Kearifan lokal adalah suatu identitas atau budaya sebuah masyarakat lokal yang dilakukan dan dilestarikan. Sebab, kearifan lokal mengandung nilai dan manfaat untuk kehidupan masyarakat. Dengan memiliki keunikannya sendiri, kearifan lokal merupakan suatu hal yang dibanggakan oleh Indonesia. Salah satu keuntungan adanya kearifan lokal yakni tercerminnya nilai-nilai budaya.
Pentingnya kearifan lokal dapat dibuktikan melalui kondisi di masa kini, di mana budaya asing telah masuk ke dalam negeri yang membuat pola pikir serta sikap masyarakat telah berubah, bahkan sampai tidak sesuai dengan identitas negara. Oleh sebab itu, Indonesia sangat mengapresiasi kehadiran kearifan lokal yang memiliki bentuk berbeda-beda.
Salah satu bentuk kearifan lokal adalah adat istiadat. Beberapa adat istiadat cukup populer dan dikenal oleh masyarakat luas, salah satunya adalah adat istiadat grobyak ikan. Grobyak ikan adalah adat istiadat yang berasal dari Desa Tanjung yang terletak di Kediri, Jawa Timur. Grobyak ikan ini adalah acara tahunan masyarakat Desa Tanjung yang memiliki kegiatan yaitu menangkap ikan secara ramai-ramai.
Acara ini dilakukan satu tahun sekali, pada saat datangnya bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Grobyak ikan dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru Jawa dan sebagai rangkaian acara bersih desa. Grobyak ikan memiliki misi melestarikan sumber air sekaligus menyejahterakan warga desa dengan menyantap ikan hasil tangkapan. Acara ini juga dipercaya dapat membantu memajukan desa mereka, terutama pada aspek lingkungan.
Peserta dari acara ini adalah warga Desa Tanjung itu sendiri. Selain warga desa tersebut, tidak akan diperbolehkan untuk mengikuti grobyak ikan. Acara ini tidak memiliki batasan peserta di mana seluruh peserta baik itu lansia, remaja, ataupun anak-anak baik laki-laki perempuan dapat mengikutinya secara beramai-ramai, bahkan hingga mencapai ratusan warga.
Adapun penonton grobyak ikan ini tidak hanya terbatas pada warga Desa Tanjung saja. Banyak penonton yang datang dari desa lain yang ikut memeriahkan acara tersebut. Penonton akan melihat para peserta menangkap ikan dalam kolam Sumber Gundi yang di dalamnya memiliki berbagai jenis ikan seperti ikan nila, ikan lele, ikan tombro, ikan patin, dan ikan gabus.
Prosedur Grobyak Ikan
Grobyak ikan dimulai pada pagi hari, di mana masyarakat akan berkumpul di Perempatan Jalan Desa Tanjung sebelum jalan bersama-sama menuju Sumber Gundi. Masyarakat beriringan dengan membawa alat penangkap ikan yang dibawa dari rumah. Alat yang digunakan pada dasarnya cukup bervariasi. Ada yang menggunakan pecak, jala, kain kelambu, dan sebagainya. Masyarakat juga dapat menggunakan kreativitasnya untuk membuat sebuah alat yang dapat dengan mudah menangkap ikan tersebut.
Sesampai di Sumber Gundi, masyarakat diberikan pita berwarna merah untuk menunjukkan partisipasi mereka dalam acara ini, sekaligus menjadi bukti bahwa mereka adalah warga desa tanjung dan diperbolehkan untuk mengikuti grobyak ikan. Acara kemudian dimulai dengan selamatan yang dipimpin oleh sesepuh Desa Tanjung dengan maksud untuk mendapatkan hidayah dan keselamatan dari Tuhan yang Maha Esa.
Setelah selesai selamatan, acara dilanjutkan dengan kata sambutan dan pemotongan tumpeng oleh Camat. Camat kemudian akan menyerahkannya kepada Kepala Desa Tanjung yang setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama warga. Untuk menandakan acara yang telah dimulai, Camat akan mengambil ikan dari Sumber Gundi lalu menghitung dari satu sampai tiga hingga kemudian ratusan peserta langsung masuk ke dalam kolam.
Peserta yang masuk ke dalam kolam ini pada dasarnya berlomba-lomba untuk mendapatkan ikan yang terbesar. Kegiatan ini dapat dikatakan cukup menantang, karena di balik kegiatan ini, terdapat hadiah uang tunai bagi warga yang mendapatkan ikan berukuran besar. Penangkapan ikan biasanya berlangsung hingga satu minggu. Setelah satu minggu, sumber air di kolam tersebut dibersihkan dari lumpur dan kotoran lalu kembali diisi ikan untuk dipanen setahun kemudian.
Nilai Pancasila dalam Grobyak Ikan
Untuk dapat mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, nilai-nilai pancasila harus diaplikasikan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, budaya Indonesia dapat dikatakan semakin memudar dengan banyaknya budaya asing yang masuk ke dalam negeri.
Banyak masyarakat mencontoh nilai-nilai yang dikenalkan budaya asing sampai membuat lupa atas nilai-nilai yang sesuai dengan jati diri bangsa. Kondisi seperti ini telah mempengaruhi masyarakat dalam memandang nilai-nilai Pancasila. Banyak dari masyarakat yang terlihat seakan lebih membanggakan dan mengutamakan budaya internasional daripada budaya negaranya sendiri, sehingga mereka tidak lagi menerapkan nilai-nilai Pancasila.
Namun, tidak semua masyarakat telah melupakan nilai-nilai Pancasila. Salah satunya adalah masyarakat Desa Tanjung yang memiliki kearifan lokal yang bernama grobyak ikan. Dengan memiliki grobyak ikan, masyarakat Desa Tanjung dipercaya dapat memberikan perlawanan atas budaya asing dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam acaranya. Dari grobyak ikan, semua sila-sila dalam Pancasila pada dasarnya dapat ditemukan.
Untuk sila pertama, grobyak ikan dimulai dengan selamatan yang dilakukan untuk mendapatkan hidayah dan keselamatan dari Tuhan yang Maha Esa. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Desa Tanjung telah mengingat Tuhan dalam acara besar tersebut, supaya acara dapat berjalan dengan lancar. Masyarakat Desa Tanjung selain itu juga menunjukkan kesyukurannya atas nikmat yang diberikan Tuhan dimana mereka dapat menggunakan dan memanfaatkan air dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk sila kedua, dalam pelaksanaan grobyak ikan, masyarakat Desa Tanjung tidak membeda-membedakan peserta yang akan mengikuti acara tersebut. Walaupun peserta tersebut hanya diperbolehkan untuk warga Desa Tanjung saja, namun grobyak ikan tidak melihat peserta dari suku, keturunan, agama, maupun yang lainnya. Oleh sebab itu, semua masyarakat akan diperlakukan secara sama dengan adil dan beradab.
Untuk sila ketiga, salah satu alasan grobyak ikan dilakukan adalah untuk mempersatukan masyarakat Desa Tanjung. Walaupun dalam acara ini masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan ikan, namun mereka tetap menunjukkan sportivitas yang patut untuk diapresiasi mengingat mereka tetap menjaga ketertiban dan hubungan antar warga.
Selanjutnya untuk sila keempat, grobyak ikan mencerminkan pentingnya memperhatikan kepentingan bersama. Masyarakat Desa Tanjung telah menyepakati untuk hidup secara bahu-membahu untuk melestarikan sumber air agar kebersihan air dapat terjaga, serta dapat bersama-sama memajukan Desa Tanjung baik dari aspek lingkungan maupun sebagainya.
Dan yang terakhir untuk sila kelima, hasil dari kegiatan menangkap ikan ini telah dibagikan secara adil dan merata kepada semua orang yang berpartisipasi dalam acara tersebut. Hal ini menunjukkan masyarakat Desa Tanjung telah mengingat tidak hanya haknya sendiri, namun juga hak milik orang lain. Dengan begitu, masyarakat Desa Tanjung terbukti memiliki kesadaran yang tinggi untuk menghargai orang lain.
Melalui nilai-nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Tanjung telah mengutamakan dan mementingkan nilai ketuhanan, toleransi, solidaritas, kemanusiaan, dan etika. Grobyak ikan diharapkan dapat memberikan contoh kepada masyarakat Indonesia untuk tidak melupakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar identitas negara dapat terlihat kembali. Tidak hanya itu, grobyak ikan juga diharapkan dapat menunjukkan betapa pentingnya melestarikan kearifan lokal mengingat grobyak ikan dapat memajukan Desa Tanjung dengan kebersamaan.
Penulis: Ghian Grimaldi Hamid (International Business Law 6A - 13501810028 - Universitas Prasetiya Mulya BSD), dengan Bimbingan Dr. Naupal S. S, M.Hum.
REFERENSI
Kompasiana.com. (2020, Mei 2). Nilai Pancasila yang Terkandung dalam Adat Istiadat Grobyak Ikan di Sumber Gundi. Diakses pada tanggal 1 Juli 2021, dari https://www.kompasiana.com/ridwan42092/5ead0488d541df2e8263a2d5/nilai-pancasila-yang-t erkandung-dalam-adat-istiadat-grobyak-ikan-di-sumber-gundi-desa-tanjung-kecamatan-pagu-ka bupaten-kediri?page=all
Jawapos.com. (2019, September 24). Grobyak Ikan di Sumber Gundi, Ratusan Warga Turun ke Telaga. Diakses pada tanggal 1 Juli 2021, dari https://www.jawapos.com/features/24/09/2019/grobyak-ikan-di-sumber-gundi-ratusan-warga-tur un-ke-telaga/
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Menggali Tradisi Sosial dengan Dinamika Tak Terduga Melalui Arisan
-
Dongkrak Ekonomi Pesisir, Pelindo Adakan Pelatihan Pemasaran BUMMas
-
Diusulkan Jadi Menu Gratis, Ikan Kaleng Ternyata Butuh Perhatian Khusus Menurut Ahli Gizi
-
Danpuspom TNI Pastikan Bakal Ada Tersangka Kasus Penyerangan di Deli Serdang
-
Mengenal Piramida Budaya Perkosaan, Dari Lelucon Bisa Berujung Pelecehan
Kolom
-
Anak Muda dan Traveling: Melarikan Diri atau Mencari Jati Diri?
-
Menggali Tradisi Sosial dengan Dinamika Tak Terduga Melalui Arisan
-
Fenomena Lampu Kuning: Ritual Keberanian atau Kebodohan?
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Ujian Nasional dan Tantangan Integritas Pendidikan Indonesia
Terkini
-
Review Novel 'Iyan Bukan Anak Tengah', Ketika Anak Merasa Tidak Diprioritaskan
-
Lagu ENHYPEN 'No Doubt': Pengen Cepet Pulang Kantor buat Ketemu Si Dia
-
Raih Tiket Final, Gregoria Mariska Tunjung Berpeluang Ulangi Memori 2023
-
Spoiler! Manga Hunter X Hunter Chapter 402: Surat Wasiat Pangeran Kacho
-
Spoiler! Manga Hunter X Hunter Chapter 401: Kemunculan Anak Beyond Netero