Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan kasus perundungan sesama siswa SMP di Cilacap, Jawa Tengah. Kasus tersebut kemudian viral di media sosial setelah video aksi bully tersebut tersebar.
Tak hanya kasus bully siswa SMP di Cilacap, belum lama ini muncul berita terbaru tentang kasus bully yang melibatkan siswa SMP di Balikpapan. Dilansir dari detik.com Selasa (03/10/2023), aksi bully siswa SMP di Balikpapan disebabkan setelah korban mengirim DM (Direct Message) kepada pacar salah satu tersangka.
Dua kasus tersebut merupakan contoh dari banyaknya kasus bully di negeri ini, apalagi masih di lingkungan sekolah. Dari situ, kita tahu bahwa kasus bully di lingkungan sekolah semakin marak. Lantas siapa yang harus disalahkan?
Di lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar dan menjalin pertemanan, malah menjadi neraka bagi mereka para korban bully. Bully memiliki dampak negatif berkepanjangan kepada korbannya, tidak hanya luka fisik tetapi kesehatan mental dan emosional juga berdampak.
Bahkan, tak jarang korban bully melakukan bunuh diri akibat tidak tahan terhadap tekanan dan trauma pasca-bullying yang dialaminya.
Sementara itu, banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah menunjukkan lemahnya peraturan anti kekerasan di lingkungan sekolah serta pengawasan guru terhadap siswanya tidaklah maksimal. Tak jarang, pihak sekolah tutup mata dengan kasus bullying dan tidak menyelesaikannya dengan tuntas.
BACA JUGA: Peluang Usaha Masyarakat Berbasis Agroforestri di Indonesia
Para pelaku bully dapat dianggap memiliki perilaku menyimpang yang terkadang tidak dilakukan oleh anak seusianya. Banyak faktor seorang anak melakukan bullying, seperti kecemburuan antar teman, tidak mendapatkan perhatian, atau merasa punya kuasa.
Apabila ditelusuri lebih jauh, pendidikan dalam keluarga dan hubungan anak dengan orang tua juga dapat mempengaruhi seorang anak menjadi pelaku bullying. Beberapa kasus menunjukkan anak-anak yang memiliki masalah keluarga rentan menjadi pelaku bullying karena ingin mencari perhatian dan bertindak seenaknya.
Banyaknya kasus bullying di lingkungan sekolah seharusnya membuat semua yang terlibat berbenah diri. Tidak hanya pihak sekolah, dari keluarga dan lingkungan masyarakat juga harus benar-benar serius dalam mencegah adanya bullying.
Dimulai dari lingkungan keluarga yang dapat memberikan perhatian dan edukasi dini terhadap anak hingga lingkungan sekolah yang memiliki aturan dan sanksi jelas terhadap kasus bullying. Meskipun sudah ada payung hukum bagi pelaku bullying, tidak lantas membuat bullying hilang apalagi di lingkungan sekolah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
The Trauma Code: Heroes on Call, Drama Medis Terbaik di Awal Tahun 2025
-
Aktor Kim Seon Ho Comeback Drama Baru Berjudul The Tyrant, Ini Sinopsisnya!
-
3 Drakor Baru Tayang di Netflix Bulan Juni 2024, Drama Politik-Skandal Remaja
-
4 Drama Korea Tayang Bulan Juni 2024, Beragam Genre dan Cerita Baru
-
Ada 4 Drama Korea Tayang di Netflix Mei 2024, Ini Sinopsis dan Daftar Pemainnya!
Artikel Terkait
Kolom
-
Payment ID: Awal dari Negara Polisi Finansial?
-
Membeli Buku karena Covernya: Antara Gaya Hidup dan Kebiasaan Membaca
-
Edukasi di Indonesia: Bukan Lagi Soal Pengetahuan, Tapi Pola Pikir!
-
Ketika Karnaval Jadi Derita! Sound Horeg dan Dampak Nyata untuk Kesehatan
-
Chikungunya Mengintai: WHO Desak Tindakan Darurat Global
Terkini
-
Anti-Bosan! 5 Rekomendasi Game Offline Android yang Wajib Kamu Coba
-
Review Poco F7: HP dengan Snapdragon 8s Gen 4 dan Storage 512GB Super Lega
-
BRI Super League: Kisah Adam Przybek Cicipi Tantangan Baru di Luar Eropa
-
Pernah Bayangin Hidup Jadi Hewan? 3 Novel China Ini Bahas Reinkarnasi Unik
-
4 Ide Gaya Kasual Kekinian ala Choi Yoon Ji, Bikin Mood Happy Seharian!