Pernahkah Anda membayangkan jika meme yang iseng Anda buat bisa terjual hingga jutaan rupiah? Hal ini tentu masih menjadi pertanyaan banyak orang, namun lewat NFT Anda bisa melakukan hal itu.
Seorang bocah 12 tahun asal Inggris bernama Benyamin Ahmed misalnya, berkat memenya yang dipasarkan Ia sukses menjual koleksi meme berjudul Weird Whales (Paus Aneh) lewat NFT. CNBC melaporkan bahwa pendapatannya dari dagang meme Paus Aneh itu bisa mencapai Rp 5,7 miliar pada akhir Agustus 2021.
Kisah si Ahmed yang menghebohkan jagad maya ini tentunya bukan satu-satunya kisah unik tentang NFT. Bahkan ada yang rela membeli miliaran rupiah untuk membeli tweet pertama CEO Twitter, Jack Dorsey yang dikirimkan pada tahun 2006 silam, dikutip dari CNBC.
Dalam beberapa waktu terakhir, kisah-kisah NFT memang terus-menerus bertebaran dan membuat banyak orang semakin penasaran. Lalu apa itu NFT? Mengapa ada yang rela menggelontorkan uang dengan jumlah fantastis hanya untuk membeli sebuah meme?
Apa itu NFT?
Kepanjangan NFT sendiri adalah non-fungible token atau token yang tidak dapat dipertukarkan. NFT merupakan aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam game, dan video. Mereka dibeli dan dijual secara online, seringkali dengan cryptocurrency , dan mereka umumnya dikodekan dengan perangkat lunak dasar yang sama dengan banyak cryptos.
Dilansir dari Forbes, NFT sebenarnya sudah ada sejak tahun 2014, namun baru saja terkenal sekarang ini karena menjadi cara yang semakin populer untuk membeli dan menjual karya seni digital. Yang lebih mengejutkan sebesar 174 juta dolar atau setara dengan 2,4 triliun rupiah telah dihabiskan untuk bertransaksi NFT sejak November 2017.
Untuk memahami makna utuhnya, kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa itu fungible. Dalam dunia ekonomi, fungible ialah aset yang dapat dipertukarkan dengan barang sejenisnya dalam istilah lain "barter".
Sedangkan NFT adalah non-fungible yang berarti aset yang tidak dapat dipertukarkan. Secara singkat aset non-fungible adalah benda yang memiliki sifat yang unik sehingga tidak dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang lain.
Sebagai contoh umum misalnya lukisan Monalisa, Anda mungkin dapat mengunduh lukisan tersebut di internet atau membelinya dalam bentuk cetak untuk digunakan sendiri. Meski demikian, fakta kepemilikan lukisan tersebut tidak akan berubah dan hanya ada satu yang dipercaya keasliannya.
Dari perumpamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan sederhana, dimana NFT berkaitan dengan kepemilikan barang “unik” dan “satu-satunya” yang tidak dapat dipertukarkan dengan barang lain. Adapun istilah “token” di dalam NFT merujuk kepada sertifikat yang didapat orang usai membeli aset non-fungible tersebut.
Bagaimana cara kerja NFT?
Ketika internet belum tersedia, sebuah karya dinilai dari segi keasliannya dimana karya tersebut dinilai satu-satunya dan unik. Namun, seiring perkembangan digital, orisinalitas mulai terkikis. Anda bisa dengan mudah men-download suatu karya lukisan digital dan menduplikasinya terus-menerus. Melalui NFT ini seorang seniman dapat mengeklaim orisinalitas suatu karya digital karena mereka memiliki sertifikatnya (yang berupa token).
Token NFT sendiri dihadirkan di blockchain, yang merupakan buku besar publik terdistribusi yang mencatat berbagai jenis transaksi. Anda mungkin paling akrab dengan blockchain sebagai proses dasar yang memungkinkan transaksi cryptocurrency.
Secara khusus, NFT biasanya disimpan di blockchain Ethereum, meskipun blockchain lain juga mendukungnya. Pembelinya pun biasanya menggunakan mata uang kripto.
Karena transaksinya yang tercatat dalam buku besar blockchain, maka kepemilikan dari sebuah seni tersebut dapat dilacak siapa pemilik aslinya dan mudah dilacak jika terjadi pemalsuan.
Untuk memperjelas, seseorang yang membeli karya seni NFT sebenarnya tak memiliki objek karya tersebut. Mereka hanya memiliki token yang merepresentasikan kepemilikan dari objek karya yang dibeli. Dalam beberapa kasus, pembelian karya seni NFT juga melibatkan kontrak yang memungkinkan sang seniman tetap memiliki hak cipta atas karya yang dia jual. Artinya, sang seniman tetap bisa menduplikasikan karya NFT yang telah dibeli dan menjual duplikasi tersebut ke pembeli lainnya.
Apa saja yang bisa dijual di NFT?
Melansir Forbes, NFT dibuat atau dicetak dari objek digital yang mewakili barang berwujud dan tidak berwujud, termasuk diantaranya seni, gif, video dan sorotan olahraga, koleksi, avatar virtual atau skin video game, musik, dan karya-karya digital lainnya bahkan hal-hal unik seperti tweet seperti yang disebutkan di atas.
Pada dasarnya, NFT seperti barang kolektor fisik, hanya digital. Jadi, alih-alih mendapatkan lukisan cat minyak yang sebenarnya untuk digantung di dinding, pembeli malah mendapatkan file digital. Mereka juga akan mendapatkan hak kepemilikan eksklusif.
Data unik NFT memudahkan untuk memverifikasi kepemilikan mereka dan mentransfer token antar pemilik. Pemilik atau pencipta juga dapat menyimpan informasi tertentu di dalamnya. Misalnya, seniman dapat menandatangani karya seni mereka dengan memasukkan tanda tangan mereka dalam metadata NFT.
Untuk Apa NFT Digunakan?
Teknologi Blockchain dan NFT memberi seniman dan pembuat konten peluang unik untuk memonetisasi barang dagangan mereka. Misalnya, seniman tidak lagi harus bergantung pada galeri atau balai lelang untuk menjual karya seninya. Sebaliknya, artis dapat menjualnya langsung ke konsumen sebagai NFT, yang juga memungkinkan mereka menyimpan lebih banyak keuntungan.
Selain itu, seniman dapat memprogram besaran royalti sehingga mereka akan menerima persentase penjualan setiap kali karya seni mereka dijual kepada pemilik baru. Ini adalah fitur yang menarik karena seniman umumnya tidak menerima hasil di masa depan setelah karya seni mereka pertama kali dijual.
Haruskah membeli NFT?
Hanya karena Anda dapat membeli NFT, apakah Anda harus membelinya?
Dari karya NFT berharga miliaran rupiah yang disebutkan di atas, bukankah kita dapat mengunduhnya secara bebas dan gratis atau mungkin membuatnya sendiri. Lantas, mengapa ada orang yang mau membeli karya NFT hingga miliaran rupiah?
Pertanyaan memang terdengar lucu lagi jika kita mengingat bahwa pembeli bahkan tak memiliki objek karyanya secara langsung. Absurditas nilai karya seni NFT pun dipertanyakan oleh para pelaku di dalamnya.
“NFT berisiko karena masa depan mereka tidak pasti, dan kami belum memiliki banyak sejarah untuk menilai kinerja mereka,” ungkap seorang kolektor NFT, David Yu, dikutip melalui Forbes.
“Karena NFT sangat baru, mungkin ada baiknya menginvestasikan sejumlah kecil untuk mencobanya sekarang.” sambungnya.
Dengan kata lain, berinvestasi di NFT sebagian besar merupakan keputusan pribadi. Jika Anda memiliki uang cadangan, mungkin layak dipertimbangkan, terutama jika sepotong memiliki arti bagi Anda.
Namun perlu diingat, nilai NFT sepenuhnya didasarkan pada apa yang orang lain bersedia bayar. Oleh karena itu, permintaan akan mendorong harga daripada indikator fundamental, teknis atau ekonomi, yang biasanya mempengaruhi harga saham dan setidaknya secara umum membentuk dasar permintaan investor.
Semua ini berarti, NFT dapat dijual kembali dengan harga kurang dari yang Anda bayarkan saat membelinya. Atau Anda mungkin tidak dapat menjualnya kembali jika tidak ada yang menginginkannya. Secara tidak langsung konsepnya hampir mirip dengan koin kripto.
NFT juga dikenakan pajak capital gain sama seperti saat Anda menjual saham dengan untung. Karena dianggap sebagai barang koleksi, bagaimanapun juga mungkin saja bahkan tidak menerima tingkat keuntungan modal jangka panjang seperti saham dan bahkan mungkin dikenakan pajak dengan tarif koleksi yang lebih tinggi.
Ingatlah, mata uang kripto yang digunakan untuk membeli NFT juga dapat dikenai pajak jika nilainya meningkat sejak Anda membelinya.
Sumber:
Robyn Conti, John Schmidt. What You Need To Know About Non-Fungible Tokens (NFTs). Diakses pada 4 September 2021 melalui Forbes.
Baca Juga
-
Ramai Dibicarakan, Apa Sebenarnya Intrusive Thoughts?
-
Menjamurnya Bahasa 'Gado-Gado' Sama dengan Memudarnya Jati Diri Bangsa?
-
7 Tips Efektif Menjaga Hubungan agar Tetap Harmonis saat Pacar PMS, Cowok Wajib Tahu!
-
Sering Merasa Lelah Akhir-akhir Ini? 5 Hal ini Bisa Jadi Penyebabnya
-
Kuliah sambil Healing, 2 Universitas Negeri Terbaik di Malang Versi THE WUR 2023
Artikel Terkait
-
Sambut Kemenangan Donald Trump, Elon Musk Bagikan Meme Kocak 'Let That Sink In'
-
Nasib Miris NFT Ghozali Everyday Sekarang, Harga Anjlok Parah Hingga Hampir 100 Persen!
-
Pamer Omakase di Rumah Sakit, Meme Kocak Sindir Erina Gudono Viral di X
-
Keputusan Kontroversial Wasit Ahmed Al Kaf Bikin Netizen Geram, Meme "90+6=99" Banjiri Media Sosial
-
Ramai Meme Anies Baswedan Open to Work di LinkedIn, Banjir Tanggapan Kocak dari Netizen
Kolom
-
Ujian Nasional dan Tantangan Integritas Pendidikan Indonesia
-
Menggali Makna Mahasiswa 'Abadi': Antara Idealisme dan Keterlambatan Lulus
-
Nggak Perlu Inget Umur, Melakukan Hobi di Umur 30 Itu Nggak Dosa Kok!
-
Kuliah atau Kerja? Menyiasati Hidup Mahasiswa yang Multitasking
-
Gibran dan Lapor Mas Wapres: Gagasan Empati atau Pencitraan?
Terkini
-
Melihat Jadwal Tur Linkin Park, Jakarta Satu-satunya Kota di Asia Tenggara
-
Ulasan Novel Seribu Wajah Ayah: Kisah Perjuangan dan Pengorbanan Ayah
-
Wajib Beli! Ini 3 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Banyak Pilihan Shade
-
3 Rekomendasi Drama China yang Dibintangi Cheng Yi, Terbaru Ada Deep Lurk
-
Tambah Keseruan Cerita, Ini 4 Pemeran Pendukung Drama Korea Love Your Enemy