Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Desyta Rina Marta Guritno
Marc Marquez (Instagram/marcmarquez93)

Musim 2025 menjadi ajang pembuktian bagi Marc Marquez bahwa masanya belum habis. Setelah bertahun-tahun dibayangi cedera dan masa-masa sulit bersama Honda, banyak yang sempat meragukan apakah pembalap Spanyol ini masih memiliki kemampuan untuk bersaing di level MotoGP.

Namun kini, setelah melewati masa transisi bersama tim Gresini musim lalu, Marquez telah kembali tampil garang di atas motor pabrikan Ducati.

Performa gemilang yang ia tunjukkan di paruh pertama musim ini membuat banyak pihak mulai yakin bahwa Marquez bisa saja merebut gelar juara dunia yang sudah 5 musim lepas dari genggamannya.

Konsistensinya di barisan depan, kecepatan yang bagus, serta keberaniannya saat berada di lintasan menjadi kombinasi yang membuatnya kembali menjadi momok bagi lawan-lawannya. Bukan hanya karena motornya yang kompetitif, tapi karena Marquez kembali menjadi dirinya yang dulu, haus kemenangan dan tak kenal takut.

Namun, sehebat-hebatnya Marquez, bukan berarti ia tanpa celah. Beberapa momen musim ini menunjukkan bahwa dirinya masih bisa membuat kesalahan. Dua balapan yang cukup menjadi sorotan adalah GP Amerika dan GP Jerez.

Di dua sirkuit itu, Marquez sebenarnya sudah memimpin balapan dengan selisih waktu yang cukup besar dan hampir dipastikan tak terkejar. Namun, kesalahan sendiri membuatnya terjatuh dan kehilangan poin berharga.

Dua insiden ini menyadarkan bahwa walaupun ia nyaris tak terbendung, tekanan dari dalam diri sendiri tetap bisa menjadi batu sandungan terbesarnya.

Komentar menarik datang dari Jorge Lorenzo, mantan rekan setim sekaligus rival berat Marquez. Menurut Lorenzo, kehebatan Marquez justru menyimpan sisi rapuh. Dia menyebut bahwa kekuatan terbesar Marquez adalah bakat alaminya yang luar biasa.

"Marc punya bakat alami, fisiknya sangat kuat, dan dia juga banyak melatih fisiknya. Refleknya hebat dan yang terpenting dia menonjol karena tidak takut cedera. Dia piawai mengerem. Dia mengerem sangat telat, terutama saat belok ke kiri. Sering belok ke kiri, dia jarang sekali menggunakan rem karena dia bisa menghentikan motornya bahkan saat melesat. Itu sangat sulit," ujar Lorenzo, dilansir dari laman MotoGP News.

Tapi di sisi lain, itulah yang kadang jadi bumerang. Rasa percaya diri yang tinggi dan gaya balap yang agresif kerap membuatnya mengambil risiko yang terlalu besar. Oleh karena itu, banyak yang menyebut Marc Marquez adalah satu-satunya orang yang benar-benar mampu mengalahkan dirinya sendiri.

Karakter Marc yang sangat ingin bersaing juga berperan besar dalam hal ini. Sejak masa-masa emasnya bersama Honda, ia dikenal sebagai pembalap yang tidak pernah setengah-setengah saat memburu kemenangan. Apa pun akan ia lakukan untuk menyalip lawan dan merebut posisi terdepan.

Tidak jarang, gaya balapnya yang ekstrem membuatnya terlibat dalam situasi berisiko tinggi. Kini, meski usianya bertambah dan pengalaman membuatnya lebih dewasa, sisa-sisa ambisi besar itu masih terlihat jelas beberapa kali.

"Terkadang dia terlalu ambisius, dan di masa lalu, dia melakukan kesalahan yang merugikannya karena ambisinya untuk selalu menang, apa pun situasinya," tambahnya. 

Di musim ini, Marquez memang tampak lebih tenang, lebih terkontrol, dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Namun pada saat-saat tertentu, naluri lamanya masih muncul, yakni naluri untuk mendorong motor melewati batas, untuk terus memacu dirinya tanpa takut. Tantangannya sekarang bukan hanya mengalahkan pembalap lain, tapi juga mengendalikan diri sendiri.

Jika ia mampu menjaga keseimbangan antara keberanian dan kehati-hatian, maka peluangnya untuk menjadi pememang di setiap seri sangat terbuka. Namun, Marc Marquez kini bukan hanya bertarung untuk menang, tapi juga mengincar gelar juara dunia yang sepertinya sudah di depan mata.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Desyta Rina Marta Guritno