Eka Kurniawan menjadi salah satu tokoh yang ramai menjadi perbincangan. Eka kurniawan seorang penulis, komikus, sastrawan Indonesia yang karyanya mendunia. Tokoh inspirasi selama perjalanan karier Eka Kurniawan adalah Pramoedya Ananta Toer. Seperti diketahui, dunia memandang Pramoedya sebagai sastrawan Kanon, hal itu terbukti dari banyaknya terjemahan novel-novelnya. Akan tetapi, di dalam negeri banyak perdebatan mengenai apakah Pramoedya bisa dipandang sebagai kanon sastra Indonesia. atau Memang polemik dan kompleks, tetapi Pram benar-benar menggambarkan Indonesia melalui karya yang diterbitkannya.
Oleh karena itu, banyak tema dari karya Eka Kurniawan yang membahas kesejarahan Indonesia, menceritakan perlawanan terhadap politik. Selain itu, Eka juga mengangkat kembali kebudayaan di Indonesia. Segi tema yang dipakai oleh Eka Kurniawan mirip dengan Sastra kanon.
Sastra Kanon sendiri adalah karya-karya yang berkualitas, baik yang tergolong dalam belle lettres maupun literature. Walaupun isi karyanya termasuk Sastra serius, tetapi Eka berhasil menarik perhatian dunia, sehingga ia sangat populer hingga sekarang.
Dalam karya Eka Kurniawan juga terdapat beberapa kutipan yang disalahartikan oleh sebagian pembacanya. Sastra populer, yaitu sastra yang lebih terfokus kepada hiburan dan memenuhi selera pasar. Sedangkan sastra kanon pembahasan isi karyanya lebih serius dan berat, memiliki kualitas tinggi, dan tidak mudah bagi semua pembacanya memahami konteks dari isi cerita.
Untuk saat ini, karya sastra Eka Kurniawan dapat dikategorikan sebagai sastra populer. Namun, ada kemungkinan di masa depan karya sastra Eka Kurniawan termasuk sastra Kanon jika dilihat dari segi tema isi cerita.
Mengenai Sosok Eka Kurniawan
Eka Kurniawan lahir di Jawa Barat, 28 November 1975 tepatnya di kota Tasikmalaya. Pada tahun 1993-1999, Eka Kurniawan menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan Skripsinya yang berjudul “ Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis ”, terinspirasi Pramoedya Ananta Toer, salah satu tokoh sastra yang menjadi panutannya. Skripsi Eka Kurniawan adalah karya non fiksi pertama yang berhasil diterbitkan sebanyak tiga kali oleh penerbit berbeda. Dari sinilah awal karier kepenulisan Eka Kurniawan dan ia juga sempat menjadi jurnalis serta penulis cerita untuk televisi.
Banyak karya dari Eka Kurniawan yang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa oleh beberapa penerbit luar negeri. Ia juga berhasil menjadi karya yang paling banyak mendapatkan apresiasi positif dari pengamat sastra di kancah mancanegara.
Salah satunya, karya novel yang berjudul “Cantik itu Luka”, kini telah diterbitkan lebih dari 30 bahasa di dunia. Di antaranya, yaitu bahasa Arab, Bulgaria, Kroasia, Belanda, Prancis, Jerman, Italia, Korea, Malaysia, Norwegia, Portugis, Spanyol, Turki, Vietnam, dan masih banyak lagi. Selain itu, beberapa cerita pendeknya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Swedia.
Karya novelnya ada juga yang diangkat menjadi layar lebar yaitu, novel “ Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ” yang berhasil memenangkan kategori Busan Awards di Asian Project Market, Festival Film Internasional Busan 2016.
Berikut adalah beberapa karya-karya lain dari Eka Kurniawan di antaranya sebagai berikut:
1. Kumpulan cerita pendek Gelak Sedih yang terbit pada tahun 2005 oleh Gramedia Pustaka Utama.
2. Cerita pendek Cinta Tak Ada Mati yang terbit pada tahun 2005 oleh Gramedia Pustaka Utama.
3. Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang terbit pada tahun 2014 oleh Gramedia Pustaka Utama.
4. Cerita pendek Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Lewat Mimpi yang terbit pada tahun 2015 oleh Gramedia Pustaka Utama.
5. Novel O yang terbit pada tahun 2016 oleh Gramedia Pustaka Utama.
6. Cerita nonfiksi Senyap yang Lebih Nyaring yang terbit pada tahun 2019 oleh Gramedia Pustaka Utama.
Beberapa Karya Eka Kurniawan yang berhasil meraih beberapa penghargaan antara lain:
1. Pada tahun 2015 Eka berhasil dipilih sebagai 100 Global Thinkers dari Foreign Policy Journal
2. Tahun yang sama Eka mendapat penghargaan Book of the Year (2015) untuk Novel Lelaki Harimau dari IKAPI
3. Berhasil Mendapat penghargaan World Readers Award (2016) untuk Novel Cantik itu Luka.
4. Emerging Voices 2016 Fiction Award (2016) untuk Novel Lelaki Harimau
5. Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2016) Untuk Karya Cinta Tak Ada Mati
6. Pada tahun 2018 Eka berhasil meraih penghargaan Prince Claus Awards 2018 di Belanda dengan kategori Sastra/Literatur.
7. Nominasi Anugrah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi (2019) dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaharu.
Demikian penjelasan singkat mengenai Eka Kurniawan dan daftar karya serta penghargaan yang telah diterimanya.
Tag
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Ulasan Novel Buku-Buku Loak, Bernostalgia Melalui Sastra Lama
-
Lestarikan Sastra, SMA Negeri 1 Purwakarta Gelar 10 Lomba Bulan Bahasa
-
Ulasan Novel Cantik Itu Luka: Kecantikan yang Justru Membawa Eksploitasi
-
Puisi Menggema di FKIP Unila, Imabsi Gelar Kegiatan Sehari Berpuisi
Kolom
-
Viral Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kok Bisa Kita Kembar dengan Orang Lain?
-
Mapel Coding dan AI untuk SD, Kebijakan FOMO atau Kebutuhan Pendidikan?
-
Miris! Ribuan Anggota TNI-Polri Terseret Judi Online, Sinyal Pembenahan?
-
Lapor Mas Wapres ala Gibran: Kebijakan Strategis atau Populis?
-
Tantangan Ujian Nasional Berbasis Komputer: Ketimpangan Akses, Perspektif Guru, dan Alternatif Penilaian yang Adil
Terkini
-
3 Film Glen Powell yang Pantang Buat Kamu Lewatkan, Terbaru Ada Twisters
-
3 Hal yang Perlu Diperbaiki oleh Skuad Garuda Jelang Laga Kontra Arab Saudi
-
MEOVV Terjebak dalam Hubungan 'Toxic' di Lagu Comeback Terbaru
-
3 Serum Brightening Murah Meriah Cocok untuk Pelajar, Harga Rp20 Ribuan
-
Ulasan Novel Yang Telah Lama Pergi: Kisah Pengkhianatan Masa Lalu