Terawan Agus Putranto diangkat menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober 2019. Sejak awal pengangkatannya, dr Terawan memang sudah berkali-kali tersandung oleh berbagai permasalahan.
Salah satunya, yaitu adanya penolakan dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atas dipilihnya dr Terawan sebagai Menteri Kesehatan (Menkes).
Penolakan tersebut secara resmi dinyatakan melalui surat yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo pada 30 September 2019. Penolakan ini dilontarkan karena pada saat itu, dr Terawan masih dikenakan sanksi akibat pelanggaran kode etik kedokteran yang ia lakukan terkait dengan terapi cuci otak (Tribun News, 2019).
Terapi cuci otak yang diklaim dapat menyembuhkan penyakit stroke ini dianggap oleh IDI belum teruji secara klinis sehingga belum dapat diterapkan kepada masyarakat luas (Ramadhan, 2018). Padahal, jumlah pasien yang mengaku telah sembuh dari penyakit stroke karena melakukan terapi ini ialah sebanyak 40 ribu orang.
Beberapa pasien tersebut bahkan merupakan sosok ternama di Indonesia, seperti Aburizal Bakrie, Mahfud MD, Dahlan Iskan, dan lain lain. Atas kasusnya tersebut, dr Terawan diberikan sanksi berupa pencabutan status keanggotaan IDI dan pencabutan izin praktik selama satu tahun (Tribun News, 2019).
Dengan banyaknya permasalahan yang dilakukan oleh dr Terawan, Presiden Joko Widodo tetap mempercayainya untuk menjadi pejabat medis tertinggi di Indonesia. Akan tetapi, kepercayaan ini ternyata tidak membuahkan hasil apapun.
Kepemimpinan Terawan dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Alih-alih menunjukkan kompetensinya, dr Terawan justru semakin melakukan berbagai tindakan kontroversial sehingga membuat publik meragukan kepemimpinannya sebagai Menkes. Sebagai contoh, pada awal kemunculan Covid-19, dr Terawan sempat memberikan pernyataan bahwa doa dapat mencegah masuknya Covid-19 ke Indonesia (Tim detikcom, 2020).
Pernyataan ini membuat dr Terawan terkesan menyepelekan virus yang telah menyebar hampir di seluruh dunia. Pernyataan lainnya yang juga menimbulkan kontroversi, yaitu beliau pernah menyatakan bahwa masker hanya dipergunakan bagi mereka yang sedang sakit.
Padahal, hal ini bertentangan dengan anjuran dari WHO yang menyatakan bahwa seluruh masyarakat harus menggunakan masker, baik sedang sakit atau tidak karena terdapat istilah Orang Tanpa Gejala (OTG) dalam Covid-19 (Jannah, 2020).
Kemudian, beliau juga pernah menyatakan bahwa PSBB tidak perlu dilakukan karena dapat menimbulkan resesi (Safitri, 2020).
Lantaran sibuk memberikan pernyataan kontroversial yang tidak didasari sains, tugas utama dr Terawan dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia menjadi terabaikan.
Hal ini dapat terlihat dari banyaknya kebijakan yang tidak berjalan dengan baik. Akibatnya, sejak awal kemunculan kasus hingga tujuh bulan setelahnya, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia tidak kunjung mereda (Pratiwi, 2020).
Ketidakmampuannya dalam menghadapi situasi krisis seperti pandemi ini menunjukkan bahwa dr Terawan tidak memiliki keahlian crisis leadership dalam kepemimpinannya akibat minimnya visi dan strategi yang dimiliki.
Hal ini kemudian mengakibatkan turunnya kepercayaan dari Presiden Joko Widodo kepada dr Terawan sehingga peran yang diberikan kepada dr Terawan dalam menangani pandemi menjadi sangat minim. Bahkan, Ketua Satgas Covid-19 Nasional yang seharusnya dijabat oleh dr Terawan sebagai Menkes justru dijabat oleh Ketua BNPB, Doni Monardo (Pratiwi, 2020).
Menurunnya Kepercayaan Masyarakat terhadap Terawan sebagai Menteri Kesehatan
Sama halnya dengan Presiden Jokowi, kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap dr Terawan juga menurun drastis. Penurunan kepercayaan ini disebabkan oleh minimnya komunikasi publik yang dilakukan oleh dr Terawan dalam menjelaskan apa saja hal-hal yang sudah dilakukan negara dalam penanganan pandemi (Mashabi, 2020).
Hal ini sangat tidak mencerminkan kepemimpinan visioner di mana salah satu peran yang harus dilakukan pemimpin tersebut ialah sebagai juru bicara. Sebagai juru bicara, pemimpin visioner harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan di luar organisasinya agar dapat meyakinkan mereka terkait dengan keunggulan organisasi (Rosyadi, 2019).
Dalam kaitannya dengan dr Terawan, beliau dinilai telah gagal dalam berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan di luar organisasi atau masyarakat luas untuk dapat meyakinkan mereka bahwa beliau mampu menangani pandemi dengan baik.
Masyarakat justru menilai bahwa dr Terawan sering kali menghilang dan menghindar ketika dimintai penjelasan terkait dengan situasi pandemi. Seperti contoh, ketika diundang dalam acara Mata Najwa edisi ‘Menanti Terawan’ selama berkali-kali, dr Terawan tidak pernah hadir satu kalipun sehingga membuat Najwa Shihab harus melakukan wawancara dengan kursi kosong seolah-olah kursi tersebut diduduki dr Terawan (Mashabi, 2020).
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap dr Terawan ini kemudian berujung pada munculnya berbagai petisi online yang menginginkan dr Terawan mundur dari jabatannya sebagai Menkes.
Petisi yang berjudul ‘Copot Terawan sebagai Menteri Kesehatan’ bahkan telah ditandatangani oleh 35 ribu masyarakat. Seluruh masyarakat tersebut sepakat bahwa dr Terawan telah gagal dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia sehingga beliau harus segera turun dari jabatannya agar dapat dipilih pemimpin yang lebih berkompeten (Adyatama, 2020).
Kemampuan Komunikasi Terawan dengan Seluruh Anggota Organisasinya
Selain gagal dalam berkomunikasi secara efektif dengan lingkungan di luar organisasi, dr Terawan pun kesulitan dalam melakukan komunikasi dengan seluruh anggota organisasinya akibat banyaknya permasalahan dr Terawan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Padahal, dr Terawan sebagai pejabat medis tertinggi di Indonesia tentunya selalu berhubungan dengan hal yang berbau kedokteran.
Selain pernah terlibat masalah dengan IDI karena terapi cuci otaknya, dr Terawan juga sering kali terlibat permasalahan secara langsung dengan para tenaga medis. Seperti contoh, ketika banyak tenaga medis yang terpapar Covid-19, dr Terawan justru menanggapinya dengan mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena tenaga medis tidak disiplin dalam menegakkan protokol kesehatan (Saputro, 2020).
Pernyataan ini tentunya tidak sepenuhnya salah, tetapi mengingat tenaga medis merupakan garda terdepan penanganan Covid-19, risiko terpapar virus pun juga semakin besar. Oleh karena itu, pernyataan yang dikatakan oleh dr Terawan terkesan seperti meremehkan dan tidak berempati dengan para tenaga medis.
Permasalahan lainnya, ketika dimintai tanggapan terkait dengan para tenaga medis yang menjadi garda terdepan penanganan Covid-19, dr Terawan justru melontarkan kalimat negatif, “dilibatkan saja mereka sudah bangga”. Pernyataan ini tentunya mengundang amarah tenaga medis yang menganggap bahwa dr Terawan tidak memiliki rasa kesetiakawanan sebagai teman sejawat (Lawi, 2020).
Dengan banyaknya permasalahan komunikasi yang melibatkan dr Terawan dengan IDI dan para tenaga medis, semakin menunjukkan bahwa beliau tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh pemimpin visioner, yaitu mampu berkomunikasi secara efektif dengan seluruh anggota organisasinya (Rosyadi, 2019).
Seorang pemimpin tentunya tidak dapat menjalankan suatu organisasi seorang diri, ia membutuhkan bantuan seluruh anggota organisasi untuk dapat mewujudkan visi yang telah ditetapkan.
Apabila dr Terawan tidak dapat berkomunikasi dengan seluruh anggota organisasinya, tentunya akan sulit bagi beliau untuk dapat mengarahkan dan mempengaruhi mereka agar dapat membantu mewujudkan visi bersama, yaitu menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Maka tidak heran apabila di masa kepemimpinan dr Terawan, Kementerian Kesehatan tidak dapat memberikan kinerja terbaiknya dalam penanganan pandemi Covid-19.
Dicopotnya Jabatan Terawan sebagai Menteri Kesehatan
Menanggapi berbagai tuntutan dari masyarakat dan berbagai permasalahan yang dilakukan dr Terawan, Presiden Jokowi kemudian melakukan perombakan menteri dengan mencopot jabatan dr Terawan sebagai Menkes pada 22 Desember 2020. Jabatan Menkes kemudian diduduki oleh Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin. Menurut peneliti INDEF, Bhima Yudhistira, alasan dicopotnya jabatan dr Terawan sebagai Menkes dikarenakan kinerjanya yang kurang memuaskan, khususnya dalam penanganan pandemi Covid-19 (Prakoso, 2020).
REFERENSI
- Adyatama, E. (2020). Petisi Tuntut Jokowi Copot Menkes Terawan Mulai Ramai. Tempo.Co. https://nasional.tempo.co/read/1393425/petisi-tuntut-jokowi-copot-menkes-terawan-mulai-ramai
- Jannah, S. M. (2020). Kontroversi Terawan Sebelum Dipecat Jokowi, dari Masker hingga IDI. Tirto.Id. https://tirto.id/kontroversi-terawan-sebelum-dipecat-jokowi-dari-masker-hingga-idi-f8uG
- Lawi, G. F. K. (2020). Tim Medis: Kami Kecewa dengan Sikap Menkes Terawan. Lifestyle Bisnis. https://lifestyle.bisnis.com/read/20200319/106/1215369/tim-medis-kami-kecewa-dengan-sikap-menkes-terawan
- Mashabi, S. (2020). Kursi Terawan yang Kosong di “Mata Najwa”, Kritik, hingga Padatnya Jadwal Sang Menteri. Kompas.Com. https://nasional.kompas.com/read/2020/09/30/08263431/kursi-terawan-yang-kosong-di-mata-najwa-kritik-hingga-padatnya-jadwal-sang?page=al
- Prakoso, J. P. (2020). Resuffle Kabinet Jokowi, Pengamat: Alasan Kinerja Hingga Bagi Kursi. Ekonomi Bisnis. https://ekonomi.bisnis.com/read/20201222/9/1334411/resuffle-kabinet-jokowi-pengamat-alasan-kinerja-hingga-bagi-kursi
- Pratiwi, G. (2020). Lagi, Kinerja Menkes Terawan Atasi Covid-19 Disorot Media Asing, Kali Ini Disebut Gagal. PikiranRakyat. https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-01765715/lagi-kinerja-menkes-terawan-atasi-covid-19-disorot-media-asing-kali-ini-disebut-gagal
- Ramadhan, A. (2018). IDI Tegaskan Metode “Cuci Otak” Dokter Terawan Belum Teruji Klinis. Megapolitan Kompas. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/04/09/13330991/idi-tegaskan-metode-cuci-otak-dokter-terawan-belum-teruji-klinis
- Rosyadi, A. U. (2019). Manajemen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di SMA Ma’arif NU 5 Purbolinggo Lampung Timur. https://repository.radenintan.ac.id/7744/3/BAB II AAN.pdf
- Safitri, D. (2020). Apa Pentingnya Mengganti Terawan? CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200914172942-20-546367/apa-pentingnya-mengganti-terawan
- Saputro, F. A. (2020). Terawan Sebut Tenaga Medis Terkena Covid karena tak Disiplin. Republika. https://republika.co.id/berita/qfpz11409/terawan-sebut-tenaga-medis-terkena-covid-karena-tak-disiplin
- Tim detikcom. (2020). Kala Terawan Andalkan Doa Cegah Virus Corona Masuk Indonesia. DetikNews. https://news.detik.com/berita/d-4903100/kala-terawan-andalkan-doa-cegah-virus-corona-masuk-indonesia?single=1
- Tribun News. (2019). FAKTA-FAKTA Dokter Terawan yang Tak Disetujui Jadi Menkes hingga Pernah Dipecat IDI. Tribun News. https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2019/10/24/fakta-fakta-dokter-terawan-yang-tak-disetujui-jadi-menkes-hingga-pernah-dipecat-idi
Artikel Terkait
-
Lama Tak Terdengar, Dokter Terawan Isi Kuliah Umum di Harvard Pamer Asca Cita Prabowo
-
Kepemimpinan yang Visioner, Arsjad Rasjid Mendorong Ekosistem Bisnis yang Inklusif
-
Miliki Kepemimpinan Visioner, Direktur Utama Brantas Abipraya Raih Penghargaan Indonesia Best CEO
-
Kepemimpinan Perempuan yang Menginspirasi: Mendorong Aksi dan Perubahan
-
Dikenal Sebagai Sosok yang Visioner, Ini Rekam Jejak Kepemimpinan Arsjad Rasjid di Kadin Indonesia
Kolom
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Nilai Tukar Rupiah Loyo, Semangat Pengusaha Jangan Ikut-ikutan!
-
Ki Hadjar Dewantara dalam Revitalisasi Kurikulum yang Relevan
-
Menghidupkan Semangat Ki Hadjar Dewantara dalam Politik Pendidikan Era AI
-
Harta Koruptor Aman, RUU Perampasan Aset Mandek Lagi
Terkini
-
Dilengserkan dari Kursi Pelatih, Nasib Jesus Casas Mirip Shin Tae-yong
-
Ulasan Novel Giselle: Tragedi Menyeramkan di Balik Panggung Ballet
-
Romantisme Fans Indonesia dan Uzbekistan: Dulu Menjatuhkan, Kini Saling Menguatkan
-
3 Inspirasi Outfit Dokter Muda ala Choo Young Woo, Smart dan Professional!
-
Review Film A Working Man: Jason Statham Ngegas Lagi, tapi Tetap Seru Gak Sih?