatih dan pemain Jepang sama sekali tak memperhitungkan Indonesia sebagai tim penghalang di turnamen nanti. Dibandingkan dengan Vietnam, pelatih Hajime Moriyashu dan para penggawa Jepang, lebih menganggap Vietnam sebagai penghalang, alih-alih Indonesia.

Namun, jika dipikir-pikir, sikap pelatih dan penggawa Jepang yang tak menganggap Indonesia sebagai rintangan sebenarnya wajar-wajar saja. Pasalnya, selain selalu menunjukkan superioritasnya atas Pasukan Merah Putih, kualitas para pemain Indonesia juga tidak sebanding dengan mereka.

BACA JUGA: Kolaborasi dengan Polri, PSSI Serius Berantas Mafia Bola di Indonesia

Kita ambil contoh, tiga pemain Indonesia yang pernah berkiprah di Liga Jepang, yakni Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim dan terbaru Pratama Arhan, ketiganya masih kesulitan untuk menembus skuat utama klubnya masing-masing. Patut digarisbawahi, ketiga pemain ini adalah pemain utama di Timnas Indonesia, namun ketika bermain untuk klub Jepang, ketiganya kompak menjadi penghangat abadi bangku cadangan.

Ironisnya, klub yang dibelang oleh mereka bertiga bukanlah klub utama di Jepang dan hanya bermain di kasta kedua liga domestik. Dengan asumsi demikian, para pemain yang menghuni klub-klub tersebut tentu bukanlah para pemain utama Jepang, apalagi langganan Timnas Samurai Buru.

Jadi, jika bersaing dengan pemain-pemain yang memiliki skill di bawah rata-rata pemain Timnas Jepang saja mereka tak bisa berbuat banyak, apalagi jika head to head dengan pasukan utama Jepang yang sudah malang melintang di persepakbolaan dunia?

Lebih ironis lagi, selama dua musim berbaju Tokyo Verdy, Arhan hanya bermain sebanyak empat kali. Padahal, semua pasti tahu bahwa Arhan adalah salah satu representasi kualitas pemain Timnas Indonesia saat ini.

Jadi, memang kalau dipikir-pikir, wajar juga sih jika Jepang tak menjadikan Indonesia sebagai ancaman.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

M. Fuad S. T.