George Berkeley atau yang lebih sering dipanggil Berkeley merupakan seorang filsuf dari inggris yang mempunyai aliran Empirisme. Pada intinya, Berkeley berpandangan filsafat tentang “Pengenalan”. Menurut Berkeley sendiri, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subyek yang mengamati atau obyek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Dari hubungan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa itu merupakan konsep pengenalan yang dijelaskan oleh Berkeley.
Dari pandangan yang dikemukan oleh Berkeley yaitu pengenalan dapat diambil sebuah contoh nyata pada kehidupan manusia. Tat kala manusia juga membutuhkan yang namanya rasa mencintai dan dicintai. Saat seorang insan melihat lawan jenis insan tersebut yang menurut dia sangat menarik, maka terjadilah pengenalan. Yang mana, saat dia melihat lawan jenisnya melalui mata, secara tidak langsung akan menghubungkan atau terhubung dengan sendirinya pada indra yang lain seperti perasa yaitu hati. Hatinya akan berdegup dengan cepat menandakan adanya hubungan dengan indra penglihatan tadi dengan indera perasa.
Ada satu kasus yang telah lama dan sangat ramai diperbincangkan yaitu tentang Masa Orientasi Siswa (MOS). Dalam MOS ini, para siswa dikenalkan dengan seluruh isi sekolah yang akan mereka tempati sebagai tempat belajar mereka. Tetapi, dalam kegiatan ini tak jarang banyak sekali penyalahgunaan dari pengenalan tersebut, seperti perpeloncoan. Aksi ini sangat bertolak belakang dengan pandangan Berkeley. Seharusnya, MOS ini dapat menjadi pengenalan yang sangat bermakna bagi mereka. Bagaimana tidak? Dari indra penglihatan yang mereka pakai untuk melihat sekolah, dapat terhubung dengan indra perasa yang dapat membawa mereka akan kecintaan pada sekolah. Hal ini tidak diterapkan bagi pelaku-pelaku perpeloncoan, karena mereka tidak paham akan arti pengenalan sesungguhnya.
Ada lagi contoh kecil yang menggambarkan tentang pandangan filsafat Berkeley. Seperti yang diketahui, Berkeley menyatakan pandangan filsafatnya itu “Berada Berarti Diamati”. Saat berada di antara keramaian mall yang begitu luas, banyak para mata-mata atau yang disebut pengamat yang memperhatikan setiap gerak gerik dari pengunjung. Sebagian orang merasa risih saat diperlakukan seperti itu. Sehingga orang itu melakukan sikap sikap yang aneh dan membuat para pengamat itu curiga.
Kesalahan yang ada pada pengamat itu adalah dia mencurigai seseorang yang dianggapnya sebagai “orang jahat”. Dia pun mulai mengikuti dan menangkap orang tersebut dengan tuduhan pencurian. Tapi nyatanya orang itu tidak mencuri. Yang salah dari pengamat itu adalah dia menyalahgunakan pengenalan tersebut untuk berprasangka buruk terhadap orang lain dan itu sangatlah tidak baik serta akan mempermalukan orang yang dia tuduh tersebut.
Dari kasus tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan satu kata saja yang disalahgunakan akan berdampak pada banyak orang yaitu fisiknya maupun psikisnya. Sebagai manusia yang memliki otak dan akal pikiran, hendaknya jadikan kata pengenalan tersebut sebagai ajang untuk memperbaiki diri sendiri dan jadikan kata pengenalan tersebut untuk membantu banyak orang. Dengan begitu, Berkeley juga akan senang jika pandangnnya itu dipakai untuk selalu berbuat kebaikan.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Wabi Sabi: Menemukan Keindahan dalam Hal-Hal Sederhana
-
Review Novel Sang Alkemis: Kisah Magis tentang Takdir dan Panggilan Jiwa
-
Tatapan Penuh Kasih: Ketulusan Geni Faruk untuk Aaliyah Massaid Terlihat di Pengajian 4 Bulanan
-
Ngaji Filsafat Bersama Fahrudin Faiz: Mengupas Dunia Network Society
-
Masa Remaja Sang Filsuf Omar Khayyam dan Perjumpaan Pertamanya dengan Yasmi
Kolom
-
Segere Wes Arang-Arang, Fenomena Remaja Jompo dalam Masyarakat!
-
Generasi Muda, Jangan Cuek! Politik Menentukan Masa Depanmu
-
Demi Efisiensi Anggaran, Pendidikan Dikorbankan: Bijakkah Keputusan Ini?
-
Tagar 'Kabur Aja Dulu' Trending, Anak Muda Mau Pindah ke Mana?
-
Menelisik Biaya Administrasi dalam Rekrutmen: Antara Tuntutan dan Beban
Terkini
-
Sinopsis Film Berebut Jenazah: Bukan Horor, tapi Kisah Haru di Tengah Perbedaan
-
Ulasan Buku 'Kita, Kami, Kamu', Menyelami Dunia Anak yang Lucu dan Jenaka
-
Pesta Kuliner Februari 2025: Promo Menggoda untuk Para Foodie!
-
4 Inspirasi Clean Outfit ala Hwang In-youp, Gaya Makin Keren Tanpa Ribet!
-
Kalahkan China 3-1 dan Cetak Sejarah, Indonesia Juarai BAMTC 2025