Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Yosephine
Korea Selatan di game monopoli (Dokumentasi Pribadi/Yosephine)

Semakin lama semakin marak. Aku tidak menyangka se-gila ini gelombang Korea yang ada di Indonesia. Berbicara tentang gelombang Korea merujuk pada fans entertaimentnya Korea, bisa dibilang aku adalah salah satunya. Aku lupa tahun detailnya awal aku mengenal Negara Korea, intinya ketika salah satu stasiun televisi di Indonesia menayangkan drama korea yang berjudul "Dae Jang Geum" atau "Jewel in the Palace". Kakakku sangat menyukai acara itu hingga akhirnya aku pun hafal dengan soundtrack-nya yang legend itu. “Unara..unara…” kakakku sering menyanyikan itu dan aku pun sering mendengar nada itu entah dari televisi langsung atau kakakku. Awalnya aku masih belum memahami betul tentang Negara Korea, hanya sebatas tahu saja. Kalau aku mencari di internet, kira-kira tahun penayangan drama Korea "Dae Jang Geum" adalah tahun 2005. Jadi dapat disimpulkan saat itu aku berusia 5 tahun.

Sebenarnya alur cerita bagaimana aku mulai kepo atau tertarik dengan Korea istilahnya sangatlah random atau tiba-tiba saja. Hal ini dimulai ketika aku dan saudara-saudaraku bermain permainan monopoli. Di situ terdapat beberapa negara yang dapat kita beli dan tempati, salah satunya ada Negara Korea. Aku sedikit lupa apakah saat itu dituliskan Negara Korea Selatan atau Korea saja, yang jelas saat itu aku masih belum tahu ada pembagian selatan dan utara di Korea. Aku baru tahu ketika sudah mengenal boy/girlgroup. Lanjut ketika permainan, kedua kakakku sering berebut Negara Korea, alasannya karena Dae Jang Geum tadi. Hal ini membuatku semakin penasaran dengan negara ini. Memangnya ada di negara ini? Karena pada zaman itu belum ada internet, jadi yang ada di pikiranku mengenai Korea adalah hutan bambu karena gambar yang mewakili Korea di monopoli tersebut adalah hutan bambu. Ditambah acara Dae Jang Geum yang kolosal (Joseon) seakan yang ada dipikiranku Korea itu ya banyak hutannya atau masih kuno.

Masuk sekitar tahun 2009, Kim Bum oppa mulai mengetuk hatiku. Saat itu di stasiun televisi Indonesia menayangkan drama Korea lagi yang berjudul "Boys Before Flower" atau aku sebut BBF. Hal inilah yang menjadi batu pelatak pertamaku di era Korean Wave. Awalnya aku hanya melihat Kim Bum yang tampan namun lama-lama mulai tertarik dengan Kim Hyun Joong hingga merembet ke geng F4. Pertama memang sulit menangkap jalan ceritanya, lama-lama aku mulai bisa. Namun ada hal yang membuatku ‘tepuk tangan’ terhadap drama Korea tersebut  yaitu lokasi syuting. Pecinta drakor BBF pasti tahu. Selain karena ketampanan pemerannya, aku mulai menyukai drama Korea karena alur dan scene yang memuaskan. Seolah membawa pikiranku semakin kepo tentang Korea.

Memang awal menjadi Korean Wave melalui drama. Namun karena drama BBF itu aku mulai mengenal girlgroup yaitu Girls Generation atau SNSD karena aku diberitahu kakakku salah satu pemeran di BBF (temannya Geum Jan Di) mirip dengan salah stau personil SNSD yaitu Seohyun. Karena sudah mengenal SNSD dan mulai suka, aku juga tak mau ketinggalan dengan oppa mereka yaitu Super Junior. Choi Siwon menjadi biasku sedangkan di SNSD Yoona menjadi biasku. Masa-masa sekolah dasarku mulai menjadi Kpopers dengan sederhana. Bayangkan sulitnya aku dulu mencari lagu-lagu mereka. Minta ke teman atau ke kakak melalui Bluetooth yang mana handphone-ku masih 'qwerty' (model seperti Blackberry). Hingga aku mengenal boygroup lagi yaitu Bigbang dengan judul lagu Lie. Banyak lagi boy/girlgroup yang aku kenal seperti 2PM melalui lagunya yang berjudul “Put Your Hands Up”, Wonder Girl- Nobody, 2NE1- I am the Best, SS501 (Karena Kim Hyun Joong), T-ara- Roly Poly, dan masih lagi. Rata-rata aku mengenal mereka di acara Music Bank yang pernah tayang di TV Indonesia. Era baruku masih sebagai Elf dan Sone dengan waktu yang lama, sembari menghafal nama-nama mereka dan membedakannya.

Hingga sekitar tahun 2013 aku mulai mendengar boygroup EXO. Awalnya aku tidak tertarik malahan jijik. Karena banyak teman-temanku khususnya perempuan mulai tergila-gila bahkan sampai membeli barang-barang yang berkaitan dengan EXO. ‘Padahal selama aku jadi Elf dan Sone jarang ada fans yang segitunya’ pikirku. Sehingga aku di era tahun 2009-sekitar 2016 aku adalah Elf dan Sone. Hingga aku menonton film Korea yang berjudul Pure Love dimana aku muali terpesona oleh Do Kyung Soo yang ternyata anggota EXO. Sampai disitu aku hanya menyukai Do Kyung Soo namun tidak mengikuti grupnya. Masa SMP akhir hingga SMA aku lebih fokus ke drama Koreanya. Sebenarnya sejak SMP memang sudah menonton beberapa drama Korea. Masuk di kelas 2 SMA aku mulai teringat lagi dengan Do Kyung Soo karena dramanya yang berjudul 100 Days my Prince. Disinilah kunci awal aku menjadi EXO-L. Memang kasihan menjadi EXO-L di tahun tersebut. Karena hanya merasakan sebentar setelah itu mulai banyak yang hiatus karena wamil :’(. Hingga berjalan sampai sekarang, aku menyukai lagu-lagu EXO, Blackpink, Twice, Red Velvet, dan masih banyak lagi.

Bisa dibilanguntuk saat ini aku lebih sering tertuju pada drama Koreanya. Pemerannya yang pintar berakting sampai mampu membawa para penonton baper, alur cerita yang kreatif dan tidak ‘lebay’, hingga adegan berbahaya yang asli seperti kebakaran atau kecelakaan. Itu semua membuatku berkata “daebak”. Seolah-olah drama atau film Korea tidak mau yang kaleng-kaleng. Walaupun begitu aku juga tetap seorang fans idol KPOP yang low budged sehingga tidak pernah membeli barang-barang yang berkaitan dengan idol-ku. Aku hanya bisa berdoa untuk mereka agar lancar dalam panggungnya dan bahagia dalam hidupnya. 

Kesukaan pada Korea Selatan juga aku tuangkan dalam belajar bahasa Korea dan aksaranya. Walaupun sampai sekarang masih belum fasih, namun beberapa aku mulai mengerti. Bahkan terkadang secara spontan aku berbicara dalam logat dan bahasa Korea Selatan karena terlalu sering menonton drama/film Korea. Tak hanya itu, aku juga dapat pelajaran mengenai sejarah Korea Selatan seperti dinasti-dinastinya hingga ke tahun-tahun sekarang (hanya sekedar tahu). Aku juga mulai tahu bagaimana persaingan pendidikan di Korea Selatan yang sangat berat dan ketat karena sistem pendidikanya yang baik. 

Walaupun aku menyukai Korea Selatan, jiwaku tetap harus di sini, di Indonesia. Menyukai boleh tapi aku tidak mau melupakan juga negaraku walaupun ya begitu. Aku juga tetap menyukai lagu-lagu Indonesia, bahkan di tahun-tahun sekarang banyak bermunculan artis atau penyanyi Indonesia yang bagus dan berprestasi. Aku tidak berharap lebih agar Indonesia seperti Korea Selatan, namun aku hanya bisa berharap agar Indonesia dapat belajar dari entertainment Korea Selatan yang dapat meningkat di kancah internasional dan dunia hiburan Indonesia bisa bermutu dan melejit dengan ciri khas kita sendiri. Aku dapat banyak hal dari Korea Selatan. Seperti fakta Plastic Surgery, pecahnya Korea menjadi selatan dan utara, dan paling penting perjalanan para artis Korea terutama idol yang ternyata tidak semudah atau seindah yang dipikirkan.

Yosephine

Baca Juga