Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Alfian Nurhidayat
Ilustrasi anak sedang makan (Unsplash/Tanaphong Toochinda)

Masalah gizi pada anak di beberapa negara berkembang masih menjadi masalah kesehatan besar yang belum dapat ditangani dengan maksimal. Padahal, masalah gizi buruk pada anak-anak dapat berdampak pada risiko morbiditas dan mortalitas.

Kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah, terutama dinamika persoalan gizi buruk. Menurut Laporan Tahunan UNICEF Indonesia pada tahun 2021, dikatakan bahwa anak dan remaja di Indonesia menghadapi tiga beban gizi buruk, yaitu gizi rendah (stunting, wasting, dan underweight), kekurangan mikronutrien, dan berat badan berlebih.

Pemenuhan gizi yang optimal pada anak usia dini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Mengutip dari situs Indonesia Baik, masa 1000 hari pertama kehidupan seringkali disebut sebagai periode emas. Pada periode usia tersebut, terjadi peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak-anak dengan usia antara 6 sampai 24 bulan selain mengonsumsi ASI, mereka juga butuh asupan makanan pendamping ASI (MPASI).

Pemberian makanan pendamping ASI sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat. Ragam pangan lokal bisa menjadi alternatif pilihan dalam pemberian makanan pendamping ASI yang murah dan terjangkau untuk anak usia 6 sampai 24 bulan. 

Kurangnya asupan makanan yang cukup bisa menjadi penyebab utama masalah gizi pada anak di negara berkembang, terutama yang tinggal di pedesaan dan kawasan kumuh di perkotaan.

Peran tenaga kesehatan dalam memberikan informasi kepada para ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI yang tepat selama pelayanan prenatal, perinatal, postnatal dan imunisasi sangat diperlukan. Negara berkembang dengan anak yang menderita gizi kurang, membutuhkan program yang tepat dalam mengatasi masalah terkait gizi pada anak, terutama pemberian makanan pendamping ASI. Pemerintah Indonesia telah membuat layanan kesehatan seperti Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) untuk mengatasi masalah gizi pada ibu dan anak. 

Ragam Pangan Lokal sebagai MPASI

Ilustrasi makanan bergizi (Unsplash/Jacopo Maia)

Tersedianya layanan kesehatan bagi ibu dan anak tidak serta merta bisa menghapus masalah gizi pada anak di indonesia. Masih ada permasalahan lain, seperti aksesibilitas terhadap makanan bergizi dan kurangnya pengetahuan atau keterampilan keluarga dalam menyiapkan makanan bergizi juga dapat menjadi masalah bagi banyak keluarga di indonesia.

Maka dari itu, diperlukan pendekatan dengan memanfaatkan ragam pangan lokal untuk meningkatkan status gizi anak. Rekomendasi makanan pendamping ASI yang terjangkau, tersedia, dan kontekstual berbasis sumber daya lokal mungkin akan menghasilkan perbaikan gizi pada anak dalam jangka panjang. 

Lalu, ragam pangan lokal seperti apa yang cocok diberikan untuk MPASI? Mengutip dari situs Alodokter, dijelaskan bahwa MPASI yang diberikan kepada anak usia 6-24 bulan harus memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral yang proporsional.

  • Nasi, ubi jalar, singkong, kentang, dan gandum dapat dijadikan sebagai sumber karbohidrat.
  • Telur, ayam, daging sapi, ikan mas, serta susu dan produk turunannya dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani.
  • Kacang-kacangan, termasuk buncis, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, dan olahan kedelai, seperti tahu dan tempe dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani.
  • Minyak kelapa, lemak sapi, dan brutu ayam dapat dijadikan sebagai sumber asam lemak yang mampu menambah kalori dan mendukung perkembangan otak, saraf, menyerap vitamin, serta produksi hormon pada anak.
  • Sayuran seperti bayam, kangkung, labu, wortel, brokoli, dan tomat, terutama yang mengandung sumber vitamin A, vitamin C, zat besi, dan fosfor.
  • Serta, buah-buahan seperti pisang, alpukat, pepaya, manga, terutama yang mengandung sumber vitamin A, B, B1, B6, mineral, dan serat.
  • Menambahkan jenis rempah lokal juga bisa menambah nilai gizi pada MPASI. Namun, penambahan garam dan gula perlu dihindari.

Pemenuhan asupan gizi yang baik untuk anak sangat penting untuk proses tumbuh kembang fisik dan kecerdasannya. Dibutuhkannya peran pemerintah dalam melakukan kolaborasi secara masif dengan seluruh pemangku kepentingan kesehatan lainnya dalam upaya melakukan reformasi layanan kesehatan ibu dan anak untuk memfasilitasi pemberian makanan pendamping ASI dengan ragam pangan lokal di masyarakat.

Pemerintah harus meningkatkan praktik pemberian makanan pendamping ASI dengan ragam pangan lokal agar para ibu bisa mengatasi hambatan dalam memberikan makanan pendamping ASI yang bergizi dan seimbang bagi anaknya, karena tidak semua ibu bisa membeli makanan pendamping instan.

Menyosialisasikan mengenai program pemanfaatan ragam pangan lokal sebagai salah satu upaya alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan status gizi anak perlu diupayakan. Pemerintah harus menekankan bahwa makanan pendamping ASI secara sosial dan budaya bisa dibuat dari makanan yang murah dan mudah didapat di daerah setempat. Pemanfaatan ragam pangan lokal juga bisa memperkuat ketahanan pangan dan memungkinkan seluruh masyarakat memiliki akses ke makanan dan minuman yang diproduksi sendiri. 

Video yang mungkin Anda lewatkan:

Alfian Nurhidayat