Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Aprilia
Ilustrasi memasak

Pada Sabtu, 05 Juni 2021, Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta mengadakan webinar berjudul "Self Healing with Mindful Cooking: Memasak dalam Perspektif Psikologi."

Kegiatan tersebut merupakan salah satu program pengabdian masyarakat yang dilakukan Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta yang disponsori oleh PT Emina Cheese Indonesia, Karya Bhakti Laksmi, dan Lumira Talenta Indonesia. Kegiatan dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting dan live streaming Youtube.

Kegiatan webinar ini diisi oleh beberapa narasumber yakni Ibu Irma Rosalinda, M.Si., Psikolog, Ibu Lupi Yudhaningrum, M.Psi., Psikolog, dan Chef Powpow selaku Executive Chef Emina Cheese.

Tema tersebut diangkat dengan tujuan membantu masyarakat untuk dapat melakukan kegiatan sederhana namun lebih bermakna. Memasak merupakan kegiatan sehari-hari yang mungkin dilakukan setiap individu, namun umumnya jarang dimaknai dengan baik.

Mindful merupakan sebuah kegiatan yang di mana individu memberikan perhatian terhadap pengalamannya yang diikuti dengan penerimaan terhadap pengalamannya (Hayes, Follette, & Lihenan, 2014; dalam Yusainy dkk., 2018). Istilah lain untuk menggambarkan mindful yakni adalah “here and now” yaitu dengan memusatkan seluruh penginderaan dalam bereaksi terhadap pengalaman yang dialami.

Beraktivitas dengan menerapkan mindfulness dalam sehari-hari membuat individu mampu memaknai setiap kejadian dikarenakan aktifnya penginderaan serta membuat setiap detik waktu yang terlewati lebih bermakna. Istilah lainnya, individu tidak melewatkan setiap momen begitu saja.

Kegiatan ini tentunya jarang dilakukan karena sifat manusia yang tergesa-gesa, namun sebetulnya cukup penting untuk meminimalisir stres yang timbul akibat rutinitas sehari-hari.

Mindful juga memiliki banyak manfaat bagi diri. Yakni meningkatkan perasaan empati dan rasa belas kasih, menurunkan tingkat stres, meningkatkan fokus dan kesadaran, menurunkan kecemasan, dan mengembangkan rasa penerimaan terhadap diri sendiri (Davis & Hayes, 2011; Felton et al., 2015; Fulton, 2016; dalam Waskito, Loekmono, & Dwikurnaningsih, 2018).

Kaitan memasak dengan mindfulness yakni ketika memasak, individu melakukan sebuah kegiatan yang ketika seluruh penginderaan aktif digunakan mulai dari penglihatan, perabaan, penciuman, perasa, dan pendengaran. Pada saat memasak, individu mengaktifkan indera penglihatan untuk melihat bentuk dari bahan-bahan masakan ataupun alat yang digunakan.

Selanjutnya individu akan meraba setiap bentuk dan tekstur dari bahan masakan, alat, hingga hasil dari masakan tersebut, apakah kasar, lembut, keras, halus, dan lain sebagainya. Kemudian individu mencium aroma dari setiap bahan baik yang belum diolah, sedang diolah, dan setelah diolah.

Pada saat memasak juga tentunya individu akan merasakan masakannya dari hasil pengolahan bahan-bahan tersebut. Indera penginderaan pun berjalan pada saat suara dari kegiatan masak itu dilakukan seperti memotong, menggoreng, dan sebagainya. Pada saat itu, semua indera berjalan dan apabila individu menyadari serta mengaktifkan penginderaannya akan terjadi yang namanya Mindful Cooking.

Lalu, bagaimana memasak dapat mengobati luka dalam diri?

Kegiatan memasak secara penuh kesadaran (mindful) memiliki manfaat untuk mengobati diri (self healing) dikarenakan memasak akan menjadi sebuah terapi yang mempengaruhi kognitif manusia sehingga dapat mengurangi kecemasan dan depresi (Tchanturia, Lounes, & Holttum, 2014; dalam farmer, Touchton-Leonard, & Ross, 2018).

Bahkan menurut Lospresti, Hood, & Drummo 2013) memasak mampu meningkatkan perasaan seseorang menjadi lebih baik. Dengan demikian, kegiatan sederhana seperti memasak dapat menjadi sebuah obat dan terapi yang mudah bagi diri sendiri untuk mengobati luka yang ada di dalam diri.

Terdapat beberapa cara mudah mindful cooking yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1. Memberikan perhatian lebih

Beri perhatian lebih terhadap proses memasak yakni memasak dengan langkah-langkah yang sesuai dan tidak perlu tergesa-gesa. Lakukan perlahan dan satu persatu.

2. Rasakan setiap proses

Merasakan setiap proses memasak yaitu contohnya meraba tekstur dari bahan-bahan masakan, memperhatikan setiap detail bentuk dari bahan tersebut, dan melakukan pengaktifan penginderaan lainnya.

3. Konsentrasi

Berkonsentrasi pada kegiatan memasak dan apabila terdistraksi usahakan ingat kembali tujuanmu awal memasak.


Di atas merupakan cara sederhana yang mungkin dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memasak jauh lebih menyenangkan dan menenangkan.

Oleh sebab itu, kegiatan yang sederhana dapat jauh lebih bermakna dan menyenangkan apabila dilakukan secara penuh kesadaran dan dapat menjadi sarana untuk menyembuhkan diri sendiri dari luka dalam diri.

Kegiatan lain selain memasak juga dapat menjadi sarana self healing apabila dilakukan penuh kesadaran. Dengan menghargai setiap detik dalam hidup akan memberikan kenikmatan dan ketenangan di setiap momen.

Sumber:

Farmer, N., Touchton-Leonard, K., & Ross, A. (2017). Psychosocial Benefits of Cooking Interventions: A Systematic Review. Health Education & Behavior, 1-14.

Waskito, P., Loekmono, J. L., & Dwikurnaningsih, Y. (2018). Hubungan Antara Mindfulness dengan Kepuasan Hidup Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 3(3), 99-107.

Yusainy, C., Nurwanti, R., Dharmawan, R. J., Andari, R., Mahmudah, M. U., Tiyas, R. R.,. Anggono, O. C. (2018, Oktober). MINDFULNESS SEBAGAI STRATEGI REGULASI EMOSI. Jurnal Psikologi, 17(2), 174-188.

Aprilia

Baca Juga