Pertarungan besar yang melibatkan dua negara serumpun di kawasan Asia Tenggara akhirnya berakhir sudah. Pada matchday terakhir grup A gelaran Piala AFF U-23 edisi 2025, Timnas Indonesia bersua dengan Malaysia dalam pertarungan yang cukup ketat.
Pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senin (21/7/2025) kedua kesebelasan sejatinya telah menurunkan strategi terbaiknya untuk menjebol gawang sang lawan.
Indonesia yang bertindak sebagai tuan rumah, langsung tampil menekan dan mengurung pertahanan tim lawan. Sementara Malaysia yang merasa sebagai tim underdog dan memiliki kekuatan yang relatif lebih lemah, mengambil inisiatif untuk bermain bertahan dan mengedepankan tekanan melalui serangan balik cepat dan bola-bola mati untuk membongkar pertahanan Indonesia.
Berkaca dari statistik yang dirilis oleh laman aseanutdfc, pada pertandingan terakhir kedua kesebelasan di fase grup tersebut, Timnas Indonesia sejatinya unggul mutlak dalam penguasaan permainan.
Bagaimana tidak, selama jalannya pertarungan, mereka menguasai hingga 68 persen ball posession, berbanding dengan 32 milik sang lawan. Pun demikian dengan passing yang mereka jalankan.
Selama 90 menit berjalan, Indonesia mencatatkan 445 umpan, dengan akurasi mencapai 89 persen, berbanding Malaysia yang hanya melepaskan 166 umpan dengan akurasi hanya berada di angka 73 persen. Sebuah indikator yang tentunya menggambarkan bagaimana dominannya Pasukan Garuda Muda kala berhadapan dengan Malaysia.
Taktik Jitu Malaysia Membuat Indonesia Tak Mampu Ciptakan Gol
Namun sayangnya, segala hegemoni yang ditunjukkan oleh Timnas Indonesia tersebut, ternyata tak membawa efektifitas mereka dalam mencetak gol. Adalah taktik jitu dari Malaysia yang membuat hal tersebut terjadi.
Pada pertandingan melawan Indonesia, Malaysia memang bermain lebih bertahan. Namun mereka memainkan pakem middle block, yang mana semua pemain Malaysia memusatkan pressing kepada para pemain Indonesia di lini tengah permainan mereka.
Hasilnya pun cukup efektif. Serangan-serangan yang dibangun oleh Pasukan Muda Merah Putih, selalu berhasil dinetralisir, bahkan selalu mental ketika berusaha untuk memasuki kotak penalti Malaysia.
Dan yang paling brilian adalah, pada pertandingan melawan Indonesia, kubu Malaysia mematikan lini tengah Indonesia yang dalam dua pertandingan sebelumnya selalu menjadi kunci dari permainan Skuat Garuda Muda.
Berdasarkan data line-up di laman aseanutdfc, pada pertandingan melawan Malaysia, Timnas Indonesia U-23 memainkan skema 4-3-3 dengan trio lini tengah diisi oleh Muhammad Raihan Hannan, Robi Darwis dan Toni Firmansyah.
Nama Arkhan Fikri yang dalam dua pertandingan selalu menjadi jenderal lini tengah permainan Indonesia, untuk sementara ditepikan oleh pelatih Gerald Vanenburg karena sedang mengalami masalah kebugaran.
Dan Malaysia benar-benar memanfaatkan momen ini. Tak adanya Arkhan Fikri di lini tengah, membuat Malaysia berani melakukan pressing ketat di sentral permainan, mematikan trio dapur pacu milik Skuat Garuda Muda.
Alhasil, lini tengah Indonesia pun menjadi minim kreasi. Meskipun diisi tiga nama yang cukup memiliki kualitas, namun mereka benar-benar "mati" di permainan kali ini.
Alhasil, mau tak mau Pasukan Garuda Muda pun mengalihkan skema penyerangan mereka dari sisi permainan. Sebuah skema yang lagi-lagi kurang efektif, karena selain tak adanya keseimbangan antara sisi kiri dan sisi kanan penyerangan, laju bola menjadi lebih mudah untuk ditebak sehingga relatif lebih mudah untuk diantisipasi oleh pemain Malaysia.
Sulitnya Indonesia dalam menciptakan peluang ini pun tercatat di laman statistik milik AFF. Bagaimana tidak, dari 68 persen penguasaan bola yang mereka miliki, Indonesia tercatat hanya melepaskan 3 tembakan ke gawang dan 4 tembakan meleset. Sebuah jumlah yang berbeda jauh jika dibandingkan dengan dua laga melawan Brunei Darussalam dan Filipina.
Memang harus diakui, di laga melawan Malaysia kemarin, lini tengah Indonesia menjadi sebuah masalah tersendiri. Hal ini harusnya menjadi sebuah perhatian bagi jajaran pelatih di Skuat Garuda Muda. Dalam waktu yang relatif singkat ini, mereka dituntut untuk bisa mencari solusi penyerangan yang efektif, ketika motor utama penyerangan mereka di lini tengah dimatikan oleh lawan.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Sejarah Pertemuan Indonesia dan Malaysia di Piala AFF U-23, Skuat Garuda Muda Kalah Mentereng!
-
Ironisme Fergus Tierney, Pemberi Luka Timnas Indonesia yang Mati Kutu di Laga Hidup-Mati
-
Ledek Harimau Muda, Media Vietnam: Indonesia Bikin Malaysia Menangis di Pojokan
-
Piala AFF U-23: Balas Dendam Timnas Indonesia U-23 dan Penanda Kepulangan Harimau Muda
-
Timnas Indonesia, Laga Terakhir Grup A dan Nasib Malaysia yang Lagi-Lagi di Ambang Kegagalan
Artikel Terkait
-
Didekati Genoa, Jay Idzes Tak Perlu Buru-Buru Tentukan 'Pelabuhan' Baru
-
Rekor Buruk Timnas Indonesia U-23 Atas Malaysia U-23 Terus Berlanjut
-
2 Fakta Menarik Bergabungnya Nathan Tjoe-A-On ke Willem II
-
Lupakan Maarten Paes, Pesaing Ernando Ari Justru Datang dari Dalam Negeri
-
Bek Timnas Malaysia U-23 Jadi Sorotan Netizen, Kumis Tebal di Usia yang Baru 21 Tahun
Hobi
-
Didekati Genoa, Jay Idzes Tak Perlu Buru-Buru Tentukan 'Pelabuhan' Baru
-
Nathan Tjoe-A-On Ungkap Target Pribadi usai Resmi Digaet Willem II
-
Clean Sheet Lagi, Gerald Vanenburg Puas dengan Performa Timnas Indonesia
-
Futsal: Laboratorium Mini Kehidupan
-
Sejarah Pertemuan Indonesia dan Malaysia di Piala AFF U-23, Skuat Garuda Muda Kalah Mentereng!
Terkini
-
4 Inspirasi Smokey Eye Makeup yang Stunning ala Member aespa, Eye-Catching!
-
4 Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Film Sore: Istri dari Masa Depan
-
Sinopsis The Winning Try, Drakor Yoon Kye Sang dan Im Se Mi di Netflix
-
Ciptaan Sendiri, BoA Usung Genre Musik Pop Punk di Lagu Comeback 'Crazier'
-
Ulasan Buku Einstein:Kisah Hidup Sang Fisikawan yang Mengubah Dunia Sains