Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Rizki Oktavian
Ilustrasi membaca buku (pixabay.com)

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu, yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Literasi ini sebenarnya memiliki makna yang luas. Namun sejatinya, pembudayaan literasi ini sangat penting demi mewujudkan SDM dari suatu negara yang unggul, sehingga memajukan negara tersebut.

Untuk Indonesia sendiri, berdasarkan rata-rata Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca) yang disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) pada tahun 2019, hasilnya masih cukup membuat miris. Alibaca Indonesia masih tergolong rendah di mana poinnya hanya 37,32 dari 100. Adapun indikator yang diukur oleh indeks Alibaca ini di antaranya dalah kecakapan, akses, alternatif, dan budaya.

Sedangkan pada tahun yang sama, Program for International Student Assesment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia menempati peringkat 62 dari 70 negara, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.

Namun, pada tahun 2020, Perpusnas (Perpustakaan Nasional) kembali melakukan kajian indeks kegemaran membaca dengan melibatkan 10.200 responden di 34 Provinsi. Apa yang diukur oleh Perpusnas ini saling berkaitan dengan hasil Indeks Alibaca yang dilakukan oleh Kemendikbud, dan kegemaran membaca masyarakat Indonesia meningkat menjadi 55,74 dari 100

Kondisi kita sekarang berada pada saat banjirnya informasi. Namun, minim informasi yang benar-benar berkualitas dan bermanfaat. Rendahnya minat baca (didapatkan melalui kesimpulan data di atas) diakibatkan oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah kurangnya lingkungan untuk membaca dan berdiskusi.

Membaca sendiri adalah dasar di mana semua keterampilan penting lainnya dibangun. Sedangkan literasi dapat memengaruhi hidup Kamu dan membantu memutus siklus sosial yang keras yang terkadang berada di sekitarmu.

Penelitian mengungkapkan bahwa 1 dari 3 anak yang lahir di bawah kemiskinan akan tetap berada dalam kemiskinan higga ia dewasa. Oleh karena itu, mengapa sekolah dan perpustakaan harus menjadi sumber cahaya di bukit tertinggi, di mana kemajuan akan tertuntun dan terlihat.

Perpustakaan dan guru harus lebih dihargai atas pekerjaan yang mereka lakukan. Pasalnya, mereka berperan dalam mendidik dan mencoba membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik melalui pendidikan serta literasi. Di kamus mereka tidak ada kata takut untuk berinvestasi dalam dunia pendidikan dan literasi karena itu harus dimiliki oleh setiap orang.

Kemampuan membaca untuk mengambil kesimpulan dan dalam pemecahan masalah adalah hak asasi manusia yang mendasar, sehingga yang memiliki dampak setiap harinya dalam kehidupan.

Jika memiliki tingkat literasi yang tinggi, kita mungkin memiliki kesempatan, kesempatan untuk membuat hidup kita lebih baik. Kesempatan untuk membuat keluarga kita lebih baik. Kesempatan untuk membuat kota bahkan negara Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.

Literasi dapat membuat perubahan, memiliki dampak yang besar, dengan segala pertanyaan yang ada. Literasi adalah jawabannya.

Rizki Oktavian