Lancarnya perekonomian tergantung akan bagaimana kehidupan bermasyarakat berlangsung. Maka dari itu, untuk memulihkan suatu ekonomi, harus ada ketahanan nasional yang mana diharapkan bangsa mampu memelihara persatuan dan kesatuan yang ada, serta memperkuat akan daya dukung sebagaimana dimiliki oleh hidup mereka. Dimana untuk menghadapi akan berbagai bentuk ancaman yang ada kemampuan diperlukan untuk melanjutkan hidup dalam mencapai akan kesejahteraan perekonomian.
Perlu diketahui, yang paling penting pada saat pandemi COVID-19 merupakan ketersediaan pangan yang terdapat di suatu daerah. Di mana memang bisa jadi sudah mencukupi. Namun, tidak semua masyarakat yang ada memiliki akses memadai terhadap adanya kuantitas dan keragaman pangan sebagaimana sistem yang sudah ada. Dengan melihat akan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, yang mana terdapatnya asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% pada tahun 2045 menuju 100 tahun Kemerdekaan Indonesia. Maka jumlah penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai 450 juta jiwa atau akan mengalami peningkatan sebesar dua kali lipat dari kebutuhan pangan yang ada saat ini.
Dengan itu, dapat dilihat isu pangan merupakan salah satu dari keseluruhan hal yang paling penting, sehingga menjadi fokus utama pembuat kebijakan di seluruh dunia, ini termasuk saat pandemi COVID-19, di mana jika dilihat secara nasional, memiliki dampak yang signifikan terhadap ketahanan nasional. Sebelum pandemi COVID-19, Indeks Ketahanan Nasional (IKN) sebesar 2,82 atau dapat dimaksud dengan cukup tangguh namun saat ini mengalami penurunan. Tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara internasional yang menimbulkan akan krisis keuangan serta keamanan dalam negeri. Terjadinya akan penurunan akan intensitas peredaran modal, barang, jasa dan manusia antar negara yang mana akibatnya negara harus memberikan mekanisme kebijakan untuk mengurangi resiko akan meningkatnya ancaman virus COVID-19.
Jika dilihat dengan baik, dalam ranah domestik nasional, dampak dari pandemi COVID-19 memberikan perubahan yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan itu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan PP No. 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Penyakit 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Dengan adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek pada tahun 2022, diperkirakan akan tumbuh rendah dikarenakan masih adanya pandemi COVID-19. Maka dari itu, dibutuhkan akan skenario yang baru yang mana pada hasilnya dibutuhkan akan strategi dari ketahanan pangan lebih kuat pada masa pandemi COVID-19. Ini tentunya membutuhkan akan sentuhan resilen-sercurity sebagai pilar utama daripada ketahanan nasional. Dari tinjauan akan bukti empiris yang dimilik, disimpulkan bahwa ketahanan nasional dapat diwujudkan peningkatannya dengan adanya ketahanan pangan secara umum.
Pada masa pandemi COVID-19, hampir keseluruhan sektor terdampak dari berbagai macam masalah yang ada. Namun, sektor pertanian bergerak dengan cemerlang dan terus memberikan pertumbuhan positif yang mana termasuk akan komoditas ekspornya. Perubahan pada dunia sangat cepat dan terus berkembangnya inovasi serta teknologi ini mendorong berbagai pekerjaan menggunakan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet.
Dengan adanya perkembangan ini, memberikan akan perubahan yang signifikan akan bagaimana manusia berinteraksi dari level mendasar sampai dengan level peningkatan efisiensi dan daya saing industri termasuk pada industri pertanian. Maka dari itu, pada era digitalisasi berikut, pada stakeholder pertanian harus mampu dalam melakukan persiapan dan sebuah adaptasi akan berbagai perubahan tersebut. Di mana salah satu kunci dari perubahan ini merupakan penggunaan internet yang dilakukan oleh petani.
Jumlah petani nasional yang bekerja pada sektor pertanian sebesar 33.487.806 jiwa. Sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai petani yang masih belum mengenal internet serta sistem keuangan. Ini dikarenakan masih banyaknya mereka berada pada pelosok wilayah yang belum terjangkau dengan akses layanan keuangan. Petani juga dipandang oleh masyarakat sebagai profesi yang sulit untuk dijangkau akan akses layanan keuangan dan teknologi informasi. Ini merupakan sebuah kenyataan yang masih dihadapi oleh Indonesia sampai sekarang.
Dengan adanya disrupsi teknologi informasi petani akan punya kesempatan untuk melakukan pertanian yang dikombinasikan dengan teknologi informasi digital yaitu Big data, internet seluler dan cloud computing, di mana dapat dipandang sebagai Smart Agriculture, Smart Farming, Precision Agriculture, dan Precision Farming.
Dengan adanya penerapan dengan baik pada pertanian Indonesia, ini akan mendukung akan agroindustri yang berkelanjutan. Dengan adanya bantuan perangkat teknologi digital, informasi tersebut dapat diperoleh misalkan untuk menghitung jarak tanam, kebutuhan benih dan pupuk, umur panen dan jumlah panen lalu juga disandingkan dengan penggunaan alat serba pintar seperti penggunaan autonomous tractor, dronesebar benih, dronesebar pupuk granule, hasil panen olah tanah terintegrasi, dan robot tanam.
Maka, diperlukan akan suatu program yang akan memberikan pemanfaatan digital pada pertanian, sehingga dapat memberikan petani sebuah akses yang lebih mudah dalam melakukan pekerjaannya. Hal yang sama dengan bagaimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya terhadap pangan, sehingga terjadinya pertukaran secara signifikan, yang mana akan kembali memutar perekonomian seperti sedia kala, tetapi dengan cara yang lebih mudah.
Dengan adanya program yang mendukung proses digitalisasi di atas, dapat memberikan sebuah strategi ketahanan pangan di masa pandemi COVID-19. Di mana tetap terjadinya interaksi dengan petani dan masyarakat yang tidak akan putus, maka perlahan akan memulihkan keadaan ekonomi selagi adanya proses perubahan dan adaptasi petani dan masyarakat dalam memanfaatkan digital pada pertanian.
Identitas Penulis
- Nama : Lola Melan Sihombing
- Jurusan : ilmu Ekonomi
- Mahasiswa S1 Prodi Ekonomi Pembangunan
- Fakultas Ekonomi dan Bisnis
- Universitas Riau
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Dukung Ketahanan Pangan, Yasa Artha Trimanunggal Akuisisi SAM Air
-
Youth Economic Summit 2024: Tahun 2025 Jadi Penentu Lompatan Ekonomi Indonesia
-
Intip Keseruan Para Anak Muda Bahas Ekonomi di Gelaran Youth Economic Summit 2024
-
6 Fakta Petani Milenial Dapat Gaji Rp10 Juta
-
Peduli Lingkungan, 75 Persen Perusahaan Besar Dunia Mulai Terapkan Laporan Keberlanjutan
Kolom
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
Indonesia ke Piala Dunia: Mimpi Besar yang Layak Diperjuangkan
-
Wapres Minta Sistem Zonasi Dihapuskan, Apa Tanggapan Masyarakat?
-
Ilusi Uang Cepat: Judi Online dan Realitas yang Menghancurkan
-
Dukungan Jokowi dalam Pilkada Jakarta: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Terkini
-
Byeon Woo Seok Nyanyikan Sudden Shower di MAMA 2024, Ryu Sun Jae Jadi Nyata
-
Pep Guardiola Bertahan di Etihad, Pelatih Anyar Man United Merasa Terancam?
-
3 Drama Korea yang Dibintangi Lim Ji Yeon di Netflix, Terbaru Ada The Tale of Lady Ok
-
Review Ticket to Paradise: Film Hollywood yang Syuting di Bali
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua