Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Alfanni Nurul
Ilustrasi tindakan bullying di lingkungan sekolah (pexels.com/Mikhail Nilov)

Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan kasus perundungan sesama siswa SMP di Cilacap, Jawa Tengah. Kasus tersebut kemudian viral di media sosial setelah video aksi bully tersebut tersebar. 

Tak hanya kasus bully siswa SMP di Cilacap, belum lama ini muncul berita terbaru tentang kasus bully yang melibatkan siswa SMP di Balikpapan. Dilansir dari detik.com Selasa (03/10/2023), aksi bully siswa SMP di Balikpapan disebabkan setelah korban mengirim DM (Direct Message) kepada pacar salah satu tersangka.

Dua kasus tersebut merupakan contoh dari banyaknya kasus bully di negeri ini, apalagi masih di lingkungan sekolah. Dari situ, kita tahu bahwa kasus bully di lingkungan sekolah semakin marak. Lantas siapa yang harus disalahkan?

Di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan menjalin pertemanan, malah menjadi neraka bagi mereka para korban bully. Bully memiliki dampak negatif berkepanjangan kepada korbannya, tidak hanya luka fisik tetapi kesehatan mental dan emosional juga berdampak.

Bahkan, tak jarang korban bully melakukan bunuh diri akibat tidak tahan terhadap tekanan dan trauma pasca-bullying yang dialaminya. 

Sementara itu, banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah menunjukkan lemahnya peraturan anti kekerasan di lingkungan sekolah serta pengawasan guru terhadap siswanya tidaklah maksimal. Tak jarang, pihak sekolah tutup mata dengan kasus bullying dan tidak menyelesaikannya dengan tuntas. 

BACA JUGA: Peluang Usaha Masyarakat Berbasis Agroforestri di Indonesia

Para pelaku bully dapat dianggap memiliki perilaku menyimpang yang terkadang tidak dilakukan oleh anak seusianya. Banyak faktor seorang anak melakukan bullying, seperti kecemburuan antar teman, tidak mendapatkan perhatian, atau merasa punya kuasa.

Apabila ditelusuri lebih jauh, pendidikan dalam keluarga dan hubungan anak dengan orang tua juga dapat mempengaruhi seorang anak menjadi pelaku bullying. Beberapa kasus menunjukkan anak-anak yang memiliki masalah keluarga rentan menjadi pelaku bullying karena ingin mencari perhatian dan bertindak seenaknya.

Banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah seharusnya membuat semua yang terlibat berbenah diri. Tidak hanya pihak sekolah, dari keluarga dan lingkungan masyarakat juga harus benar-benar serius dalam mencegah adanya bullying.

Dimulai dari lingkungan keluarga yang dapat memberikan perhatian dan edukasi dini terhadap anak hingga lingkungan sekolah yang memiliki aturan dan sanksi jelas terhadap kasus bullying. Meskipun sudah ada payung hukum bagi pelaku bullying, tidak lantas membuat bullying hilang apalagi di lingkungan sekolah. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Alfanni Nurul