Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Zharfa Shafiera
Ilustrasi media. (Shutterstock)

Saat ini kasus Covid-19 di Indonesia sedang kembali mengalami peningkatan. Sudah semakin banyak varian mutase dari kasus tersebut yang tersebar di Indonesia. Selain itu, tingkat penularannya pun semakin tinggi.

Terhitung semenjak bulan Mei, setelah agenda libur lebaran, kasus penularan mulai meningkat. Diduga meningkatnya kasus ini disebabkan oleh mobilitas tinggi dari warga saat libur lebaran dan varian baru Covid-19 yaitu Delta dari India.

Seiring dengan semakin meningkatnya kasus yang terjadi, pemerintah tengah mengerahkan upaya untuk percepatan vaksinasi seluruh warga negara Indonesia. Target dua juta dosis vaksin pada bulan Agustus nanti gencar disuarakan di berbagai media.

Saat ini, sudah banyak tempat yang menyediakan sarana vaksinasi covid. Pemerintah juga sudah memulai diadakannya vaksinasi massal disejumlah daerah.

Di media sendiri, baik itu media massa maupun media sosial, kita sudah sering sekali melihat berita mengenai penigkatan kasus dimana-mana. Namun, seiring dengan berita peningkatan kasus, media juga gencar menyiarkan berita mengenai vaksinasi yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat.

Jadi, secara tidak langsung, masyarakat akan melihat dua jenis berita secara sekaligus yaitu berita mengenai peningkatan kasus dan juga mengenai vaksinasi.

Tujuan secara umum dari media melakukan hal tersebut adalah untuk memberitahukan masyarakat mengenai keadaan saat ini, yang tidak sedang baik-baik saja, atau bahkan memburuk.

Selain itu, hal itu dimaksudkan juga untuk memberitahu bahwa vaksinasi ini aman untuk dilakukan dan di terima sehingga mampu menghentikan laju pertumbuhan virus.

Akan tetapi, jika kita telusuri lebih dalam lagi, tujuan dari media melakukan hal tersebut adalah untuk menimbulkan awareness di masyarakat agar mereka selalu peduli terhadap masyarakat lainnya dan juga diri sendiri.

Selain itu berita tersebut secara tidak langsung ketika disiarkan secara berulang-ulang akan membentuk mindset pada masyarakat bahwa virus ini benar-benar ada dan berbahaya. Kemudian maka dari itu, masyarakat wajib mengikuti vaksinasi demi kebaikan seluruh masyarakat.

Dalam hal yang dilakukan media tersebut, terdapat dua hal yang menjadi perhatian penulis yaitu mengenai agenda setting dan juga framing yang dilakukan media tersebut.

Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw percaya bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer hal yang menonjol, yang dimiliki sebuah berita dari news agenda. Pada saatnya, media massa mampu membuat apa yang penting menurutnya, menjadi penting pula bagi masyarakat.

Menurut Adhimurti Citra Amalia S.Ant,.M.Med.Kom dalam artikel Teori Agenda Setting dan Framing dalam Media Relations, Agenda Setting adalah menciptakan public awareness (kesadaran masyarakat) dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca, dan dipercaya di media massa.

Teori agenda setting membicarakan tentang peran besar media massa dalam menentukan agenda orang-orang yang terkena informasi tersebut. Mayarakat menjadi terbiasakan dengan berita-berita yang disampaikan media, sehingga menjadi bahan pembicaraan dalam pergaulan sehari-hari.

Dalam agenda setting, hal ini bertujuan untuk menciptakan public awareness dengan menekankan sebuah isu yang dianggap paling penting untuk dilihat, didengar, dibaca dan dipercaya di media massa.

Sedangkan framing merupakan kegiatan bagaimana media menempatkan sebuah berita dan membuat makna tertentu. Dalam kaitannya dengan agenda setting, framing media berfokus pada bagaimana isu suatu fenomena diberitakan.

Dalam hal ini media baik itu media massa maupun media social, selalu memunculkan berita mengenai kasus Covid-19 dan juga vaksinasi secara terus menerus. Hal ini serupa seperti teori agenda setting dimana media ingin membentuk public awareness mengenai kasus Covid-19 dan juga vaksinasi.

Di Instagram sendiri, ketika kita membuat suatu postingan yang ada kaitannya dengan Covid-19 atau vaksin, maka akan muncul informasi mengenai keduanya secara tidak langsung. Hal tersebut merupakan bagian dari bentuk framing media.

Menurut penulis, dalam fenomena ini agenda setting dan framing berperan penting untuk menumbuhkan awareness dan juga mengubah mindset masyarakat Indonesia yang mungkin saat ini masih banyak yang berfikir jika pandemi ini tidaklah nyata adanya.

Dengan media secara terus-menerus memberitakan hal yang sama, diharapkan mampu merubah pola perilaku masyarakat.

Mengapa hal ini perlu dilakukan secara terus menerus? Karena tipikal masyarakat di Indonesia saat ini adalah tergolong masyarakat yang sulit untuk taat pada aturan yang berlaku.

Maka jika kita hanya mengandalkan himbauan dari pemerintah, akan sulit masyarakat untuk menerimanya. Namun, jika informasi secara terus-menerus dan berulang-ulang disiarkan, mungkin dapat membantu mempercepat tumbuhnya kesadaran masyarakat.

Zharfa Shafiera

Baca Juga