Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Arif Yudistira
Merdeka Belajar. (gurudikdas.kemdikbud.go.id)

Kurikulum Merdeka memang tidak bisa dilepaskan dari pencetusnya Nadiem Makarim. Selepas evaluasi dan gagalnya perbaikan pada Kurikulum 2013, dibutuhkan kurikulum yang diharapkan mampu menghadapi tantangan zaman. 

Nadiem Makarim sebagai menteri pendidikan mencetuskan program Merdeka Belajar sebagai aplikasi dari Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka memang didesain agar menjadi kurikulum yang adaptif terhadap disrupsi zaman. Pergeseran zaman dari era tradisional ke era teknologi membawa dampak nyata terhadap pola belajar anak-anak kita. 

Anak-anak yang semakin lekat dengan dunia digital tidak bisa diajak terus belajar dengan metode tradisional atau konvensional. Anak-anak harus mampu memegang kendali terhadap perubahan teknologi yang ada. Anak-anak harus mampu beradaptasi terhadap perubahan bukan dikendalikan perubahan. 

Kurikulum Merdeka dengan platformnya Merdeka Belajar mengajak tidak hanya guru tetapi juga siswa untuk berlari kencang, tanpa meninggalkan prinsip pokok dalam dunia pendidikan. Dalam kurikulum merdeka, guru diajak untuk lebih memahami dan mengerti bagaimana konsep merdeka belajar yang diambil dan diadopsi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Pokok-pokok pikiran Ki Hajar Dewantara diolah, diadopsi dan direproduksi dalam kurikulum merdeka dengan harapan guru memahami benar bagaimana konsep pembelajaran dan konsep pengajaran berbasis kebudayaan. Guru-guru selama ini memang belum sepenuhnya memahami bagaimana konsep pendidikan ala Ki Hajar Dewantara.

Konsep pendidikan berbasis kebudayaan penting diketahui para guru agar guru memiliki paradigma yang komprehensi mengenai bagaimana pendidikan nasional kita diterapkan. Kurikulum merdeka dirasa penting sebagai penguatan pendidikan nasional melalui integrasi konsep dengan teknologi yang harus dipahami semua guru.

Apresiasi 

Apa yang dicanangkan dan digagas oleh Nadiem Makarim dengan Kurikulum Merdekanya memiliki catatan penting yang mesti digarisbawahi. Dari segi konsep dan program Kurikulum Merdeka, Nadiem Makarim telah menelorkan kebijakan di dunia pendidikan yang dianggap mendukung semangat perbaikan pendidikan yang layak diapresiasi. Pertama, program prioritas dan pengembangan PAUD. Prioritas dan pengembangan PAUD ini diwujudkan dengan penyaluran BOS yang menyeluruh serta memungkinkan PAUD lebih berkembang. 

Program kedua, Nadiem telah menelorkan program guru penggerak. Guru penggerak ini sebagai motor perbaikan guru-guru di Indonesia. Meski belum menyeluruh, program ini membuat guru lebih giat belajar dan berkembang. Modal pengetahuan dan modal pelatihan yang diberikan tidak hanya telah merubah paradigma guru tetapi juga membuat guru lebih kontributif dan produktif serta memberi bekal pengetahuan, kompetensi pedagogik professional mereka. Pencanangan program Guru Penggerak ini juga diharapkan menjadi pemimpin di sekolah/Kepala sekolah sehingga memungkinkan sekolah lebih progresif dan maju.

Program Ketiga, program Kampus Merdeka. Integrasi kampus atau perguruan tinggi dengan masyarakat dan dunia industri diakui saat ini adalah hal yang urgen. Perguruan tinggi tanpa integrasi dengan masyarakat akademik dan perusahaan ibarat seseorang yang terkucil dalam pergaulan. Gagasan Kampus Merdeka sebenarnya dilandaskan pada spirit itu. Tujuan besarnya adalah kampus yang terintegrasi, kontributif dan berdaya saing. Sayang, kampus yang menyadari pesan penting ini belum semua, sehingga program ini masih belum berjalan secara maksimal dan optimal.

Keempat, peningkatan literasi di daerah pinggir. Nadiem Makarim juga meluncurkan program Merdeka Belajar dengan penguatan literasi. Nadiem tidak hanya memproduksi buku bacaan anak, tetapi juga menginisasi distribusi ke daerah terpencil. Program ini mampu mendorong ketersediaan bacaan buku anak dan diharapkan memacu tingkat melek literasi di sekolah tertinggal dan terpencil di pinggiran Indonesia.

Kelima, program transofrmasi dari PAUD ke SD dengan meniadakan tes calistung. Secara filosofis kebijakan ini merubah mindset sekolah dan orangtua bahwa literasi di tingkat dasar harus dibarengi metode yang transformatif. Tes masuk SD dengan calistung tidak layak bagi perkembangan usia anak-anak. Ini menghambat anak untuk mendapatkan pendidikan yang maksimal dan cenderung menegaskan adanya kastanisasi pendidikan. Kebijakan Nadiem ini patut diapresiasi dan layak diteruskan.

Evaluasi 

Kebijakan Kurikulum Merdeka yang digawangi Nadiem Makarim tidak terlepas dari kekurangan. Kekurangan dan catatan itu mesti dibenahi dan diperbaiki di masa mendatang. Tahun 2024 sudah di depan mata, sementara pemilu lebih identic dengan pergantian Menteri termasuk Menteri Pendidikan. 

Kita khawatir program Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar yang diusung Nadiem dihapus begitu saja tanpa mempertimbangkan sisi positifnya. Jangan sampai kebijakan yang telah diusung dan digagas serta menghabiskan dana yang cukup banyak ini hanya berhenti begitu saja atas dasar kepentingan politik. 

Pendidikan tidak boleh kalah atas kepentingan politis sehingga upaya perbaikan yang terjadi--layaknya bongkar pasang muatan-- yang tak kunjung kokoh dalam upaya perbaikan pendidikan nasional kita. 

Arif Yudistira