Hikmawan Firdaus | M. Fuad S. T.
Dean James saat membela Timnas Indonesia di laga melawan Irak pada ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 (dok. AFC)
M. Fuad S. T.

Langkah Timnas Indonesia untuk mendapatkan satu tiket ke putaran final Piala Dunia 2026 akhirnya terhenti total. Dua kekalahan beruntun dari Arab Saudi dan Irak, membuat impian tampil kali kedua di pentas sepak bola paling akbar sejagat raya tersebut pupus.

Bukan hanya membuang kesempatan emas yang hanya berjarak dua pertandingan saja, kegagalan di ronde keempat ini juga turut memaksa para pendukung setia Timnas Indonesia untuk membuang impian untuk menyaksikan tim kebanggaannya bertarung di level tertinggi sepak bola dunia.

Selain itu, kegagalan yang dialami oleh Indonesia di ronde keempat ini juga membuat kerja keras yang dilakukan oleh Shin Tae-yong selama ini menjadi terbuang sia-sia.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Shin Tae-yong sendiri datang ke Indonesia ketika persepakbolaan Indonesia tengah berada dalam kondisi yang mengenaskan.

Pasca ditinggalkan oleh Luis Milla yang sempat memberikan harap dan asa akan kemajuan Skuat Garuda di pentas internasional, Timnas Indonesia jatuh ke dalam kendali pelatih yang kurang tepat dengan kultur dan karakter persepakbolaan tanah air, Simon MacMenemy.

Alih-alih mencatatkan capaian yang lebih impresif daripada Luis Milla, di tangan eks pelatih Timnas Filipina tersebut, beragam mimpi yang dibangun oleh para pendukung sirna dan seperti ditelan oleh bumi. Bagaimana tidak, mendampingi Skuat Garuda di ronde kedua babak kualifikasi Piala Dunia 2022 dengan melawan tim yang setara sekelas Thailand, Vietnam dan Malaysia, Indonesia tak mampu berbuat banyak.

Hingga akhirnya, PSSI di era kepemimpinan Iwan Bule, berhasil membuat keputusan yang sangat tepat dengan mendatangkan Shin Tae-yong yang dengan polesan tangan dingin serta kedisiplinannya, berhasil membawa Indonesia bangkit dan berjaya.

Meskipun harus memulai perjalanannya bersama Timnas Indonesia dengan susah-payah dari dari minus, Shin Tae-yong pada akhirnya sukses membentuk tim yang solid dan memiliki daya saing.

Sempat tertatih-tatih di awal masa kepelatihan, pria berdarah Korea Selatan tersebut berhasil membuat Indonesia mencatatkan beragam sejarah dan disegani di pentas persepakbolaan internasional, termasuk dalam perjalanan menuju putaran final Piala Dunia 2026 ini.

Dibandingkan dengan tim lain yang mentas di ronde keempat, Indonesia adalah tim yang memiliki perjalanan paling panjang di mana mereka memulai langkah panjangnya semenjak preliminary round dengan melawan Brunei Darussalam.

Pun demikian dengan ronde kedua. Bermodalkan tambal-sulam pemain, STY berhasil membentuk skuat yang solid dan sukses melampaui hadangan tim sekelas Vietnam dan Filipina yang semanjak dekade 2010an persepakbolaannya berkembang dengan cukup pesat.

Namun sayang, selepas menundukkan Arab Saudi di matchday keenam lalu, STY justru dilengserkan oleh PSSI dan nakhoda kepelatihan diserahkan kepada Patrick Kluivert. Meski demikian, STY berkali-kali menyampaikan harapannya agar tim yang dia bangun dengan susah-payah itu bisa terus melaju dan mewujudkan mimpi Piala Dunia bagi Indonesia.

Sebuah harapan yang cukup wajar, karena STY meninggalkan tim yang ibaratnya sudah terbentuk dan "siap pakai" pun mewah. Terlebih, STY pula yang mendampingi tim ini ketika tengah berada di fase hancur-hancurnya, sehingga harapan besar seperti itu sangat layak untuk dia ungkapkan.

Namun sayangnya, semuanya berakhir dengan kekecewaan. Kekalahan beruntun yang didapatkan oleh Timnas Indonesia di ronde keempat ini, sekaligus juga membuat semua pekerjaan yang dimulai oleh STY dari minus menjadi sia-sia belaka.